Update Drone KamikazeKlik di Atas

Akhir Tender Pesawat Intai Maritim, Malaysia Pilih Leonardo ATR-72-600 MPA (P-72)

Dalam perencanaan strategis Angkatan Udara Malaysia (TUDM) berharap kelak dapat mengoperasikan lima unit pesawat intai maritim, yakni tiga unit CN-235 220 MPA (Maritime Patrol Aircraft) yang dikonversi oleh PT Dirgantara Indonesia, dan dua unit lainnya adalah jenis pesawat MPA baru. Dua unit pesawat MPA pilihan Malaysia itu adalah jenis turboprop ATR-72 MPA yang ditawarkan Leonardo dari Italia.

Baca juga: ATR-72 600 MPA, Berjaya di Regional Airliner Kini Bertarung di Pasar Intai Maritim

Dikutip dari militaryleak.com (11/10/2022), Pemerintah Malaysia diwartakan telah menyetujui tawaran Leonardo untuk program Maritime Patrol Aircraft (MPA). Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Malaysia mengeluarkan pemberitahuan tender untuk mencari dua unit MPA untuk Angkatan Udara Kerajaan Malaysia pada Agustus 2020. Saat itu, ATR-72 600 MPA masuk sebagai kandidat pemilihan, bersaing dengan CN-235 MPA dari Indonesia, C-295 MPA dari Airbus Defence and Space, dan P-8 Poseidon dari Boeing.

Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan pembelian pesawat maritim dan drone disediakan (Anka) oleh Malaysia Plan, karena alokasi anggaran terbatas dan tidak mencukupi untuk pengadaan aset strategis.

Meski Pemerintah Malaysia telah mengumumkan Leonardo untuk memasok dua unit ATR-72 MPA namun ada tantangan dalam program akuisisi ini, pasalnya periode kerja parlemen telah berakhir, sementara parlemen baru akan dibentuk setelah pemilu. Sebagai informasi, pengadaan alutsista di Malaysia membutuhkan persetujuan dari parlemen. Ini artinya, pengadaan ATR-72 MPA untuk AU Malaysia harus menunggu persetujuan dari anggota parlemen periode mendatang.

ATR (Aerei da Trasporto Regionale atau Avions de Transport Régional)-72 series sudah begitu kondang namanya di kelas pesawat regional turboprop. Dengan bekal kemampuan mendarat dan lepas landas di runway 1.170 meter, plus telah terbukti kehandalannya sejak 1988, maka ATR-72 pun dilirik sebagai platform Maritime Patrol Aircraft.

Bahkan lebih dari itu, ATR-72 disulap menjadi menjadi pesawat MPA dengan kemampuan AKS (Anti Kapal Selam), ini artinya ATR-72 tak sebatas berperan melakukan deteksi pada sasaran, melainkan juga dapat melaksanakan tindakan eksekusi dengan melepaskan torpedo.

Yang mengawali kiprah ATR-72 menjadi elang laut adalah Angkatan Laut Turki pada tahun 2014. Dimana Turki memutuskan membeli 10 unit ATR-72 500 MPA dan 6 unit ATR-72 600 MPA ASW (Anti-Submarine Warfare).

Kemudian Italia mengikuti jejak Turki, dengan mengakuisisi ATR-72 500 MPA. Berkolaborasi dengan Alenia Aermacchi (Leonardo-Finmeccanica), sosok pesawat patroli maritim ini pun diberi label P-72A. Bagi AU Italia, P-72A digadang untuk peran multirole maritime patrol, electronic surveillance dan C4 platform. Sementara varian AKS-nya diberi label P72-B.

Diluar Turki dan Italia, Angkatan Laut Pakistan tercatat juga sebagai pengguna ATR-72 500 MPA, persisnya pada 2016 lalu, dua unit ATR-72 500 AL Turki di upgrade untuk menjadi ASW di Rheinland Air Service, Dusseldorf, Jerman.

Lantas apa yang ditawarkan ATR-72 MPA? Khususnya pada varian AKS yang paling maju, ATR-72 ASW dapat dipersenjatai dengan rudal anti kapal dan torpedo. Posisi hardpoint tidak berada di bawah sayap, melainkan pada sisi kiri dan kanan bawah fuselage. Jenis torpedo yang dapat dilepaskan dan telah sukses diuji adalah dari jenis torpedo ringan MK54 dan MK46.

ATR-72 500 MPA milik Pakistan yang di upgrade di Jerman.

Selayaknya pesawat MPA, ATR-72 kini dibekali perangkat Thales AMASCOS (Airborne Maritime Situation and Control System) yang dipadukan dengan radar Ocean Master Surveillance. Maka jika diperhatikan, pada bagian bawah fuselage ATR-72 MPA terdapat belly dome radar.

Baca juga: Pakistan Terima Keseluruhan RAS 72 Sea Eagle, Jawara Turboprop ATR-72 di Lautan

Kelengkapan lain yang ada di ATR-72 MPA adalah perangkat optical electronic, FLIR, chaff & flare dispenser, radar warning, depth charge, missile warning and laser warning systems. Tak ketinggalan bekal ESM (Electronic Support Measures) and MAD (Magnetic Anomaly Detector) sensor untuk peran AKS yang disematkan pada bagian ekor. (Gilang Perdana)

5 Comments