Uni Emirat Arab Batalkan Kontrak Pembelian 12 Unit Airbus H225M Caracal, Ini Alasannya
|Bersamaan dengan kontrak pengadaan 80 unit jet tempur Rafale F4 senilai 14 miliar euro, Uni Emirat Arab pada Desember 2021 juga ikut mengorder 12 unit helikopter H225M Caracal dari Airbus Helicopters. Berdasarkan kesepakatan, paket pengadaan helikopter SAR tempur tersebut mencapai nilai 800 juta euro. Namun, ada kabar mengejutkan, bahwa pemerintah UEA secara sepihak belum lama ini telah membatalkan kesepatan dengan Airbus Helicopters.
Baca juga: Uni Emirat Arab Borong 80 Unit Jet Tempur Rafale F4 dan 12 Helikopter Caracal
Seperti dikutip Breaking Defence (9/5/2023), “Kami baru-baru ini telah menghentikan kontrak dengan Airbus Helicopters untuk pembelian H225M Caracal,” ujar Muammar Abdulla Abusehab, Ketua Dewan Tawazun UEA dalam sebuah wawancara pada 8 Mei lalu. Ia menambahkan, bahwa UAE merasa sulit untuk melanjutkan kontrak karena high lifecycle cost, kemudian ada keterbatasan dalam mengadaptasi desain modular pada persyaratan misi masa depan, dan proposal teknis yang rumit.
Dewan Tawazun adalah entitas pemerintah independen UEA yang bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan dan badan keamanan di Uni Emirat Arab, dan ditugaskan, antara lain dalam bidang penelitian dan pengembangan serta sisi inovasi teknologi dari sektor tersebut.
Abushehab menekankan bahwa pembatalan ini bukan terkait politik, tetapi sepenuhnya karena alasan finansial dan teknis. “Perusahaan (Airbus Helicopters) kurang memiliki motivasi yang serius untuk menanggapi tuntutan kami guna memenuhi persyaratan mendesak dari pemerintah. Kegagalan untuk mencapai tujuan nilai dalam negeri merupakan faktor lain dalam keputusan untuk mengakhiri kontrak,” katanya.
Pada Desember 2021, UEA memesan 12 unit helikopter H225M Caracal selama kunjungan Presiden Perancis Macron ke UEA, dengan perkiraan nilai 750-800 juta euro. H225M adalah versi militer dari H225 dan dapat dipasang dengan berbagai perangkat persenjataan, mulai dari senapan mesin hingga roket hingga rudal anti kapal. Helikopter yang juga dioperasikan TNI AU ini, telah digunakan oleh 11 negara.
Pihak Airbus Helicopters menyebut, saat ini ada 104 unit H225M Carcal yang beroperasi di seluruh dunia, dan mengumpulkan lebih dari 143.000 jam terbang. Helikopter ini menyelesaikan penerbangan perdananya pada November 2000.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari Airbus Helicopters atas pembatalan pesanan dari UEA. Dirunut dari spesifikasi, H225M Caracal punya sejumlah keunggulan dibandingkan helikopter H215 (d/h AS332) Super Puma. Meski sekilas terlihat mirip, perbedaan yang paling kentara dari H215 dan H225/H225M terletak dari jumlah blade (baling-baling) pada main rotor. H215 Super Puma masih menggunakan empat blade, sementara H225M Caracal sudah menggunakan lima blade.
Caracal masuk golongan helikopter angkut sedang dengan kemampuan membawa 29 prajurit dengan senjata lengkap, atau dapat enam penumpang yang ditandu, ditambah sepuluh penumpang lain (Bayu Pamungkas)
Ah itu kan penghalusan kata. UEA dan semua negara2 Timteng lagi mesra dengan RRC (bakal punya pangkalan militer di UEA). Bikin ketar ketir dan merinding Satpam dunia aja tu RRC. Ujug2 nanti mungkin akan UEA woro2 beli heli CAIG Z-18. Teori saya masuk akal nggak nih guys? Hahahaaa…. Yang penting itu gembong bandit dunia kudu digebah jauh2. Hahahaa…
Sepertinya ndak mungkin karena masalah Hi Lifecycle Cost untuk sekelas UEA ni kelompok negara doyan jajan boros peralatan2 high class dan mewah, dgn Houthi Yaman dah rukun begitu juga dengan Israel pun dengan Iran dah mulai berbaikan. Mungkin kah dah mulai menyadari helikopter bukan kendaraan tempur yg handal di pertempuran modern terlalu mudah ditumpas, kita tunggu beberapa bulan ke depan mungkin akan ganti dengan kelompok drone serang yg terbukti jauh lebih lethal.
Semaju itukah jalan pikiran UEA….padahal uang bukan masalah buat mereka, terbukti dengan memesan 40 Rafael. Tetapi mereka perduli sekali dgn masalah finansial (Hi Lifecycle Cost) n teknis yg akan mereka beli /punyai……
Ruaarrr biasa