Update Drone KamikazeKlik di Atas

Thailand Lanjutkan Pembicaraan Masa Depan Kapal Selam S26T, Cina Tawarkan Mesin Pengganti Buatan Dalam Negeri

Seharusnya Thailand di akhir tahun ini sudah menerima kapal selam S26T Yuan class dari Cina. Namun, karena masalah seputar penggunaan mesin, membuat jadwal pembangunan kapal selam diesel listrik menjadi berantakan, bahkan disebut masa depan proyek kapal selam itu terancam.

Baca juga: HTMS Chang (Type 071E), LPD Terbesar di Asia Tenggara Tuntasan Tahapan Sea Trial

Rupanya dalam acara penyerahan HTMS Chang, Landing Platform Dock (LPD) Type 071E dari Hudong-Zhonghua Shipbuilding kepada Angkatan Laut Thailand pada hari Senin lalu, disebut berlangsung pembicaraan antara petinggi Thailand dan Cina untuk kembali meneruskan proyek pembangunan kapal selam S26T.

Mengutip dari The Nation Thailand – nationthailand.com (19/4/2023), “Thailand saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Cina untuk mengakhiri kebuntuan atas masalah pasokan mesin kapal selam,” kata Perdana Menteri Thailand Jenderal Prayut Chan-o-cha. Pernyataan tersebut dibuat PM Thailand setelah seremoni penyerahan LPD Type 071E di Shanghai.

(Navalnews)

Angkatan Laut Thailand dilaporkan memulai pembicaraan minggu lalu, yakni untuk mengalihkan penggunaan mesin, dari yang sebelumnya ditentukan menggunakan mesin buatan Jerman, maka kini akan dialihkan untuk menggunakan meisn CHD620 buatan Cina. “AL Thailand telah mengeluarkan pedoman untuk menangani masalah ini,” kata Prayut kepada pers di Government House di Bangkok.

Kapal selam S26T yang diproduksi oleh China Shipbuilding & Offshore International Co (CSOC), awalnya diharapkan akan dikirim pada tahun 2023. Konstruksi kapal selam macet ketika perusahaan Jerman yang akan memasok mesin diesel MTU396 ke CSOC untuk dipasang di kapal selam Thailand, menarik diri dari perjanjian, dengan mengatakan embargo Uni Eropa melarangnya menjual produk-produk untuk militer ke Cina.

Dengan kondisi di atas, CSOS menawarkan untuk memasang mesin buatan Cina di kapal selam Thailand. Namun, pemerintah Thailand menolak pertukaran jenis mesin, dan bersikeras menggunakan mesin Jerman seperti yang ditentukan dalam kontrak.

Prayut mengatakan pasokan, peralatan, dan senjata modern diperlukan untuk memastikan keamanan di Thailand, meliputi darat dan laut. PM Thailand menambahkan bahwa AL Thailand harus mendengarkan rekomendasi Cina tentang mesin kapal selam terlebih dahulu.

PM Prayuth mengatakan dirinya telah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping tentang masalah ini selama KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik pada November tahun lalu.

“Semua orang harus mengerti bahwa Thailand tidak memiliki kekuatan militer yang besar,” katanya. “Kita harus menjaga diri kita sendiri, terutama di daerah perbatasan,” kata Prayuth.

Salah satu Yuan Class AL Cina.

Kontrak pembangunan satu unit kapal selam S26T bernilai THB13,5 miliar (US$430 juta) ditandatangani pada tahun 2017. Kapal selam S26T sedianya akan dikirimkan ke Thailand pada akhir tahun 2023.

Pangkal masalah mandegnya proyek pembangunan kapal selam S26T adalah karena embargo, persisnya Cina terkena embargo persenjaatan dari Uni Eropa, dalam kasus ini, yang memberlakukan embargo adalah Jerman.

Konkritnya, kapal selam S26T membutuhkan tiga mesin diesel MTU396, yang harus dibeli dari perusahaan Jerman, Motoren und Turbinen Union GmbH, dimana ketiga mesin itu akan digunakan untuk menjalankan genset listrik kapal selam.

Dan seperti sudah bisa diterka, Pemerintah Jerman menolak untuk mengirimkan mesin MTU ke Cina. Atase pertahanan Jerman untuk Kerajaan Thailand, Philipp Doert dalam sebuah surat terbuka kepada The Bangkok Post, mengkonfirmasi keputusan pemerintahnya untuk menolak penggunaan mesin dari Jerman untuk kapal selam yang dibangun Cina. “Ekspor ditolak karena digunakan untuk barang industri militer/pertahanan Cina,” tulisnya.

Baca juga: Cina Kena Embargo Mesin dari Jerman, Masa Depan Kapal Selam S26T Thailand Terancam

Ia menambahkan, “Cina tidak berkoordinasi dengan Jerman sebelum menandatangani kontrak dengan Thailand, dan langsung menawarkan mesin MTU Jerman sebagai bagian dari produk mereka.” (Gilang Perdana)

4 Comments