Thailand Incar Dua Unit F-35A Lightning II, Bakal Jadi Pesanan ‘Tersedikit’ untuk Lockheed Martin
Meski pucuk pimpinan Angkatan Udara Kerajaan Thailand (Royal Thai Air Force/RTAF) telah berganti pada 1 Oktober 2022, yaitu dari Marsekal Naphadej Thupatemi ke Marsekal Alongkorn Wannarot, namun kedua KSAU Thailand tetap berharap besar untuk bisa mengakuisisi jet tempur siluman F-35 Lightning II , menjadikan Thailand sebagai kekuatan udara setara Singapura di Asia Tenggara.
Dikutip dari thaipbsworld.com (25/11/2022), awalnya AU Negeri Gajah Putih berharap untuk membeli delapan unit F-35A Lightining II, namun kini, unit yang realistis untuk dibeli hanya dua unit saja. Itu pun masih menyisakan beberapa tantangan, dari dalam negeri misalnya, rencana pembelian F-35 mendapat perlawanan dari kubu lawan. Sementara dari luar negeri, tetap harus menunggu persetujuan dari Kongres di Washington.
Dengan kemungkinan hanya bisa membeli dua unit, maka Thailand akan menempatkan posisi sebagai negara dengan pemesan F-35 dengan jumlah ‘terkecil’.
KSAU Thailand, Marsekal Alongkorn Wannarot mengatakan pihaknya tetap memutuskan untuk mengakuisisi dua jet tempur F-35A buatan Lockheed Martin, meskipun ada perlawanan dari pihak oposisi. Orang nomer satu di AU Thailand itu menyebut bahwa negara itu kini sedang menunggu keputusan dari Kongres AS tentang apakah penjualan ke Thailand akan disetujui atau tidak.
Meski berharap besar bisa membeli F-35A, namun Wannarot mengakui juga cemas dan agak skeptis pada Kongres AS, pasalnya akan ada kekhawatiran seputar proliferasi teknologi stealth AS. Terlebih Thailand menganut kebijakan dua kaki untuk kerja sama dan pengadaan alutsista, selain dengan AS dan Barat, Thailand juga punya kedekatan dengan Cina.
Terlepas dari itu, Thailand mengharapkan untuk mendapatkan tanggapan dari AS mengenai rencana pembelian F-35, yaitu antara Januari dan Juli tahun depan (2023). AU Thailand saat ini mengoperasikan armada F-16 Fighting Falcon yang sudah tua, dan akan dinonaktifkan dalam beberapa tahun mendatang.
Yang menarik, KSAU Thailand menekankan bahwa satu pesawat tempur F-35 punya kemampuan setara dengan tiga jet tempur F-16. Inilah yang menurutnya mengapa F-35 layak dibeli sebagai pengganti F-16.
Sementara keputusan dari Kongres AS akan menentukan nasib AU Thailand ke depan, sebelumnya dilaporkan bahwa AS telah setuju untuk mengirim tim untuk mengevaluasi kemampuan AU Thailand untuk mengoperasikan dan memelihara jet tempur generasi kelima tersebut.
Alongkorn Wannarot menyatakan bahwa rencana pengadaan AU Thailand telah dipikirkan dengan matang, mengingat keterbatasan anggaran yang harus dikelola secara efisien, dan bahwa ia dapat menjawab pertanyaan apa pun dari publik atau partai politik. Dia menegaskan bahwa negara itu memperketat keuangannya untuk mendanai proyek-proyek yang dianggap paling perlu, termasuk jet tempur.
“Kami menganggarkan dan memangkas pengeluaran di bidang lain untuk memastikan anggaran Angkatan Udara dihabiskan secara efisien,” kata Wannarot. Namun, keputusan untuk mengakuisisi jet tempur F-35 yang mahal telah menjadi masalah di negara itu dan telah ditentang oleh oposisi politik dan rakyat Thailand.
Kabinet Thailand pada prinsipnya mengesahkan permintaan AU Thailand untuk membeli empat F-35 untuk tahun fiskal 2023 senilai $415 juta pada Januari 2022. Usulan tersebut dipertahankan oleh KSAU saat itu, yang mengatakan bahwa armada F-5 dan F-16 Amerika yang sudah tua perlu diganti.
Seiring dinamika, AU Thailand kini memangkas target akuisis menjadi dua jet tempur F-35. Komite Pengawasan Anggaran DPR Thailand menyetujui anggaran sebesar US$14,7 juta untuk tahun fiskal 2023 guna memfasilitasi akuisisi dua F-35 setelah melakukan beberapa penyesuaian anggaran karena prospek ekonomi yang suram.
Baca juga: Untuk Pertama Kali, Jet Tempur Stealth F-35 Mendarat di Indonesia
AU Thailand berharap membeli varian F-35A untuk konvensional take-off dan landing. Akuisis pesawat tempur siluman ini akan menelan biaya sekitar US$207 juta, dan pembayarannya akan dilakukan secara mencicil selama empat tahun. Sementara itu, lawan politik Thailand percaya membeli F-35 adalah pengeluaran sia-sia, mengingat negara itu tengah menderita masalah sosial dan ekonomi. (Bayu Pamungkas)