Bila Indonesia Beli Typhoon Bekas Pakai Austria, Bagaimana Nasib ToT?
|Kabar yang satu ini bak petir di siang bolong, pasalnya Eurofighter Typhoon yang tak digadang sebagai jet tempur untuk TNI AU, terlebih sebagai pengganti Sukhoi Su-35, tiba-tiba mencuat namanya untuk kandidat diakuisisi Indonesia. Bukan itu saja, yang tak kalah mengejutkan lagi, jet tempur Typhoon yang bakal diakuisisi bukan barang baru, artinya bekas pakai dari negara lain. Sesuatu yang tak lazim, mengingat amanat undang-undang mengharuskan pengadaan alutsista strategis melibatkan elemen industri dalam negeri lewat Transfer of Technology (ToT).
Baca juga: Di Tengah Wabah Corona, Eurofighter Lanjutkan Produksi Typhoon Pesanan Kuwait dan Qatar
Sementara bila sang alutsista yang mau dibeli adalah barang berstatus bekas pakai, terlebih dari negara yang tak ada sangkut pautnya dengan jalur produksi Typhoon, maka kecil kemungkinan Indonesia bisa mendapatkan ToT dari negara manufaktur.
Mengutip sumber dari newsabc.net (19/7/2020) yang merujuk pada sumber asli pressreader.com, disebutkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah menyurati rekannya Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner (ÖVP) untuk membeli 15 unit jet tempur Eurofighter Typhoon pada 10 Juli 2020.
Kementerian Pertahanan Austria telah mengonfirmasi diterimanya surat tersebut akhir pekan lalu, tetapi tidak mau berkomentar lebih lanjut tentang surat itu. “Tolong izinkan saya untuk menghubungi Anda secara langsung mengenai masalah yang sangat penting bagi Republik Indonesia,” tulis Prabowo. “Untuk memodernisasi Angkatan Udara Indonesia, saya ingin mengadakan perundingan resmi dengan Anda untuk membeli semua 15 Eurofighter untuk Republik Indonesia,” kata Prabowo dalam surat itu.
Meski terdengar aneh, namun dalam akuisisi alutsista tidak ada yang tak mungkin. Bila kondisi dirasa mendesak, segala sesuatu dapat saja terjadi, termasuk seperti mendatangkan penempur bermesin twin jet ini ke Indonesia. Austria seperti diketahui memang berencana memensiunkan kesemua armada Typhoon Trench 1 pada tahun 2020 ini.
Niatan Austria untuk melego satu skadron penuh Typhoon bukan lantaran kinerja jet tempur tersebut yang jelek. Alasan Austria memensiunkan Typhoon yang diterima tahun 2002 -2003 adalah, ternyata jet tempur tersebut tidak diperlukan dan terlalu mahal untuk anggaran militer Austria. Faktanya sejak dibeli, 15 Eurofighter Typhoon jarang terbang. Terlebih sebagai negara di Eropa tengah yang bestatus netral, Austria nyaris tidak memiliki musuh atau potensi ancaman udara.
Alasan lain, ada sengketa antara Austria dan Airbus atas dugaan korupsi, Austria menuduh Airbus telah menggelembungkan harga pesawat Eurofighter pada saat transaksi. Austria membeli 15 jet tempur Eurofighter Tranche 1 senilai sekitar dua miliar euro (US$2,12 miliar) dari Airbus, pembelian tersebut diklaim telah menyebabkan kerugian bagi Austria sebesar 1,1 miliar euro.
Eurofighter Typhoon Austria sangat jarang terbang, sehingga airframe-nya bisa bertahan lebih lama, bahkan mendekati performa pesawat yang berstatus keluar dari pabrik. Mungkinkah itu yang menjadi alasan Menhan Prabowo tertarik pada Typhoon? Tentu kesemuanya masih harus menunggu konfirmasi dari pihak Kementerian Pertahanan RI.
Ada yang menyebut bila langkah ini benar, maka ada kemungkinan terkait isu di Laut Cina Selatan, dimana bila Indonesia harus membeli pesawat tempur berstatus baru alias gress dari pabrik, maka baru bisa terwujud dalam periode 3-4 tahun sejak kontrak efektif berjalan, sementara potensi konflik harus dihadapi suatu waktu.
Lepas dari kabar Typhoon milik Austria, sejatinya Eurofighter lewat Airbus Defence and Space pada tahun 2015 dan 2016 terbilang gencar melakukan pendekatan dan promosi di Indonesia. Selain pernah mendatangkan simulator dan full mockup, Airbus pernah menawarkan konsep Conformal Fuel Tanks untuk Typhoon Indonesia.
Bahkan pada 4 Agustus 2015, para duta besar dan perwakilan negara-negara pendiri Eurofighter, yakni Jerman, Italia, Spanyol dan Inggris, menyerahkan surat dukungan (letter of support) secara resmi kepada Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu. Letter of support ini tak main-main, pasalnya langsung ditandatangani menteri pertahanan keempat negara produsen Eurofighter.
Letter of support bisa diartikan sebagai pengukuhan informasi yang telah disampaikan kepada Indonesia sebelumnya, bahwa keempat negara pendiri Eurofighter mendukung penuh pada persyaratan ToT. Dengan penyerahan letter of support, sekaligus menepis isu adanya negara pembuat komponen Eurofighter yang tidak berkenan atas usulan pembangunan fasilitas produksi di Indonesia.
Melalui pengadaan Eurofighter dan teknologi pendukungnya, Indonesia akan diuntungkan berkat kerjasama jangka panjang telah terbangun antara PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Group. (Haryo Adjie)
Bungkus laahh langsung, setelah mendarat di RI ditunggu berita apgret nya.
Ibarat mobil ni km nya baru 1500km… msh gress maknyus… pantesan pak prabowo naksir.. ni berikut rudal meteor nya gak ya? Semoga jadi ni.. amiiin
tapi masih radar pasif
emang kita tahu isi dalemnya, Saya kira org TNI AU dan Kemenhan tidak lugu2 amat. mau bayar mahal kalau tdk ada upgrade dll. lagian kalau jadi ambil ini barang pasti dapat dukungan dari Airbus dan 4 negara produsen. kalau gak dpt dukungan mana berani ambil ini barang. Thypoon tranche 1 bayk di UK, German, Spain, Italy tpi ya jam terbang tinggi semua, cost upgrade lebih mahal. byk part musti ganti.
lha ini tranche 1 jam terbang kecil, tinggal upgrade dikit AESA, Pirate IRST, avionik, Software kekinian plus tambahin gotong Meteor, dll kan mantep om.
Hmm,
Isu osprey blm dingin tiba2 tambah panas sama isu thypoon,
Bener2 memanfaatkan peluang dari lcs nih kemenhan,
Mumpung lcs lagi panas segera buat permintaan ini itu ono segera didaratkan,
Klo misalkan jadi perang betulan yaa indonesia gk bonyok2 amat lah.
Ada duitnya tak?
Jadi inget di 35
Lebih baik beli typhoon dari pada beli osprey, lebih efektif untuk mengisi kekurangan pesawat untuk mengcover wilayah utara NKRI
Hohohoho
Jangan kwatir sengan pembatalan belanja alutsista dari menhan sebelumnya dapat tambahan anggaran yang cukup banyak.
Jadi turut berduka cita saja kepada fanboy rusiah, karna made in Rusia coret banyak mark up.
Hohoho hohoho
12 kali harga barang serupa itu gila namanya Kalou kita beli.
Su 35 dari 38 juta USD menjadi 353 juta USD.
Jadi batal semua.
Ada duitnya tak?