“Bangun Realitas Baru dengan Pendekatan Khusus,” Strategi Rusia untuk Survive di Pasar Ekspor Persenjataan
Sebagai warga negara Indonesia yang mendapat kesempatan untuk menghadiri pameran militer Army 2022 di Kubinka, dekat Moskow, terbesit sebuah pertanyaan yang mengemuka di dalam hati saya, seperti apakah wajah industri pertahanan Rusia dalam pameran militer terbesar ini, apakah masih semarak? dan bagaimana mereka dapat memasarkan produk pertahanan ke pasar ekspor? Maklum, Rusia saat ini mendapat begitu banyak sanksi dan pembatasan di sektor ekonomi, perdagangan, perbankan sampai transportasi dari AS dan negara-negara barat, yang notabene menguasai urat nadi ekonomi dunia.
Baca juga: Pertama Kali, Rusia Tampilkan Prototipe Rudal Jelajah Generasi Terbaru X-69
Namun, seperti potret yang saya lihat selama tujuh hari di Moskow, tidak nampak suasana ketegangan terkait operasi militer di Ukraina. Demikian halnya pada Army 2022, tak seperti dugaan bahwa akan sepi dan lesu. Justru sebaliknya, dari 4x kunjungan ke Army 2022, militer Rusia secara masif memperlihatkan alat perangnya, termasuk yang terbaru dan belum pernah diperlihatkan di ajang Army sebelumnya. Seperti penampilan rudal jejalah generasi terbaru dengan sayap lipat, X-69.
Dihelat mulai 15 – 21 Agustus 2022, total 72 delegasi negara ikut berpartipasi dalam transaksi yang diklaim Rusia tetap stabil, atau tidak terlalu terpengaruh oleh dampak sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Barat.
Tentu yang menjadi pertanyaan bagi netizen di Indonesia, bagaimana cara industri Rusia bisa melakukan transkasi ekspor atas produk militernya? Seperti diketahui, sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) oleh Washington kepada negara-negara calon pembeli alutsista Rusia telah membuat ciut banyak negara, yang harus berpikir dua kali jika ‘berani’ membeli produk militer dari Rusia.
Lewat sebuah wawancara, Dmitry Shugaev, Direktur di Federal Service for Military-Technical Cooperation memberikan pernyataan yang menarik untuk dicermati, “Sebagai hasil dari kampanye anti-Rusia yang dilakukan oleh negara-negara yang tidak bersahabat, entitas kerja sama militer-teknis domestik, perusahaan terkemuka dari kompleks industri militer dan lembaga keuangan dikenakan berbagai jenis sanksi. Dalam hal ini, pembayaran dalam dollar AS dan Euro untuk transaksi ekspor senjata telah dikurangi seminimal mungkin,” ujar Shugaev.
Dmitry Shugaev menambahkan, “Untuk saat ini, eksportir produk militer Rusia, seperti juga seluruh perekonomian, beroperasi dalam realitas baru. Pekerjaan skala besar sedang berlangsung, sedang dilakukan oleh FSMTC Rusia, bekerja sama erat dengan JSC Rosoboronexport, perusahaan Negara Rostec dan entitas kerja sama militer-teknis dalam kerja sama terus-menerus dengan lembaga keuangan negara kami dan mitra negara asing. Kami membangun rantai produksi dan logistik baru, sambil menyesuaikan alat dan kemampuan dengan kondisi yang berubah untuk meminimalkan efek negatif dari blokade “teknologi” Rusia yang diberlakukan oleh negara-negara yang tidak bersahabat.”
Strategi Rusia untuk menghadapi sanksi terdiri dari pendekatan yang disesuaikan untuk setiap kebutuhan negara pelanggan, yaitu menawarkan kondisi yang menarik ketika menyimpulkan kontrak, menyesuaikan bentuk pembayaran dan menyediakan skema yang lebih fleksibel, meninggalkan dollar dan beralih ke mata uang lain, termasuk mata uang nasional.
“Banyak tindakan anti-sanksi yang dikembangkan oleh FSMTC Rusia disambut baik oleh mitra kami, karena sebagian besar sejalan dengan kepentingan strategis nasional mereka,” tambah Shugaev.
Selama pelaksanaan ajang Army 2022, Direktur Umum Rostec Sergey Chemezov mengatakan bahwa portofolio pesanan Rosoboronexport telah mencapai lebih dari 3 triliun rubel. Menurutnya, jumlah kontrak senjata Rusia untuk pasokan peralatan militer ke luar negeri melebihi 1 triliun rubel, setengah dari produk ini telah dikirimkan.
“Tahun ini kami telah menandatangani dokumen kontrak dengan pelanggan asing dalam jumlah lebih dari 1 triliun rubel. Angka ini melebihi beberapa angka tahunan selama sepuluh tahun terakhir,” kata Chemezov dalam forum Army 2022 (dikutip dari Interfax).
Kepala Rostec mengatakan bahwa dampak operasi militer khusus di Ukraina pada pasokan tidak terlalu berpegaruh, dan tingkat ekspor sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Portofolio pesanan Rosoboronexport, yang melebihi 3 triliun rubel, digambarkan oleh Sergey Chemezov sebagai stabil. Ia mencatat bahwa segmen penerbangan dan pertahanan udara merupakan bagian terbesar dari pengiriman. Ekspor pesawat dan helikopter – sekitar 40 persen, lebih dari sepertiga – peralatan pertahanan udara. Persenjataan untuk pasukan darat dan angkatan laut mencapai 30 persen. Pada 18 Juli, Sergei Chemezov melaporkan bahwa portofolio pesanan Rosoboronexport untuk pasokan helikopter berjumlah lebih dari 200 miliar rubel. Menurutnya, helikopter Rusia diminati “bahkan dalam situasi geopolitik saat ini.” (Haryo Adjie – Moskow)
Cara mengatasi dominasi Amerika adalah berhenti menggunakan dollar sebagai alat transaksi internasional, dollar itu terus dicetak oleh Amerika tanpa ada jaminan emas/ agunan senilai yang dolar yang dicetak. Sejak presiden nixon dollar terus dicetak tanpa jaminan emas
Russia harus berjuang mati matian si, bukan hanya CAATSA doang. Perang Russo-Ukraina membuat dunia melihat kualitas asli barang Russia.