Tidak Punya Korps Marinir, Tapi Australia Punya Kemampuan Operasi Serbu Amfibi yang Kuat dan Terintegrasi
|Berbeda dengan Indonesia, Australia tidak memiliki Korps marinir atau pun tank amfibi, namun uniknya angkatan bersenjata Australia punya kemampuan operasi serbu amfibi yang bisa disebut, salah satu yang terkuat di dunia. Bukan sekedar teori, hal tersebut telah dibuktikan dalam Latihan Bersama (Latma) “Keris Woomera 2024” yang tengah digelar di perairan Banongan, Situbondo, Jawa Timur.
Persisnya, Australia tidak memiliki Korps Marinir seperti yang dimiliki oleh beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat atau Inggris. Meski begitu, Australia punya unit tempur yang setara dengan korps marinir yang disebut Amphibious Ready Group (ARG) yang terdiri dari unit-unit khusus dari Angkatan Laut dan Angkatan Darat.
Australia juga memiliki 2nd Commando Regiment dan Special Air Service Regiment (SASR) di dalam Angkatan Darat, yang bisa disiapkan untuk melakukan operasi amfibi dan tugas-tugas khusus lainnya. Namun, Australia tidak memisahkan pasukan amfibi menjadi korps marinir terpisah seperti negara-negara yang memiliki “Marines” secara tersendiri.
Seperti yang ditampilkan dalam Keris Woomera 2024, beberapa elemen kunci dari kemampuan operasi amfibi Australia mencakup kapal induk helikopter atau LHD (Landing Helicopter Dock) Canberra class, yang dalam Keris Woomera 2024, Angkatan Laut Australia mengerahkan HMAS Adelaide. Selain berperan sebagai kapal induk untuk operasional helikopter angkut dan helikopter serang, kapal ini mampu membawa pasukan dan kendaraan tempur diperlukan untuk operasi di pantai atau wilayah terpencil.
Sscara khusus, ARG terdiri dari unit-unit yang dilatih khusus untuk operasi amfibi. Misalnya, 7th Battalion, Royal Australian Regiment (7 RAR) memiliki keahlian dalam operasi serbu amfibi. Mereka sering berlatih dalam skenario pendaratan dan pengoperasian di wilayah pesisir. Unit-unit seperti Special Air Service Regiment (SASR) dan 2nd Commando Regiment juga terlatih dalam melakukan serangan amfibi dalam misi-misi khusus dan pemulihan wilayah.
Yang menarik dalam Latma Keris Woomera 2024, ARG ikut mengerahkan MBT M1 Abrams dalam operasi pendaratan amfibi. Dibawa oleh HMAS Adelaide, MBT Abrams tidak dibawa ke pantai menggunakan wahana LCM (Landing Craft Mechanized)-1E, yang biasa dilakukan selama latihan di Australia, melainkan M1 Abrams dibawa ke bibir pantai menggunakan Mexeflote.
Mexeflote
Mexeflote adalah sistem ponton amfibi yang dirancang untuk digunakan dalam operasi pendaratan amfibi. Sistem ini terdiri dari ponton terapung yang dapat dirakit dan dihubungkan untuk membentuk dermaga terapung sementara, yang dapat digunakan untuk mengangkut kendaraan berat, peralatan logistik, dan pasukan dari kapal ke pantai.
Mexeflote pertama kali dikembangkan oleh Inggris pada tahun 1980-an, dan sistem ini kini banyak digunakan oleh negara-negara dengan angkatan bersenjata yang terlibat dalam operasi amfibi, termasuk Australia.
Mexeflote terdiri dari ponton-ponton modular yang bisa dihubungkan untuk membentuk dermaga terapung, atau digunakan sebagai ponton angkut untuk kendaraan dan peralatan. Setiap ponton memiliki kapasitas tertentu, dan bisa digabungkan untuk membentuk platform yang lebih besar, sesuai dengan kebutuhan operasi.
Mexeflote dirancang untuk beroperasi di perairan dangkal dan bisa digunakan untuk menghubungkan kapal yang lebih besar dengan pantai yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh kapal pendarat besar (LHD). Mexeflote dilengkapi dengan mesin yang memungkinkan ponton-ponton ini bergerak secara mandiri. Mesin ini biasanya berupa motor diesel kecil yang dapat menggerakkan ponton terapung. Mesin ini memberi Mexeflote kemampuan untuk beroperasi di perairan dangkal atau dekat pantai, menghubungkan kapal dengan pantai meskipun tanpa arus yang kuat.
Salah satu keunggulan utama Mexeflote adalah fleksibilitas operasional. Mexeflote bisa digunakan dalam berbagai jenis operasi amfibi, baik untuk operasi militer besar maupun operasi kemanusiaan dan bantuan bencana. Dalam latihan atau situasi nyata, Mexeflote memungkinkan Australia untuk melakukan pendaratan pasukan dan peralatan dengan lebih cepat, tanpa bergantung sepenuhnya pada kapal pendarat besar.
Ada keunggulan, tentu juga ada kelemahan, Mexeflote tidak dirancang untuk beroperasi di perairan yang sangat bergelombang atau cuaca ekstrem. Stabilitasnya berkurang di kondisi laut yang kasar, membatasi penggunaannya di perairan yang tenang atau saat cuaca mendukung, maka wajar bila Mexeflote digelar di pantai Situbondo yang relatif tenang.
Platform ini memiliki kecepatan yang relatif rendah, sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan pengangkutan jika dibandingkan dengan kapal pendarat atau kendaraan lain. Ini bisa memperlambat operasi, terutama ketika waktu adalah faktor kritis.
Mexeflote tidak memiliki perlindungan lapis baja atau kemampuan defensif yang signifikan. Platform ini rentan terhadap serangan saat beroperasi di zona tempur, terutama dalam situasi yang memerlukan keamanan tinggi untuk material atau personel yang diangkut. Namun, ARG telah mengantisipasi kelemahan ini, semisal dalam Latma Keris Woomera 2024, selama operasi amfibi berlangsung, helikopter serang ARH Tiger yang bermarkas di HMAS Adelaide mengudara untuk memberikan close air support. (Gilang Perdana)
Indonesia sangat perlu memiliki LHD sebagai basis komando tempur dan pendaratan amfibi, selain itu juga dibutuhkan LHA sebagai basis sayap udara angkatan laut. Selain itu, penggunaan Tank Amfibi sebagai pendobrak pertama dan LCA sebagai angkut kendaraan dan logistik perlu ditambah.
Yang perlu diperhatikan adalah ancaman drone atau serangan missile yg datang dari drone secara masif harus segera disiapkan. Menjaga hanya dengan beberapa heli tempur masih dirasa kurang. Mungkin kawalan tankboat Antasena sebagai payung udara dengan meriam kaliber 30 mm bisa dijadikan alternatif.
Korps Marinir TNI-AL yang memiliki size terbesar di kawasan Asia Tenggara perlu mengejar penguasaan teknologi dan selalu evaluasi serta update terkait gelar operasi amfibi terkini, jangan mau kalah dengan ARG ADF yang sudah diakui memiliki kemampuan operasi serbu amfibi salah satu yang terkuat di dunia