Update Drone KamikazeKlik di Atas

Airbus A400 Luncurkan (Lagi) Drone “Remote Carrier”, Sukses Terbang dengan Remote untuk Pertama Kali

Melanjutkan uji peluncuran drone (Remote Carrier) dari pesawat angkut berat A400M Atlas pada Februari lalu, kini Airbus Defence and Space (ADS) mewartakan telah melanjutkan tahapan uji coba peluncuran Remote Carrier, dimana drone dari basis Airbus Do-DT25 setelah diluncurkan dapat mengudara dan mendarat secara remote untuk pertama kalinya.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Airbus Uji Coba Peluncuran Drone “Remote Carrier” dari Pesawat A400M Atlas

Dikutip dari siaran pers ADS yang diterima Indomiliter.com (12/12/2022), Angkatan Bersenjata Jerman, Airbus, German Aerospace Center DLR, dan perusahaan Jerman SFL Geradts telah bersama-sama melakukan peluncuran dan pengoperasian demonstran uji penerbangan Remote Carrier pertama di dunia dari A400M yang mengudara.

Untuk penerbangan uji ini, Remote Carrier dimuat ke jalan A400M milik AU Jerman. Setelah diluncurkan lewat ramp door, mesin Remote Carrier (Do-DT25) dihidupkan dan dilanjutkan dalam mode penerbangan bertenaga. Awak di atas A400M kemudian menyerahkan kendali kepada operator di darat, yang dengan aman memerintahkan dan mendaratkan drone.

Guna mensukseskan peluncuran dari udara ini, dirancang Modular Airborne Combat Cloud Services (MACCS) yang memungkinkan konektivitas penuh antara airlifter (pesawat induk) dan drone.

Remote Carriers akan menjadi komponen penting dalam program Future Combat Air System (FCAS). Remote Carrier terbang bekerja sama dengan pesawat berawak dan mendukung pilot dalam tugas dan misi mereka.

Pesawat angkut seperti A400M akan memainkan peran penting, yakni sebagai pesawat induk yang akan membawa Remote Carrier sedekat mungkin ke area operasi sebelum melepaskan hingga 50 Remote Carrier kecil atau 12 Remote Carrier Jarak Jauh yang lebih berat. Remote Carrier kemudian akan bergabung dengan pesawat berawak, beroperasi dengan otomatisasi tingkat tinggi meskipun selalu di bawah kendali pilot.

Dengan mengandalkan sensor onboard, Remote Carriers dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh pilot. Kehadiran drone ‘pendamping’ dapat memberikan gambaran dan informasi luas pada pilot tentang battlespace.

Remote carriers berperan sebagai “kepanjangan mata” dari pilot di pesawat tempur. Yang paling utama adalah kemampuan ‘memperluas’ jangkauan radar, kemudian target designation range untuk mendukung misi penembakan rudal udara ke permukaan jarak jauh.

Meski perjalanan proyek FCAS masih jauh, dimana target penyerahan pesawat perdana pada tahun 2040, namun untuk remote carriers FCAS ada dua desain yang ditawarkan, masing-masing oleh Airbus dan MBDA.

Remote carrier dari MBDA yang diberi kode RC200, disebut-sebut punya panjang 2,8 meter dan bobot sekitar 240 kg. Disokong mesin turbojet, MBDA RC200 dapat melesat dalam kecepatan Mach 0.7 – Mach 0.85, dan dalam aspek manuver dapat meliuk hingga 4G.

Baca juga: Jadi ‘Launcher’ Remote Carriers, Inilah Peran Airbus A400M di FCAS

MBDA RC200 tidak dilengkapi lethal payload dan operasinya didukung koneksi GPS. Sedangkan untuk remote carrier rancangan Airbus punya desain yang lebih besar, kemungkinan ditekankan untuk jangkauan terbang yang lebih jauh. (Haryo Adjie)