Belajar dari Serangan Kilang Minyak di Arab Saudi, Amerika Serikat Belum Siap Menghadapi Serbuan Drone Kamikaze
|Negara Adikuasa agaknya belum siap untuk mengikuti tren alutsista otonom yang dewasa ini tengah gencar-gencarnya dikembangkan oleh negara-negara rival Paman Sam. Hal ini tersirat melalui penuturan salah satu pejabat senior di Pentagon, John Rood. Mengutip dari laman breakingdefense.com (23/9), John Rood mengatakan, “Ini masalah serius,”. Dengan begitu, dapat diasumsikan bahwa NATO belum siap untuk menangkis serangan-serangan dari drone berukuran kecil dan rudal jarak pendek – sebagaimana dua hal ini menyerang fasilitas kilang minyak di Arab Saudi.
Baca juga: Drone Kamikaze, Kebangkitan Era Rudal Jelajah “Gaya” Baru
Memang, John Rood tidak secara spesifik menyebutkan bahwa NATO belum siap dengan serangan modern seperti ini, namun apa yang tersirat dari pernyataannya tersebut persis dengan apa yang menyerang Arab Saudi.
Berbicara di ajang Center for European Policy Analysis, Washington, John Rood mengutarakan bahwa perkembangan alutsista modern seperti drone itu berkembang lebih cepat daripada kemampuan NATO untuk memperbaiki sistem pertahanan dan radar pada sistem rudal untuk mendeteksi obyek kecil yang bergerak dengan cepat.
Munculnya teknologi perang seperti drone ini dianalogikan John Rood sebagai sinyal perang yang akan terjadi di masa depan. “Itulah perubahan situasi yang kita hadapi, dan musuh pandai seperti Rusia menerapkannya (persiapan perang) dengan cara baru, inilah yang jadi fokus pembahasan kami di NATO akhir-akhir ini,” tukas John Rood. Rusia diketahui menggunakan jasa drone sebagai pemandu artileri pada konflik di Ukraina beberapa tahun lalu.
Sementara yang masih sengar dalam ingatan yakni penyerangan kilang minyak terbesar di dunia, tepatnya di Abqaiq yang diserang oleh rudal jelajah dan drone buatan Iran pada tanggal 14 September kemarin. Padahal, Arab Saudi telah menghabiskan lebih dari US$150 miliar atau yang setara dengan Rp2,1 triliun untuk memasok dan melatih militer mereka dengan sisten hanud super canggih dari Amerika Serikat. Terlebih lagi, Abqaiq dilindungi oleh beberapa sistem rudal jarak pendek Shahine dan setidaknya satu sistem rudal Patriot buatan AS. Namun sistem pertahanan tersebut tidak cukup kuat untuk menahan serangan drone dan rudal jelajah tersebut.
Penyerangan terhadap kilang ini berdampak pada geramnya Presiden Donald Trump yang langsung merespon serangan militer ini. “Pasokan minyak Saudi diserang. Ada alasan untuk percaya bahwa kami mengetahui siapa pelakunya, kokang senjata akan dilakukan tergantung hasil verifikasi,” ujar Trump.
“Kami menunggu untuk mendengar dari Kerajaan Saudi siapa yang mereka yakini sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan ini di bawah persyaratan seperti apa dan kami akan merespon serangan tersebut,” sambungnya.
Serangan drone yang diluncurkan oleh pemberontak Houthi dikabarkan telah memangkas setengah produksi minyak Arab Saudi hingga membuat Riyadh dan Washington berencana menggunakan cadangan strategis mereka. (Nurhalim)
Klo serang negara orang…siap2 menerima serangan balik…
Yaman hancur lebur seluruh wilayahnya..giliran yaman pukul balik sedikit ke kilang minyak saudi doi dan amrik panik bukan main.(BERANI MAIN API BERANI TERBAKAR)…
Assalamu’alaikum wr. wb.
Lo bukannya indonesia reinmetal oerlikon skyshieldnya ujicobanya pakai drone ya dan sukses di jatuhkan.
mungkin yang dipake TNI bukan drone sekelas yang dipakai houthi ansharullah/ yaman… yang udah pake pengacau radar. Di arab saudi juga udah pake skyshield untuk arhanud jarak pendek dan radarnya pun terintergrasi dengan jarngan radar lainnya yang ada disana…. tetapi tetap tembus juga. alias tak terdeteksi radar.
Lha bukan drone kamikaze aja tp rudal jelajah pun aku sangat ragu amerika mampu menghentikannya, apalagi rusia terus meningkatkan kecepatan terbang rudal2 jelajah produk mereka’ kapal2 amerika sepertinya hanya akan jd bebek duduk bila ketemu rudal2 jelajah rusia.
wooow…ini toh drone houthi yang mirip CH4 rainbow atau MQ1 predator (gambar latar depan dari foto no 3 diatas)….keren juga sih. spesifikasi gimana ya…? ada yang tahu?
gak nyangka udah segitu majunya mereka dalam hal teknology drone dan otonom…. rusia aja belum punya yang kayak gitu, apalagi indonesia. hebat hebat.
rusia sudah punya banyak toh om … 😂😂 indonesia yg belum punya
rusia belum punya dan belum buat yang model MQ1 predator atau mq9 reaper, atau CH4.
pengintai sekaligus penggempur tapi menggunakan mesin turboprop.
padahal USA ada program untuk melakukan serangan drone secara massif atau”kawanan” yaitu swarm drones project…. tapi giliran kena serangan macam kayak gini jadi kelabakan dan bingung neh.
Malah negara dunia 3 yang udah langsung mempraktekan serangan kawanan drones berbagai fungsi…. weleh dunia jadi kebalik balik
Yang bingung siapa bro……US atau SA nya?
Narasinya ttg US….tapi yg keteter kan SA 🙆🙆🙆
yang aku maksud ya USA lah…..kan itu produk buatan USA.
CIWS bagus d pasang d aramco sama minigun 5.56 sstia tangki pasang 1 dan 1 personil g akan ada drone kcl yang bisa lewat kl pasang 100 minigun.
kayaknya terlalu mahal……
gimana kalau ZSU-232 atau malah ZSU 234..dengan menggunakan darto …radar moto. Dipasang ditiap sudut yang dianggap strategis di tempat penting. dibawa diatas truk juga keren untuk mobile. kakakakaka…
boleh juga tuh pake S60 simbah…untuk ikutan ngeramein zilka tsb. murah meriah. tapi kembali ke zaman dulu (zadul ..jadinya)
Minigun aja g perlu gede2 5.56 mm tempatkan 100 buah jgn make RCWS manual prajuritnya harus terus nembak g blh mundur siap mati.. biar hemat dana
Pertamax. Kalau NASAMS apa bisa jadi solusi nih
Pertama-tama dan yg utama adalah punya radar yg punya fitur ELLS (SG 1X, AMB, 4A, 8A, Thales NS 50, GM series, SM-400 diantaranya) yg mampu membedakan drone kecil yg terbang di antara kawanan burung….baru setelahnya tinggal mo dieksekusi dg alat apa yg tersedia🤷
Sori-sori…..fitur ELSS maksutnya 😁