TH-5711 Smart Hunter: Radar Pemandu Rudal Paskhas TNI AU
|Bila dirunut kebelakang, nampak TNI kian fokus pada kelengkapan rudal anti serangan udara (SAM/surface to air missile) dengan basis MANPADS (man portable air defence systems). Ini bisa dilihat dari hadirnya sista rudal Bofors RBS-70, Strela, Mistral, Grom, dan QW-3. Dengan basis MANPADS, rudal dapat dioperasikan secara mandiri oleh satu atau dua orang awak, atau dalam beberapa platform dapat diintegrasikan dengan pola penembakkan otomatis dalam suatu sistem peluncur, dalam hal ini adalah Mistral berpeluncur Tetral dan Grom dengan peluncur Poprad.
Baca juga: Amankan Puncak HUT RI Ke-72, Mulai dari Jammer Gun Hingga Smart Hunter Ikut Bersiaga
Khusus untuk yang dioperasikan secara mandiri, rudal dalam klasifikasi MANPADS punya keunggulan pada fleksibilitas dan mobilitas tinggi. Tapi disisi lain, dengan bobotnya yang ringan, rudal dalam segmen ini hanya memenuhi kaedah SHORAD (Short Range Air Defence), alias sistem pertahanan udara jarak dekat, rudal-rudal milik TNI dalam platform MANPADS memang lincah bermanuver dan dapat ditembakkan dari mana saja, tapi soal jangkauan tembaknya terbatas.
SAM SHORAD seperti Mistral, Grom, dan QW-3 rata-rata jarak tembak maksimumnya mencapai 5.000 – 6.000 meter. Dengan kecepatan supersonic, itu artinya target yang disasar “hanya” efektif menguber helikopter dan jet tempur yang terbang rendah dengan kecepatan tinggi. Sementara dalam konteks menghadapi jet tempur yang terbang tinggi diatas 8.000 – 10.000 meter, mungkin kita yang di darat hanya bisa meratap pasrah, sambil berharap semoga jet tempur TNI AU dapat meng-intercept.
Nah, menunjang operasional rudal-rudal diatas, awak rudal tentu tidak bisa beroperasi maksimal tanpa didukung “panca indra” yang memadai. Yang dimaksud disini adalah sistem radar mobile penjejak target. Untuk urusan yang satu ini, TNI kita sudah punya sejarah panjang. Di era tahun 60-an, ada radar Nysa P-30 B/C untuk rudal SA-2, lalu ada radar Giraffe untuk RBS-70, dan MMSR (Mobile Multibeam Search Radar) untuk rudal Grom TNI AD. Dan kini TNI, khususnya Korps Paskhas TNI AU juga punya perangkat radar sejenis, yakni radar TH-5711 Smart Hunter.
Smart Hunter yang buatan Cina merupakan sistem radar yang digunakan untuk memandu awak rudal QW-3 dalam mengetahui arah datangnya target lawan. Maklum arah datangnya pesawat lawan kadang sulit ditemukan secara visual. Dengan demikian, awak rudal dapat mengambil inisiatif pertama untuk melakukan tembakan untuk melumpuhkan pesawat penyusup. Smart Hunter dipasang dalam platform jip 4×4, untuk pesanan Paskhas, digunakan jenis Nissan Frontier 2000 cc dengan warna cat hijau. Dengan jaringan wireless, satu unit Smart Hunter mampu mengendalikan 12 penembak QW-3. Jalur komunikasi antara pusat kendali dan juru tembak mengandalkan gelombang WiFi (wireless fidelity).
Dalam gelar operasi, awak QW-3 dibekali antena portable, radio, dan helm yang dilengkapi alat bidik otomatis yang tehubung ke pusat kendali. Sehingga apa yang dilihat penembak, itu pula yang terpampang di layar kendali. Sementara untuk Smart Hunter, dalam kabin jip terdapat empat personel, terdiri dari komandan unit, pengemudi, dan dua operator sistem untuk ROT (Radar Operation Terminal) dan OCT (Operation Command Terminal). Dengan dukungan antena (bisa dilipat ke dalam body) setinggi 1,5 meter. Radar ini dapat memantau pergerakan pesawat sejauh 20 – 30 kilometer.
Baca juga: QW-3 – Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU
Smart Hunter mulai diterima TNI AU pada tahun 2011 lalu, saat ini kabarnya sudah 3 unit yang beroperasi. Dan melihat kebutuhan yang tinggi, terutama untuk pengamanan beberapa pangkalan udara (lanud), Smart Hunter akan didatangkan lebih banyak lagi. Salah satu unjuk kebolehan Smart Hunter yakni pada latgab TNI bulan Mei 2013 lalu, 2 pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI AU melaksanakan air landed di bandara Juwata Tarakan. Dalam air landed tersebut diturunkan Smart Hunter, rudal QW-3 dan kanon legendaris Tripe Gun.
