Xi Jinping Inspeksi DF-26 Brigade Pasukan Roket, Tegaskan Cina Tak Kesempingkan Opsi Militer dalam Masalah Taiwan
Presiden Cina Xi Jinping kembali menegaskan, pihaknya tidak mengesampingkan opsi militer dalam masalah Taiwan dan menyatakan kesiapan tempur penuh Cina dalam menghadapi setiap dinamika dan eskalasi, termasuk dalam penggunaan rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh. Hal tersebut disampaikan Xi Jinping saat inpeksi ke DF-26 Brigade People’s Liberation Army Rocket Force (PLARF) pada 19 Oktober lalu.
Selama inspeksi, Xi mencatat bahwa pasukan tersebut harus sepenuhnya memenuhi tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya oleh Partai Komunis dan rakyat Cina. Xi, yang juga menjabat sebagai sekretaris jenderal Komite Sentral Partai dan ketua Komisi Militer Pusat (CMC), mendesak pasukan untuk beradaptasi dengan dinamika peperangan modern yang terus berkembang.
Ia mengatakan bahwa penting juga untuk fokus pada perubahan misi tempur, strategi lawan potensial, dan lingkungan operasional. Menurut Xi, Pasukan Roket (Roket Force) harus menyempurnakan keterampilannya dalam peperangan konvensional sambil juga mengembangkan taktik dan kemampuan baru dengan peralatan canggih. Tujuannya, katanya, adalah untuk memastikan pasukan tetap efektif dalam skenario pertempuran tradisional dan yang sedang berkembang.
Inspeksi ini dilakukan hanya sebulan setelah Pasukan Roket PLA melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pertamanya dalam 44 tahun, dengan mengirimkan rudal ke Samudra Pasifik. Uji coba tersebut menggarisbawahi upaya Cina untuk meningkatkan kemampuan pencegahan strategisnya di tengah meningkatnya ketegangan global.
Kunjungan Xi mencakup inspeksi peralatan dan proses pelatihan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Cina, terungkap bahwa Xi menerima pengarahan terperinci tentang operasi brigade dan menyampaikan pidato yang menekankan perlunya arahan politik yang berkelanjutan dalam pasukan tersebut.
PLARF berperan penting dalam menjaga kemampuan pencegahan strategis Cina. Pasukan ini bertugas mengawasi persenjataan nuklir negara tersebut. PLARF bertugas dengan beberapa misi penting, termasuk pencegahan strategis, melumpuhkan pertahanan udara musuh, dan mencegah pasukan musuh memasuki wilayah Cina, baik di darat, di udara, maupun di laut.
Tahun lalu, seorang komandan senior Angkatan Laut AS menunjukkan bahwa PLARF merupakan ancaman paling signifikan bagi Angkatan Laut AS di kawasan Indo-Pasifik.
Laksamana Samuel Paparo, yang berpangkat laksamana bintang empat di Angkatan Laut Amerika Serikat dan saat ini menjabat sebagai komandan Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat, lebih lanjut mengatakan bahwa Angkatan Laut AS terus terlibat dalam pengembangan taktik, teknik, dan prosedur untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh Pasukan Roket Cina.
People’s Liberation Army Rocket Force (PLARF) adalah salah satu cabang utama dari Angkatan Bersenjata Cina. Sebelumnya dikenal sebagai Second Artillery Corps, PLARF dibentuk kembali pada 1 Januari 2016 sebagai bagian dari reformasi militer besar yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping. PLARF bertanggung jawab atas operasi rudal strategis Cina, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik jarak menengah, rudal balistik jarak pendek, serta rudal jelajah yang dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional.
PLARF memiliki peran strategis dalam mempertahankan kekuatan deterrent nuklir Cina dan memainkan peran penting dalam doktrin “minimal deterrence” negara tersebut. Ini berarti bahwa Cina mempertahankan kekuatan nuklir yang cukup untuk memberikan serangan balasan yang menghancurkan jika diserang terlebih dahulu.
President Xi Jinping Inspects a DF-26 Brigade from PLA Rocket Force pic.twitter.com/MBwtBN0DEk
— David Wang (@Nickatgreat1220) October 19, 2024
PLARF mengoperasikan berbagai jenis sistem rudal, dari ICBM seperti DF-41 yang mampu menjangkau benua lain hingga rudal balistik jarak menengah seperti DF-26 yang dapat menyerang target di Pasifik Barat. Selain rudal balistik, mereka juga memiliki rudal jelajah seperti CJ-10.
Dalam beberapa tahun terakhir, PLARF telah mengalami modernisasi besar-besaran. Cina meningkatkan jumlah dan jangkauan rudal balistik serta memperkenalkan teknologi yang lebih canggih, seperti kendaraan luncur hipersonik – hypersonic glide vehicle (HGV), yang sulit dicegat oleh sistem pertahanan rudal saat ini.
Sementara DF-26 Brigade adalah satuan unit dalam PLARF yang mengoperasikan rudal balistik jarak menengah Dong Feng-26 (DF-26). DF-26 adalah salah satu rudal strategis paling penting dalam arsenal Cina karena fleksibilitasnya untuk digunakan dalam berbagai skenario serangan, baik konvensional maupun nuklir.
DF-26 memiliki jangkauan operasional sekitar 3.000 hingga 4.000 km, memungkinkan rudal ini untuk mencapai target di wilayah Asia-Pasifik, termasuk pangkalan militer AS di Guam. Inilah mengapa DF-26 sering dijuluki sebagai “Guam Killer,” karena kemampuannya menyerang pangkalan AS yang berjarak cukup jauh dari daratan Cina.
Brigade DF-26 dalam PLARF bertanggung jawab atas penyebaran dan pengoperasian rudal-rudal ini. Biasanya, satu brigade akan memiliki beberapa peluncur bergerak yang memungkinkan penyebaran cepat dan fleksibel ke berbagai lokasi. Hal ini memperkuat daya serang serta kemampuan mobilitas tinggi, membuat rudal sulit dideteksi atau dilacak oleh musuh.
DF-26 diluncurkan menggunakan Transporter Erector Launcher (TEL), yang merupakan kendaraan peluncur mobile yang dapat bergerak di medan sulit dan menembakkan rudal dari berbagai posisi. Ini memungkinkan PLARF untuk mengurangi kemungkinan serangan pre-emptive oleh musuh dengan memperbanyak lokasi peluncuran yang potensial.
Salah satu aspek menarik dari DF-26 adalah kemampuannya menyerang target maritim, termasuk kapal perang besar seperti kapal induk. Dengan hulu ledak konvensional, rudal ini dapat berfungsi sebagai senjata anti-kapal yang sangat mematikan, memperkuat kemampuan Cina dalam menghadapi angkatan laut besar di kawasan Pasifik.
Meski memiliki kekuatan nuklir, Cina secara historis berkomitmen pada kebijakan No First Use (NFU), yaitu mereka tidak akan menggunakan senjata nuklir kecuali jika diserang terlebih dahulu dengan nuklir. (Gilang Perdana)
Rudal Balistik Hipersonik DF-27 Bisa Menjangkau 8.000Km, Guam Terancam!