Airbus Raih Kontrak US$6,36 Miliar dari Jerman untuk 38 Unit Eurofighter “Quadriga” Typhoon
|Airbus Defence and Space (ADS) belum lama ini telah menandatangani kontrak untuk mengirimkan 38 unit jet tempur Eurofighter Typhoon varian terbaru untuk kebutuhan Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe). Dengan kontrak senilai US$6,35 miliar, nantinya Luftwaffe akan menerima 30 unit Typhoon single seater dan 8 unit Typhoon double seater.
Dari siaran pers Airbus yang diterima Indomiliter.com (12/11/2020), pihak Airbus menyebut bahwa pemesanan dalam proyek Quadriga tersebut menjadi pesanan terbesar dalam program pertahanan di Eropa. Dari ke-38 unit Typhoon untuk AU Jerman, tiga unit kabarya akan dibekali dengan perangkat Instrumented Test Aircraft guna pengembangan lebih lanjut bagi program Typhoon di masa depan.
Dirk Hoke, CEO Airbus Defense and Space mengatakan, “AU Jerman akan menerima Typhoon Tranche 4, dimana merupakan pesawat tempur paling modern buatan Eropa dengan masa pakai hingga lebih dari tahun 2060. Typhoon Trench 4 juga dirancang dengan kemampuan teknis yang memungkinkan terintegrasi penuh ke dalam European Future Combat Air System (FCAS).”
Bagi Airbus, pesanan baru dari Jerman akan mengamankan jalur produksi hingga 2030. Unit perdana Typhoon pesanan terbaru Jerman dijadwalkan akan dikirim mulai tahun 2025. Selain bakal menggarap Typhoon pesanan Jerman, Airbus juga mengharapkan adanya pesanan dari Spanyol untuk mengganti armada F/A-18 Hornet lawas. Sementara keputusan pengadaan di Swiss dan Finlandia akan diumumkan pada tahun 2021.
Varian yang ditawarkan untuk Swiss sesuai dengan konfigurasi proyek Quadriga Jerman. Perangkat yang terpasang pada Typhoon Trench 4 mencakup instalasi radar terbaru – Active Electronically Scanned Array (AESA) CAPTOR-E., perangkat keras dan perangkat lunak yang future-proof, serta kemampuan multi-peran untuk menghadapi air and ground targets.
Selain pembelian 38 unit Eurofighter Typhoon, Jerman juga berencana membeli tambahan 55 unit jet tempur sebagai bagian dari rencana untuk menggantikan armada Panavia Tornado. Jerman menjatuhkan pilihan pada F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler, lantaran ada komitmen dari Boeing, bahwa manufaktur tersebut akan mendapatkan sertifikasi pembawa bom nuklir untuk Super Hornet. juru bicara Boeing, Justin Gibbons mengatakan bahwa F/A-18 Super Hornet mampu disertifikasi untuk memenuhi persyaratan membawa B61 di bawah timeline-nya.
Seperti diketahui, Jerman mempunyai mandat dari NATO untuk menerjunkan pesawat tempur yang mampu menjatuhkan bom gravitasi nuklir B61. Secara historis, sebagai bagian dari perjanjian pembagian nuklir NATO, Jerman telah menyimpan sebagian armada Tornado yang dikonfigurasikan untuk menggunakan bom nuklir buatan AS.
Baca juga: Gantikan F-18 Hornet, Eurofighter Tawarkan Typhoon ‘Halcon’ ke Spanyol
Jerman saat ini juga sedang dalam proses mengembangkan radar AESA terbaru untuk Eurofighter. Pemasok sistem sensor Jerman, Hensoldt, memimpin usaha itu bekerja sama dengan Airbus. Sementara Eurofighter adalah program pertahanan terbesar di Eropa, melibatkan Inggris, Spanyol, Italia dan Jerman, program jet tempur ini melibatkan lebih dari 100.000 pekerjaan di Eropa. (Gilang Perdana)
Jadi untuk Kemenhan sudah fix untuk ambil TYphoon belum bung?
Lalu untuk prosesnya apa sudah ada lampu Hijau dari kemenkeu? dan jg klo memang official dari Airbus tidak perlu ribed harus minta persetujuan negara2 konsorsium kah?
Untuk merealisasikan pilihan ini
apa Kemenhan sudah fix untuk ambil TYphoon belum bung?
Lalu untuk prosesnya apa sudah ada lampu Hijau dari kemenkeu? dan jg klo memang official dari Airbus tidak perlu ribed harus minta persetujuan negara2 konsorsium kah?