Lepas dari soal kemampuan, kapasitas dan jangkauan, radar Smart Hunter berada di platform kendaraan 4×4, ini artinya menjadi yang terkecil di kelas radar mobile milik TNI. Sebagai perbandingan MMSR untuk rudal Grom menggunakan jip Land Rover Defender 6×6. Sedangkan radar Giraffe Arhanud TNI AD menggunakan platform truk Volvo dan Mercedes Benz. (Haryo Adjie Nogo Seno)
bismillah kami berharap agar bisa menayangkan radar terbaru entah buatan rusia,cina,polandia terbaru agar masyarakat tau spek radar dan warga prajurit bisa mendapatkan pengetahuan mengenai perkembangan teknologi radar via teknologi internt.
bismillah,sistem pertahanan udara NKRI ini perlu diperkuat dengan S-300,radar,su-35bm guna mperkuat pertahanan udara NKRI. Hal ini guna mencegah terjadinya black flight dari sebelah.sebagai rakyat dan kader PARTAI AMANAT NASIONAL mendukung hal ini agar lebih baik di TNI.AU,TNI.AL,TNI.AD. semoga hal ini jadi perhatian bagi wakil-wakil kami di DPR.RI.terima kasih.#kami berharap juga agar peningkatan taraf kesejahteraan prajurit dinaikkan.
indonesia harus bisa menankal kekuatan asing
Buat jangkauan radar 3000km, sama dg iran.
Dewan Pimpinan Ranting PARTAI AMANAT NASIONAL Pondok Karya Pondok Aren TangSel Banten Kami sebagai rakyat Indonesia sangat mendukung jika Saudaraku Panglima TNI dan jajaran MABES TNI,Saudaraku Menhan,Saudaraku Pimp.Fraksi PAN DPR RI komisi I meng-akusisi rudal s.300,HQ.12 dan HQ.16 minimal 5 baterai untuk TNI.AU atau TNI.AD,penambahan rudal brahmos untuk KRI TNI.AL,penambahan 1 Skanud SU.35 BM,1 Skanud heli anti kapal selam,3 kapal selam,cuma harus serius dan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan rakyat.
mohon tdk iklan parpol di sini. di sini forum militer. update pencerahan tentang militer saja. kalau anda ingin beriklan, silahkan gunakan saluran lain!
PEMILIHAN UNTUK SENJATA STRATEGIS & BESAR UJUNG2NYA ADALAH HAK POLKAM NYA PRESIDEN (PANGTI), TUNGGU SAJA 2014 SIAPA PRESIDENNYA, MUDAH2AN TERPILIH YANG TEGAS & BERANI MEMBESARKAN TNI TANPA MALU2 SAMA TETANGGA DALAM PEMBELIAN ALUTSISTA SEPERTI SINGAPORE & INDIA.
knp tni kalo boleh dibilang susah untuk mendapatkan rudal pertahanan jarak sedang karena kalo dibandingkan dengan beberapa negara dikawasan asia tenggara mereka sudah memiliki rudal pertahanan yang mumpuni.
apakah kita hanya bisa berharap dan terus bermimpi tni kedepannya mampu mengakuisisi rudal pertahanan seperti S300 dll??
Sebenernya bukan persoalan susah atau gampang, kalo mau beli pasti bisa. Tapi persoalan lebih ke soal strategis dan politis. Dalam masa damai ini, apakah setelah kita beli rudal S-300 terus dapat serta merta menembak “black flight”? Jawabannya bisa multi tafsir, urusannya bisa merembet kemana-mana, ke aspek hubungan luar negeri yang lebih luas. Kecuali di masa perang, lain cerita tentunya.
Tapi kan lumayan mas buat jaga” perbatasan. Hehehehee…
rudal pertahanan bkn hanya digunakan pada waktu perang..
tp itu dapat digunakan untuk memayungi dan melindungi wilayah udara indonesia sehingga apabila ada pihak asing yg sengaja mau melakukan black fight akan berpikir berulang kali krn bisa mendapatkan ancaman.
negara2 di kawasan asean sebagian besar sdh menggunakan sistem pertahanan udara jarak menengah dan agak miris melihat indonesia msh terpaku pada sistem pertahanan udara Shorad..
Tolong untuk admin kalau bisa tiap hari update terus berita pertahanan, saya salah satu penggemar blog ini. Thanks
Terima kasih atas support-nya, maunya kami juga sama.