Angkatan Darat AS Bersiap untuk Berperang Tanpa GPS, Mulai Adopsi MAPS di 2030
Gangguan berupa jamming pada sinyal GPS (Global Positioning System) saat operasi militer tak hanya dialami oleh awak pesawat udara dan helikopter. Lain dari itu, pasukan yang berjibaku di permukaan, baik dari unsur infanteri, kaveleri dan artileri, juga kerap mendapat imbas buruk dari sinyal GPS yang di-jamming, seperti misalnya kesulitan mendapatkan navigasi yang tepat.
Baca juga: Jet Tempur F-15E Eagle Dipasangi DIGAR, Sistem Anti GPS Jamming dan Spoofing
Dikutip dari nationalinterest.org (11/9/2022), saat ini personel Angkatan Darat Amerika Serikat harus bersiap untuk Bertempur tanpa GPS (Fighting Blind). Tentu yang menjadi pertanyaan, bagaimana pasukan darat akan bertarung jika dibutakan oleh serangan atau gangguan GPS yang berhasil? Nah, salah satu solusinya ada pada penerapan program yang disebut Mounted Assured Positioning Navigation Timing Systems (MAPS).
Angkatan Darat AS disebut telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bersiap beroperasi di lingkungan “GPS denied”, yang berarti skenario pertempuran di mana navigasi dan konektivitas GPS macet, terganggu, diretas, atau dinonaktifkan.
Selama bertahun-tahun, banyak perencana militer berasumsi bahwa salah satu langkah pertama yang mungkin dilakukan lawan saat perang adalah menonaktifkan sistem GPS milik AS. Jika sistem GPS dihancurkan, militer AS akan kehilangan kemampuan navigasi, penargetan, dan komunikasi, serta kemampuan untuk mengoperasikan sistem wahana tanpa awak yang diprogram untuk mengikuti titik arah GPS.
Untuk mengatasi tantangan di atas, Angkatan Darat AS telah bekerja untuk mengidentifikasi metode alternatif berupa teknologi menetapkan teknologi positioning navigation and timing (PNT) atau Mounted Assured Positioning Navigation Timing Systems (MAPS).
Dalam hal ini, Angkatan Darat AS elah memberikan kucuran dana US$500 juta kepada Collins Aerospace untuk membangun sistem MAPS di masa mendatang. Dengan alasan keamanan, spesifikasi teknis MAPS tidak disebutkan oleh pihak pengembang. Namun, sebuah esai dari Kantor Eksekutif Program Angkatan Darat, Intelijen, Peperangan Elektronik dan Sensor (PEO IEWS), mengatakan sistem tersebut berupa perlindungan anti-jamming mutakhir.
“MAPS menggunakan perlindungan anti-jamming dan anti-spoofing yang ditingkatkan untuk memberikan PNT yang terjamin kepada prajurit di platform Angkatan Darat di medan operasi. MAPS mendistribusikan PNT ke sistem onboard dan klien yang mendukung navigasi, komando, pengendali tembakan, dan manuver,” kata esai itu. Pendekatan MAPS adalah untuk mengamankan sistem GPS sambil mengintegrasikan teknologi PNT baru untuk menyediakan konektivitas yang tidak bergantung pada GPS.
Singkatnya, MAPS bekerja dengan memastikan akses ke GPS militer modern dan menggabungkan sumber tambahan PNT untuk memasukkan waktu dan teknologi navigasi alternatif,” kata Letnan Kolonel Andrew Johnston, manajer produk Mounted Assured PNT. “PNT yang terjamin adalah kemampuan yang memungkinkan untuk Operasi Multi Domain dan Angkatan Darat di 2030.”
Baca juga: Washington Bahas Kemungkinan ‘Putus’ Akses Navigasi GPS di Wilayah Rusia
Dalam waktu dekat, MAPS akan diuji coba di MBT Abrams, ranpur IFV Bradley, Self Propelled Howitzer Paladin, ranpur Stryker, dan Humvee. Angkatan Darat juga melaporkan bahwa mereka akan menggunakan MAPS untuk pertahanan udara jarak pendek. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
MiG-21U-400 Mongol-A: Jet Latih Tempur TNI AU Yang Terlupakan
16 Comments | Apr 13, 2018
-
Keberangkatan Tunggu Perintah, TNI AL Siapkan Kapal Rumah Sakit KRI dr Radjiman Wedyodiningrat 992 ke Palestina
8 Comments | Nov 10, 2023
-
Sukhoi Su-57 Felon, Satu-satunya Jet Tempur dengan DIRCM
24 Comments | Feb 8, 2020
-
Vashavyanka Class – “Kilo Class Next Generation” Telah Memulai Uji Pelayaran
26 Comments | Oct 15, 2019
Masih bergantung dengan GPS, ini hanya backup data offline dari GPS, ketika satelitnya hancur ditembak asat, atau berada dilingkungan jamming berat ya g ngefek