Update Drone KamikazeKlik di Atas

Jelang Pendaratan Amfibi, AL Australia Kerahkan Schiebel Camcopter S-100 dengan Sensor LiDAR

Nama drone Schiebel Camcopter S-100 buatan Austria sudah kondang digunakan oleh angkatan laut beberapa negara, sebut saja S-100 yang pernah ditawarkan ke TNI AL, saat ini dioperasikan oleh angkatan laut Perancis, Inggris dan Australia. Selain ‘bandel’ untuk tugas intai di atas lautan, S-100 juga bisa dipersenjatai, seperti dipasangi rudal Lightweight Multirole Missile (LMM). Nah, ada kabar anyar dari AL Australia tentang penggunaan S-100.

Baca juga: Angkatan Laut Australia dan Singapura Kini Operasikan Schiebel S-100

Dalam gelaran latihan militer “Exercise Sea Raider”, S-100 yang dioperasikan dari kapal induk helikopter – Landing Helicopter Dock (LHD) HMAS Adelaide, mendapat tugas baru dalam pengintaian. Secara khusus, S-100 dipasangi modul sensor Light Detection and Ranging (LiDAR) sebagai payload. Dengan membawa LiDAR, drone copter ini secara khusus berperan untuk mendukung pelaksanaan operasi pendaratan amfibi.

Dengan LiDAR, maka S-100 dapat melakukan bathymetric and littoral light detection sebelum gelaran latihan pendaratan amfibi dilakukan. Dikerahkan dari HMAS Adelaide, drone tersebut memproyeksikan green wavelength laser melalui permukaan laut untuk memetakan topografi dasar laut dan pantai.

Dilansir interestingengineering.com (22/8/2023), efektivitas teknik pemetaan model baru ini dievaluasi pada ketinggian yang berbeda. Drone S-100 dapat terbang sejauh beberapa ratus kilometer dalam berbagai kondisi cuaca, siang atau malam. Drone ini juga dapat diintegrasikan dengan sistem pada kapal induk untuk membantu misi intelijen dan pengendalian lalu lintas udara.

“[Dengan teknik baru] kami membuat rencana survei untuk area pendaratan, kemudian membuat profil dan gradien penerbangan 3D, baik secara elektronik atau di atas kertas, yang digunakan sebagai alat pengarahan tentang batimetri perairan dangkal, pantai, topografi bagian belakang pantai,” ujar Letnan Kolonel Thomas Lennards dari AL Australia. “Survei tersebut digunakan untuk menavigasi bahaya, titik masuk dan keluar pantai, zona pendaratan helikopter, jembatan, daerah pedalaman, dan medan,” tambahnya.

Selain pengguaan drone S-100 dengan LiDAR, AL Australia juga memiliki overlay peta laut dan citra satelit yang digunakan untuk memastikan informasi terkini dalam koleksi kami dan membandingkan anomali dengan apa yang dipindai, serta dibandingkan dengan apa yang dipetakan.

UAV CAMCOPTER® S-100

Para ahli dari Australian Defense Science and Technology Group (DST) juga menguji pemindai laser 3D genggam di HMAS Adelaide untuk aplikasi taktis, termasuk penilaian kerusakan di medan perang.

Spesifikasi teknis drone Schiebel S-100, yakni punya diamater rotor utama 3400 mm, panjang total 3.110 mm, tinggi 1.120 mm, berat maksimum T/O 200 kilogram dan berat kosong 110 kilogram. Tangki bahan bakar internal 57,1 liter serta tangki BBM eksternal mencapai 25,4 liter.

Koneksi data link drone ini mampu menjangkau radius 200 kilometer, ini artinya koneksi LoS (Line of Sight) dapat dilakukan sampai jarak tersebut.

S-100 dapat terbang sampai maksimum 240 km per jam, kecepatan laju 185 km per jam, serta kecepatan operasi 100 km per jam. Endurance di udara Schiebel S-100 adalah enam jam dengan playload 50 kilogram dan batas ketinggian terbang mencapai 5.500 meter.

Baca juga: TNI AL Lirik Schiebel (Rajawali) S-100, Apa Saja Keunggulan Naval Drone Asal Austria Ini?

Dari sisi pilot drone, pihak manufaktur yakni Schiebel Elektronische Gerate GmBH melengkapi Ground Control Station (GCS) dengan layar mission control yang dapat memberikan informasi video realtime dari kamera pilot, termasuk display data penerbangan seperti pada umumnya di pesawat modern. (Bayu Pamungkas)