TGM-65 Maverick: Bentuk Serupa Aslinya, Inilah Rudal Latih Udara ke Permukaan Andalan TNI AU
Jet tempur taktis Hawk 109/Hawk 209 TNI AU sudah lazim dipasangi rudal udara ke permukaan Raytheon AGM-65 Maverick, dalam sekali terbang jet tempur single engine besutan British Aeropsace ini dapat membawa dua unit AGM-65 Maverick. Dan belum lama berselang, Skadron Udara 12 “Black Panther” Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, pada Senin (20/2/2017) telah melaksanakan latihan tempur diatas udara wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Lima unit Hawk 109/Hawk 209 dikerahkan dengan masing-masing mengusung rudal AGM-65 Maverick.
Baca juga: Raytheon AGM-65K2 Maverick – Rudal Udara ke Permukaan Tercanggih Untuk F-16 TNI AU
Untuk misi penghancuran, Hawk 109/Hawk 209 di setting untuk membawa rudal AGM-65G Maverick. Ada label seri “G”menyiratkan bahwa ini adalah seri keluarga Maverick yang beroperasi dengan sistem pemandu infra red. AGM-65G sendiri berasal dari pengembangan AGM-65D dan diluncurkan perdana pada Februari 1986. Dengan hulu ledak seberat 136 kg, AGM-65G memang pas untuk menghajar sasaran dari jarak jauh, termasuk sasaran favoritnya adalah kapal permukaan. Bobot total AGM-65G ditaksir mencapai 301,5 kg. Bila Hawk 109/Hawk 209 hanya bisa menggotong dua unit Maverick, maka F-16 Fighting Falcon bisa membawa empat unit Maverick.
Baca juga: Hawk 209 – Lightweight Multirole Fighter Penantang F/A-18 Hornet
Resminya AGM-65G mampu melesat dengan kecepatan 1.150 km per jam, sementara jarak jangkaunya ada di rentang 13 – 27 km (tergantung sudut ketinggian pelepasan rudal). Karena merupakan alutsita berharga tinggi, untuk uji cobanya pun harus selektif, Hawk Skadron Udara 1 TNI AU pernah melaksanakan uji tembak rudal ini pada bulan Juni 2011 di Air Weapon Range (AWR) Pulung, Ponorogo, Jawa Timur dengan melibatkan tujuh pesawat Hawk 109/209.
Baca juga: Hawk 109 – Lead In Fighter Trainer dengan Peran Tempur Taktis
Pakai TGM-65 Maverick?
Dalam misi latihan tempur 20 Februari lalu, lima pesawat jenis Hawk ini take off dari Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, Setelah berputar-putar di udara Tanah Rencong sekitar 45 menit, pesawat ini kembali ke Lanud. Pada sesi pertama, ada tiga pesawat yang terbang disusul dua pesawat lainnya. Kelima pesawat ini terbang pada ketinggian 6 ribu kaki. Lokasinya 15 mil dari Lanud SIM di sisi barat dan timur.

Namun melihat dari foto yang dipublikasikan di beberapa media, Nampak rudal Maverick yang terpasang di Hawk 109/Hawk 209 dilengkapi cincin (ring) berwarna putih. Jenis Maverick dengan ring putih menandakkan bahwa rudal tersebut adalah TGM-65, jenis rudal latih yang juga dimiliki TNI AU dalam paket pembelian Maverick pada dekade 90-an. TGM-65 resminya adalah Training Guided Missile-65. Ditandai dengan cincin putih yang berarti dummy dipakai sebagai prasarana latihan penerbang dalam hal pembidikan di udara. Mempunyai sistem serupa dengan AGM-65, cuma tidak dilengkapi motor roket, jadi tidak dapat diluncurkan.
Baca juga: T-50i Golden Eagle – Pesawat Tempur Taktis Modern Pencetak Pilot Fighter TNI AU
Selain TGM-65, TNI AU juga memiliki MLT-65, yakni Munition Load Training-65. Digunakan para teknisi di darat untuk latihan loading dan unloading agar terlatih sewaktu memasang Maverick yang asli. MLT-65 mempuyai bentuk, berat, warna sama dengan rudal asli, dan ditandai cincin biru. Karena mempunyai kemiripan dengan rudal asli, sering dipakai saat static show. Masih ada lagi MMT-65, yaitu Munition Maintenance Training. Dipakai teknisi guna mengecek sistem alat bidik yang ada di pesawat, untuk membedakan dari jenis lain alat peraga ini bercincin kuning. (Gilang Perdana)
Wihh.. Rame bgt commnt nya… 🙂
Keren rudalnya
Kenapa hawk jadi korban kanibalisasi ya bung ? padahal hawk kita cukup banyak. Apakah suku cadangnya langka ? Lah emang BAe sudah tidak memproduksi suku cadang nya ?
