Airbus A400M Atlas Lulus Sertifikasi, Kini Dapat Terjunkan 116 Pasukan Linud Secara Statik
|Bagi kebanyakan orang, pesawat angkut yang membawa pasukan lintas udara (linud) terlihat dengan mudahnya ‘melepas’ puluhan hingga ratusan penerjun dalam satu kali sortie. Dalam operasi linud, kelompok prajurit penerjun dilepas lewat pintu samping di belakang pesawat lewat metode terjun statik, dimana payung otomatis langsung mengembang sesaat prajurit keluar dari pesawat. Tapi, tahukah Anda, bahwa pesawat yang digunakan untuk terjun statik perlu mendapatkan sertifikasi?
Baca juga: Jadi ‘Launcher’ Remote Carriers, Inilah Peran Airbus A400M di FCAS
Rangkaian sertifikasi mutlak diraih oleh manufaktur pesawat jika mau dicap layak mendukung misi terjun statik, alasan utamanya jelas, yaitu terkait faktor keselamatan dalam beberapa skenario. Seperti belum lama ini, Airbus Defence and Space (ADS) telah menjalani sertifikasi dari Direction générale de l’armement (DGA), yaitu Lembaga pengadaan dan teknologi pertahanan yang bertanggung jawab atas manajemen program, pengembangan dan pembelian sistem senjata untuk militer Perancis.
Dikutip dari DefenseNews.com (3/6/2020), disebutkan ada dua tujuan dari sertifikasi yang dijalankan Airbus, yang pertama adalah kemampuan menerjukan 116 pasukan linud secara simultan otomatis lewat dua pintu samping, dan yang kedua adalah sertifikasi untuk terbang rendah (low level fligt), diamana kedua unsur tersebut akan saling terkait dalam operasi linud. Melibatkan koordinasi dengan DGA, serta militer Perancis dan Belgia, uji sertifikasi disebut sudah rampung pada Mei 2020. 116 penerjun dibagi menjadi dua kelompok, dimana masing-masing 58 penerjun untuk setiap pintu keluar.
Kampanye uji sertifikasi melibatkan kampanye penerjunan hingga seribu kali yang direkam untuk melihat pemodelan lintasan 3D para penerjun. “Meski sudah lolos sertifikasi DGA, namun bukan berarti enam negara mitra program Airbus A400M Atlas (Belgia, Prancis Jerman, Spanyol, Turki dan Inggris) dapat langsung menggunakan kemampuan ini dalam kondisi operasional. Ada perbedaan antara sertifikasi dan kemampuan operasional,” ujar juru bicara DGA.
Sebelumnya, A400M juga telah disertifikasi untuk fase pertama kemampuan terbang otomatis di ketinggian rendah 500 kaki (152 meter) di atas Pyrenees dan Perancis tengah. Fase ini menyangkut operasi penerbangan dengan visual (ada visibilitas), sementara pada fase kedua sertifikasi akan melibatkan penerbangan otomatis tanpa visibilitas.
Dalam pernyataan pers, Airbus menyebut kemampuan Automatic Low Level Flight (ALLF) adalah sesuatu yang unik untuk pesawat angkut, lantaran pesawat menjadi lebih sulit terdeteksi saat melintas di daerah yang rawan atau penuh ancaman. ALLF diantaranya dapat dimanfaatkan untuk misi pengiriman kargo udara, pengisian bahan bakar udara ke udara, logistik atau operasi khusus khusus lainnya.
Baca juga: Latihan Infiltrasi PPRC, Pasukan Elite Tiga Matra Lakukan Uji Terjun HALO/HAHO
Sementara pihak DGA mengatakan, kemampuan ‘baru’ pada A400M Atlas telah memperhitungkan kemungkinan terjadinya sejumlah masalah, seperti salah satu mesin mati atau hilangnya posisi lateral dan/atau vertikal pesawat. ALLF dapat digunakan dalam mode sepenuhnya otomatis atau mengikuti instruksi dari pimpinan misi. “Pada akhirnya solusi ini memungkinkan dilakukannya penerbangan pada ketinggian yang sangat rendah dalam kondisi tanpa visibilitas,” ujar DGA. (Haryo Adjie)
Pesawat mahal dan masih bermasalah di negara asalnya mending C 130 J super Hercules yg lbh cocok buat TNI
Kalau yang ini “cukup 100” unit aja buat TNI gak usah banyak banyak 😁. Kalau saat bencana alam dengan mudah angkut logistik dan saat perang bisa angkut satu divisi dengan cepat dan mudah. Ngarep.com
Pesawat ini tangguh dan kuat borong 24 Unit lalu minta TOT mesin atau badan pesawat atau produķsi bersama
Tot mesin???
Airbus sama boeing aja rajanya sales peswat ga bikin mesin sendiri.beli dari perusahaan lain. Kita minta tot mesin??