Untuk merealisasikan pilihan ini
Beli F-15 QA saja
http://defense-studies.blogspot.com/2020/11/prabowo-berusaha-keras-untuk.html?m=1
Tampaknya ska 14 bakalan diisi Typhoon nih
Bau baunya Su35 menyusui jadi PHP kita ke Rusia lagi nich setelah Kilo, Osa, Streguschy, Mi26 & Vena
Implikasi politiknya gimana ya gan, maksudnya lebih menguntungkan mana ngikut Amerika apa Eropa secara Amerika kan suka ikut campur urusan dlam negri orang.. takutnya kita nanti banyak diatur2 sm mereka
Singapura dan Australia maju dan sejahtera, sudah terbukti, kita mau ngomong (ngomel) apa ?? dan mereka tak tidak mau diatur atur Amerika, buktinya kapan hari ada turis Amerika dhukum cambuk, amerika protes keras, toh hukum cambuk tetap dijalankan, bahkan ada yang mau dihukum gantung.
ekspor kita ke amarika USD 22 Milyar, sedang impor hanya USD 7 Milyar, ada surplus USD 13 Milyar, itulah sebabnya amerika meminta kita beli alutsistanya agar surplus dapat ditutupi.
Bandingkan dengan Rusia, kita malah rugi neraca perdagangannya, amat kecil nilai perdagangannya
Amerika mampu menghormati kedaulatan negara lain jika negara tsb mampu menghormati kedaulatan negara2 lain terutama tetangganya sesuai prinsip Rule of law bukan Ruler’s law.
Dan tentu kita juga harus punya pintu buat lobi2 politik di AS.
Jangan pernah percaya dengan standar ganda Amerika, amerika tidak akan pernah mau Indonesia lebih unggul dibanding sekutunya dikawasan ini seperti Australia dan Singapura, cara efektif menekan Amerika adalah dengan menganti mata uang cadangan devisa ke mata uang asing lsin seperti euro atau yen
Ini komen kenapa indo susah maju penyakit inferiority complex.
Kembangkan kualitas sdm dan efisiensi birokrasi kalau mau maju.
Tiongkok bisa maju karena kualitas sdm dan bantuan investasi amerika.
Dari pada beli tyhoon ex Austria&Germany tranche 1 yg hny mentok diupgrade ke tranche 1 blok5 mending ambil F 16 blok 30 USA yg ditawarkan kmren ntar kita bisa upgrade ke f 16 V block 72 standard kyk Bahrain & Taiwan selain beli F 16 V brand new juga, disamping itu kita jg ditawarkan F 18 & ada kemungkinan Growler ditawarkan utk plan skadron EW .klo utk f 35 waiting time nya 9-10 terlalu lama bagi kita
Beda fungsi. Ska 12 & 14 buat air superiority. MEF ada perencanaan setiap Koopsau minimal 1 ska air superiority. Typhoon ex Jerman dan Austria dianggap jadi alternatif cepat daripada saga 12 tahun Su35 yang penuh drama tapi tak jelas endingnya
Typhoon nya austria bisa di upgrade sampai trance 3 dek, gk mentok sampai trance 1 blok 5 saja
Percuma Trance 3 jika yang ada di hard poinnya hanya medium to short, kecuali Trance 3 + BVR yang dicantelkan di hard poinnya, min meteor dengan jumlah lebih dari cukup.
airframe tranche 1 tak bisa diupgrade ke tranche 3. permasalahan besar juga pada upgrade radar dimana belum ada opsi mumpuni aesa radar dari eropa buat tranche 1. bae-leonardo saja masih taraf ujicoba. yg siap justru dari israel
kalo long term future upgrade malah lebih mudah buat f-16 dibandingkan typhoon
Bung AJ Radar Aesa Elta dari Isreal bukannya ga bisa diintegrasikan dgn rudal Bvraam Meteor ya?
Beli F-15 QA saja lebih superior.
Tentang Typhoon gosip yang beredar di group fb formil Kaskus lumayan seru. Jerman juga mulai menawarkan tranche 1 ex Luftwafe ke kita. Tim dari Kemenhan habis dari Austria langsung kr Jerman. Gosipnya 2 skadron buat Ska 12 & 14. Menhan mungkin melihat Typhoon bekas sebagai pilihan terjangkau pengganti Su35 yang dramanya semakin tak jelas
Kalau akhirnya seperti itu ya bye bye Su 35
Menarik nih awal pemerintahan pertama Jokowi sempat muncul wacana menolak pesawat tempur bekas. Ini seperti menjilat ludah sendiri
Yang ex Luftwafe penawaran resmi Airbus
Intinya pemerintah lebih condong ke offer dr Negeri Bavaria atau dr Paman Sam bung?
Masih penasaran dengan “Saga” pengadaan pesawat tempur sergap ska 14 jadinya mau ambil yg mana..
OOT. . . Kalau untuk pengadaan frigate ada info gk bung apakah Iver tetep jalan beriringan dgn Offering Destroyer dan joint production frigatr dr Jepang?