@wong cilik
1. sumber langsung dari grup diskusi militer via whatsapp yg isinx sales & sumber internal tni
2. dari 2 ska hawk 208/109 kini dilebur jd 1 ska yaitu ska 12. dari 32 hawk 209 & 8 hawk 109 kini yg aktif 18 hawk 209 & 5 hawk 109. sisanx jd korban kanibalisasi. status ska 1 kini tanpa pespur sama sprt ska 14
3. adanx berita tntang encana pemerintah utk mmbeli 12 fa-50 dn prnh ada artikelnx di indomiliter. oleh sumber internal tni au & para sales trmaauk jg sales rosoboron mempertegas bhw pembelian fa-50 utk mengisi skadron udara 1 yg dulu sebelumnx diisi hawk 209/109 & sejak wacana 3 ska kohanudnas batal mk ska udara 1 direncanakan menggantikan peranan 3 ska kohanunas dgn bakal menganut skuadron gemuk dgn konsep dispersed base
Sekali-sekali komen di sini aaah… Knock knock mau bertamu di warung boleh ya admin ?
24 – 32 unit ?
Kalau 32 unit tanggung, 36 unit saja…biar disebarnya ke makin banyak tempat.
Dispersed base artinya pespur itu disebar ke berbagai tempat, namun untuk harwatnya dijadikan satu tempat di skuadron 1 itu.
Dispersed base memang cocok untuk FA-50 sebab FA-50 tidak butuh landasan yg panjang.
Kalau nggak salah FA-50 punya landing distance 450 meter saja, sedangkan take off distance kurang dari itu.
Itu berarti hanya butuh kira2 landasan 600 meter.
Bisa disembunyikan seperti Gripen.
Jadi 1 flight 3 – 4 unit bisa disembunyikan di mana saja yg ada jalan lurus tanpa hambatan (kabel listrik, papan reklame, jembatan layang dll) sepanjang 600 meter.
Beberapa flight bisa disebar dengan cara seperti itu.
Wah nanti saya dikira sales FA-50 lagi, kaaaaabuuur ahhh.
Apa ada kabar juga soal rencana produksi/lisensi FA-50 di sini mengingat kita akan beli dalam jumlah lumayan & berbagai kerjasama yg udah erat sebelumnya?
Atau kira2 imbal balik apa yg didapat Indonesia? Apa ada kustomisasi jet yg dibeli?
@errick
Kan T-50i kita memang customized….enggak ada padanannya. Enggak jelas basisnya tipe latih atau tipe tempur ringan….mungkin pabriknya aja bingung????
TOT-nya apaan ya…
Mmmm…mungkin boleh ngerjain sendiri MLU, modifikasi struktur dan perawatan mesin
Kenapa hawk jadi korban kanibalisasi ya bung ? padahal hawk kita cukup banyak. Apakah suku cadangnya langka ? Lah emang BAe sudah tidak memproduksi suku cadang nya ?
@ayam jago
Bang ayam…indopelita kan anak perusahaannya pelita air ya?
Mbok tulung ditanyakan, apa pernah dulu pelita kasi hibah heli bermesin-3 (seperti aw-101) ke AU…dan tulung juga ditanyakan gimana nasibnya heli tsb setelah dioperasikan oleh AU?
@jeng koni
indopelita 50% garuda indonesia sisanx pelita air service
kata sang sales indopelita bkn hibah tp pinjam. heli yg brsangkutan msh eksis sampe skrg
@ayam jago
Kayaknya kliru deh infonya…barusan ngecek ke situsnya udah ga ada tuh heli Super Frelon
Hayooo kemarin ketahuan bo’ong ya…
KatanyadiSingaporeAirShow,basarnas borong 1 ska aw-139….padahal yang bener, basarnas teken kontrak 13 unit dauphin/panther utk melengkapi heli yang ada biar genap 1 skadron….heeeeeeE
Bung Mimin,
Hawk yg kita punya bisa gak di upgrade pake air refueling system.?
tdk ada rencana upgrade atawa mlu ato mlm ato retrofit bual hawk 109/209. yg diupgrade justru maws (missile approach warning system) itupun buat hawk 209 doang
Ga usah pake hawk lg. Rawan di embargo ama inggris kayak kasus GAM. Masa bikin pespur ringan sendiri ga bisa 🙁
@rini
Ente lupa ya neng kalo aw-101 bikinan britis juga???????
Enggak takut diembargo….
Bukannya RWR?
semoga d sediakan dana untuk pengganti hawk 109/209….
ojo rencana tok…
@admin thanks artikelnya….tmbh ilmu lg..
pengganti hawk 109/209
1. skuadron udara 1 fix fa-50 rencananx bkl diisi skuadron gemuk dgn 24-32 pespur. operasionalnx akan dibawah kendali kohanudnas dgn konsep dispersed base
2, skuadron udara 12 bakalan diisi kfx/ifx
Dpt info dari mana pengganti hawk bakal FA50
pernah dengar kabar fa-50 salah satu calon kuat gantikan hawk series tni au
serta beberapa pespur buat pengadaan 2 skuadron dikawasan timur Indonesia buat meringankan kerja sukhoi di makassar dan gk perlu kirim 1 flight pespur dr skuadron manapun
Masih menunggu berita calon pesawat penggantinya.
Beritanya paling cepat 2020
Wah lama ya -,-