Ada Pengaruh Perang Dingin, Inilah Latar Belakang Dipilihnya Type 209/1300 Sebagai Kapal Selam TNI AL
Selain menyisakan kesedihan mendalam bagi Bangsa Indonesia, musibah yang menimpa awak kapal selam KRI Nanggala 402 juga turut mengundang pertanyaan dari warganet. Selain pertanyaan tentang bagaimana musibah itu bisa terjadi, pertanyaan menarik lainnya adalah, apa yang mendasari Indonesia mengakuisisi kapal selam Type 209/1300 pada dekade 70-an.
Baca juga: KRI Cakra 401 (Type 209/1300) – “Siluman Bawah Laut” TNI AL
Seperti diketahui, pesanan dua unit Type 209/1300 (Cakra Class) untuk TNI AL mulai diproduksi pada tahun 1977 dan kemudian mulai dioperasikan pada tahun 1980/1981.
Indomiliter.com yang merangkum keterangan dari buku “Kapal Selam Indonesia” karya Indroyono Soesilo dan Budiman, menemukan petikan informasi menarik, disebutkan kapal selam Type 209 produksi Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW), merupakan salah satu jenis kapal selam buatan Jerman. Sampai dengan tahun 2002, keunggulan Jerman dalam memproduksi kapal selam diesel listrik seolah tak pernah ada yang menyaingi. Jerman pertama kali memasuki pasar dunia pada pertengahan tahun 1960-an, ketika kebutuhan kapal selam menjadi tren bagi negara-negara kecil.
Bobot terberat kapal selam Type 209 adalah 1.660 ton surfaced (bobot kapal di permukaan) dan 1.850 ton submerged (bobot kapal saat menyelam). Jenis kapal selam tersebut diwakili oleh Type 209/1500 yang saat ini digunakan oleh Angkatan Laut India, dan dikenal sebagai Shishumar Class.
Jerman sebagai arsitek utama kapal selam Type 209, sampai tahun 2002 telah memproduksi sebanyak 63 unit kapal selam Type 209 dalam berbagai seri. Konsumen utama kapal selam Type 209 adalah Yunani dan negara-negara Asia, seperti India, Turki, Korea Selatan dan Indonesia.
Baca juga: Tiga Negara ini Masih Operasikan Kapal Selam Type 209 yang Lebih Tua dari Milik Indonesia
Nah, kondisi Perang Dingin yang berkecamuk antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang mencapai puncaknya pada dekade 70/80-an, rupanya ikut berpengaruh langsung pada tingginya angka penjualan kapal selam Type 209. Maklum saja, saat itu hanya sedikit kapal-kapal selam baru asal negara Barat yang tersedia, dan semuanya hampir memiliki ukuran besar dengan biaya operasional dan harga yang mahal pula.
Sejatinya, saat itu ekspor kapal selam dikuasi oleh Uni Soviet, tapi faktanya (saat itu) hampir tak pernah ada negara, baik dari Benua Amerika dan Asia, yang tertarik untuk membelinya. Alasannya ternyata tak melulu karena soal politik, kapal selam besutan Soviet lebih banyak dirancang untuk perang di iklim dingin (cold war). Selain itu, ukuran dan bobotnya terlalu besar untuk kebutuhan negara-negara kecil.
Dan, akhirnya pilihan banyak negara, termasuk Indonesia, jatuh pada Type 209 buatan Jerman yang mulai banyak dipasarkan. Alasan yang mengemuka, selain harganya yang relatif murah, kapal tersebut juga mempunyai ukuran yang lebih ramping. Jerman menyediakan beberapa jenis Type 209, antara lain Type 209/1200, Type 209/1300, Type 209/1400 dan Type 209/1500. Tipe-tipe tersebut kini tersebar di Turki, Korea Selatan, Brasil, India, Indonesia, Argentina, Kolombia, Ekuador dan Yunani.
Pamor Type 209 kemudian tambah meroket berkat kinerja kapal selam ini saat digunakan Argentina dalam Perang Malvinas di tahun 1982. Belum lagi, Type 209 juga berhasil diproduksi secara lisensi oleh Turki dan Korea Selatan, menjadikan populasi keluarga Type 209 semakin banyak.
Keputusan Indonesia pun, melanjutkan penggunaan Type 209 sebagai penerus Type 209/1300, yaitu pada Desember 2011, terikat kontrak untuk pengadaan tiga unit kapal selam Type 209/1400 Changbogo Class (Nagapasa Class), dengan benefit berupa transfer of technology (ToT) yang diberikan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DMSE) kepada PT Pal Indonesia.
Baca juga: DSME Menangkan Proyek Overhaul Kapal Selam KRI Cakra 401
Lain dari itu, akuisisi Type 209/1400 juga akan mengurangi biaya deployment, mengingat fasilitas yang tersedia untuk kapal selam Cakra Class dapat digunakan oleh Nagapasa Class. (Haryo Adjie)
Jadi inget lirikan babeh ke kilo, sayang batal😎
Syukur batal karena komandan anumerta Nanggala 402 mengkritik keras pembelian kasel bekas soviet yg terlantar 20 tahun lebih.
Coba telp DSME mungkin dikasih tahu om apa aja yg diganti. Sekalian nanya ntu Changbogo class pake part baru atau sebagian second…kan ngeri ntar.
Kalau UK rajanya kapal perang permukaan,maka jerman adalah master di submarine,kapal sekutu sampai frustasi kalau berhadapan dengan u boat terutama di atlantik,kenapa indonesia tidak mau belajar dari jerman untuk pembuatan submarine nya,kalau korsel dan turki saja bisa dapat lisensi
German engineering is the best in the world
@admin
Min tanya, dulu waktu overhaul dikorsel, torpedo launcher nya nanggala ikut diganti baru atau hanya diremajakan sparepartnya saja 🤔
this my sister and my brother…😅
Everything is written on the contract so just open it and see, but we all don’t know what caused that incident.
so don’t jump to conclusions … okay…!!!!
but…but there could be something wrong with the contract, for example not everything is replaced and repaired, maybe only some of them look outdated or are considered important to be replaced …!!!
do you know the contents of the contract ?
please describe here…??
@Aming How come people who just told others to not jumping into a conclusion regarding Ngl 402 disaster suddenly presenting several anecdotal theories later? What kind of Australian undergraduate is this?
hanya orang tertentu saja dek yang bisa liat kontrak kayak gitu…simbah aja engak boleh liat…mosok kamu mau minta liat apa lagi minta nya sama simbah….😅
Iki wong loro nduwur iki do caturan bab opo to……nyong belih mudeng blas 🙆🙆🙆
#min tolong komen berbahasa asing ditranslate dulu biar pada paham maksute
Kelas ‘Chang bogo Korsel apakah masih membayar royalti atas hak cipta penjualan kasel type 209 ke TKMS?