Kok ini matra laut ikut2an bimbang juga yah bung, Iver saya aja belum denger kpn tanda tngan sama Keel Laying kpn..
iver jalan
PKR jalan
Isu Super Hornet + Growler juga mantap. Kemenhan dan TNI AU tambah pusing menentukan pilihan
Terkadang keinginan belum tentu berbanding lurus dengan dinamika politik dan juga keadaan lainnya.
Semuanya butuh penyesuaian.
Kita masih jauh dari standar arti mapan untuk pespur.
Paling dekat dengan KFX/IFX dan dari project itupun para ahli dari kita masih banyak kekurangan data.
Ada banyak komponen yang terinstal di pespur dan semuanya memiliki kekayaan intelektual.
Amerika dan Rusia saja yang sebagai negara Adi Daya terkadang masih menggunakan pespur bekas yang telah dipensiunkan untuk alasan tertentu.
Intinya siapapun pemimpinnya, dinamika dan realita politik untuk alutista terkadang tidak dapat ditebak.
pilihan typhoon terdepan karena kita butuh yg bisa kasih delivery cepat, tot serta pilihan harga terjangkau. menhan prabowo memilih memprioritaskan air superiority melihat agresivitas cina
Ada gosip ttg future upgrade ga?
Ga bisa nyalahin ini itu paling kudu ngerti konteksnya lah
Yang penawaran dari Airbus ada paket upgrade dari CMS, IRST ala Tranche 3, support BVRAAM terbaru Meteor & AIM 120D serta overhaul mesin karena jam terbang yg lebih tinggi dibandingkan ex Austria
Menurut saya ya, untuk negara dengan anggaran cekak akuisisi alutsista bekas tapi berkualitas adalah solusi terbaik, daripada maksa beli alutsista baru tapi dikit dan minimalis
Nitip sekalian punya Austria yg mau dilego ke RI utk di upgrade setara trench 2 aja yg mumer tp handal dan bisa gebukin pespur chipeng di LCS. Secara pespur chipeng J-15 yg berbasis kapal induk bakal jd lawan landingnya. Pastilah tetap unggul sang typhoon. Soalnya kemampuan manuver J-15 kedodoran akibat mesin yg loyo spt loyonya sales produk chipeng yg jualannya gak laku2, akibatnya kerjanya nongkrong doank di warkop starbucks sambil nunggu kopi gretongan disambi bualan andalan seeker ngadat yg sdh berjilid2….hikhikhik
Oh, kirain yg maju Su-35 PLAA, apa jangan-jangan gak ditaruh di LCS gegara takut karatan kena air laut ya. Hhhhhhhhhhhhhhhhh
SU-35 PLA bukan versi kapal induk mbah. Gak ada pengaitnya. Yg versi kapal induk kan J-15 copyan dr SU-33.
Su-35 tidak takut air laut bang
Dia pesawat bukan kapal.
Oh ya satu lagi di daerah beku(rusia)
Aja bisa di daerah gurun(mesir) bisa apalagi SCS/lcs
Oh, kirain Su-35 ditempatkan di pangkalan pulau buatan mereka. Secara pulaunya kan sempit dan langsung laut lepas. Kalo yg di Mesir bukannya udah dikasih penyaring anti debu ya, tapi kayaknya punya China gak dikasih pelapis anti karat tuh.
Uji coba pertama SU35 untuk botol pulpen adalah di Suriah, hasil rangkaian misi SU35 di negara yang medan berpasir adalah dipasangnya saringan partikel untuk menyaring pasir.
Untuk pespur yang domisilinya di kapal induk ataupun di lanud yang dekat pantai biasanya akan di coating dengan anti korosi yang lebih intents.
Terlalu sayang kalo su-35 china cuman ditaruh di LCS. Tapi kalo disebar juga terlalu sedikit. So, di LCS cuman ada pespur KW dan Typhoon, F-16, IFX dan F-35 udah tepat diakuisisi Indonesia buat ditaruh di LCS.
Mahal juga beli Typon 38 biji 6.5 M greas baru .Bagaimana jika beli 48 biji Rafale pasti lebih mahal dari 38 Typon
Yang dibeli full bang tidak ketengan
38 unit $ 6,5 M
Itu COMPLIT aesa radar, flirt, armament, suku cadang, pelatihan, dll
Kalau tanpa persenjataannya itu pesawat per unitnya harganya $ 85 juta
India beli 36 Rafale $8M. Qatar beli 24 seharga $7M dan setelah itu beli 12 seharga $1M.
Udah liat kontrak jual belinya seperti apa? cuma liat jumlah dan harga terus serasa lebih mahal yg sini atau lebih murah yang sono ya?gak semua kontrak jual beli alutsista di jabarin secara detail di umum pasti ada point2 yg tidak di publikasi karena alasan sesuatu dan lain hal.jgn di debat lho kan sekarang kan era keterbukaan jadi masyarakat berhak tau dong gak boleh di rahasiakan..ga akan kelar nanti
Qatar memborong F-15 QA seharga US$ 6.2 miliar