Update Drone KamikazeKlik di Atas

AS Tarik Empat Baterai (Kompi) Sistem Hanud Patriot dari Arab Saudi, Inilah Sederet Penyebabnya!

Sebagai sekutu dekat Amerika Serikat di Timur Tengah, rangkaian serangan drone dan rudal balistik dari milisi Houthi ke wilayah Arab Saudi, sontak direspon cepat oleh Washington. Selain penambahan gelar baterai sistem hanud Patriot, AS pun mengirimkan senjata hanud berbasis high power microwave untuk mengeliminasi ancaman udara ke negara kaya minyak tersebut. Namun, belum lama ada kabar mengejutkan, empat baterai (kompi) rudal Patriot milik AD AS diwartakan telah ditarik dari Arab Saudi.

Baca juga: Tangkal Serangan Drone di Arab Saudi, Washington Kirim Phaser High Power Microwave Counter Drone

Dikutip dari Wall Street Journal – wsj.com (7/5/2020), disebutkan baterai-baterai sistem hanud Patriot AS yang ditempatkan sejak September 2019 telah ditarik dari kawasan kilang minyak Arab Saudi. Satu baterai sistem Patriot terdiri dari 16 peluncur, maka dengan ditariknya empat baterai ada 64 peluncur rudal Patriot yang hengkang meng-cover ruang udara obyek vital di Arab Saudi.

Bukan itu saja, sumber dari Pentagon juga mengatakan ada dua skadron tempur AS di Arab Saudi yang akan dipindahkan. Di matra laut, kehadiran kekuatan laut AS di kawasan Teluk juga bakak dikurangi secara bertahap.

Arab Saudi sendiri adalah pengguna sisten hanud Patriot, namun akibat akumulasi serangan dari Houthi yang meningkat pada tahun lalu, Arab Saudi seperti kewalahan untuk mengantisipasi dari masifnya serangan drone. Arab Saudi pada 2015 telah mengajukan pembelian 600 rudal PAC-3 Patriot dan modifikasi atas peluncur yang bernilai US$7,15 miliar. Selain berpangku ke Patriot, sistem hanud Arab Saudi juga akan diperkuat sista hanud lain yang lebih fantastis dan mahal, tak lain adalah Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Lockheed Martin dengan kemampuan melesat hipersonik.

Beberapa analisis mengemuka tentang alasan hengkangnya beragam aset militer AS di Arab Saudi. Analisis pertama adalah karena Iran. Persisnya Washington kini menganggap Iran bukan lagi ancaman langsung bagi kepentingan AS, terlebih akibat dampak pendemi corona dan tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, menjadikan taji dan strategi militer Iran menurun secara drastis. Analisis kedua adalah karena Cina, dimana ada dugaan AS akan merelokasi kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik guna mengantisipasi pecahnya konflik dengan Cina.

Baca juga: Belajar dari Serangan Kilang Minyak di Arab Saudi, Amerika Serikat Belum Siap Menghadapi Serbuan Drone Kamikaze

Dan analisis ketiga yang mengemuka adalah karena harga minyak, dimana AS kecewa pada Arab saudi atas keputusan kenaikan harga minyak. Kenaikan harga minyak adalah kebalikan dari kasus pada awal tahun, ketika Arab Saudi menjual minyak mentah dengan diskon besar-besaran dan memicu perang harga minyak dengan Rusia. (Gilang Perdana)

20 Comments