Balada A-29 Super Tucano Afghanistan yang Kini Jatuh ke Tangan Taliban

Kondisi A-29 Super Tucano di hanggar Bandara Kabul (Foto: AFP)

Kucuran dana pengadaan persenjataan senilai US$85 miliar jelas bukan jumlah kecil, dari dana tersebut Amerika Serikat kemudian ‘momodali’ militer pemerintahan Afghanistan (ANA) dengan seabreg alutsista kelas wahid, yang ironisnya kini sebagian telah berpindah tangan ke Taliban. Dan dari begitu banyak ragam persenjataan asal AS yang kini berada di tangan Taliban, salah satu yang menarik dibahas adalah seputar pesawat tempur ringan turboprop A-29B Super Tucano.

Baca juga: Amerika Serikat Tinggalkan Bandara Kabul, Inilah yang Dilakukan pada Helikopter Serang MD530F

Super Tucano menarik perhatian warganet di Indonesia, lantaran pesawat tempur untuk tugas COIN (Counter Insurgency) tersebut juga digunakan oleh Skadron Udara 21 TNI AU. Bila Indonesia mengoperasikannya dengan kode EMB-314, sementara Afghanistan mengoperasikannya dengan kode A-29. Letak pembedanya, bila EMB-314 adalah produksi langsung dari Embraer, Brasil, sedangkan A-29 dibangun oleh Sierra Nevada, kontraktor pertahanan asal AS yang berbasis di Jacksonville, Florida. Selain itu, A-29 juga mengadopsi perangkat avionik dari Elbit Systems of America.

Dari segi jumlah, AU Afghanistan total menerima 26 unit A-29 Super Tucano, jauh lebih banyak dari TNI AU yang total pernah mengoperasikan 16 unit EMB-314 Super Tucano, setelah satu unit (TT-3108) mengalami crash dan total lost pada 10 Februari 2016.

Afghanistan menerima Super Tucano dalam dua gelombang, batch pertama sebanyak 20 unit yang dikirim pada tahun 2011 dan mulai beroperasi pada tahun 2016. Kemudian batch kedua dikirim pada tahun berikutnya dengan jumlah 6 unit. Nilai total pengadaan Super Tucano untuk Afghanistan mencapai US$578 juta.

Sebelum menerima kedatangan Super Tucano, sejumlah pilot dan ground crew Afghanistan dilatih di Pangkalan Angkatan Udara Moody, Amerika Serikat. Belakangan, Super Tucano justru jarang dilibatkan dalam operasi Close Air Support (CAS) di Afghanistan, justru yang lebih banyak digunakan untuk misi CAS adalah helikopter serang ringan MD530F, yang kini juga sebagian berada di tangan Taliban. Alasan tak banyak digunakannya Super Tucano, di antaranya adalah keterbatasan amunisi dan kurang mumpuninya personel yang menerbangkan pesawat rancangan Brasil tersebut. Dalam perang di Afghanistan, Super Tucano juga sempat dioperasikan oleh perusahaan keamanaan swasta, Blackwater Worldwide.

Sumber dari olhardigital.com.br, menyebut bahwa hanya ada sekitar 30-an pilot Afghanistan yang benar-benar siap menerbangkan Super Tucano, dan setidaknya tujuh dari mereka dan keluarganya telah terbunuh dalam konflik bersenjata, yang menyebabkan pilot lainnya melakukan desersi. Dari 26 unit A-29 Super Tucano Afghanistan, 14 unit di antaranya telah dilarikan ke negara tetangga, Uzebekistan, dengan satu unit ditembak jatuh sistem hanud Uzbekistan.

Formasi A-29 Super Tucano Afghanistan dengan persenjataannya, termasuk bisa melepaskan bom pintar.

Alhasil, saat ini ada 12 unit A-29 yang tertinggal di Afghanistan dan berada di tangan Taliban. Khusus unit yang tertinggal di Bandara Kabul, kabarnya ada enam unit sudah di-disabled oleh pasukan AS sebelum mereka resmi meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus 2021.

Baca juga: Kokpit Dilapisi Kevlar, Filipina Resmi Jadi Pengguna “Si Cocor Merah” Super Tucano

Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN atau pesawat anti perang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak. Semua misi-misi tersebut terbilang konvensional, dan memang dahulu menjadi santapan sehari-hari untuk pesawat OV-10F Bronco. (Gilang Perdana)

7 Comments