Hawk 209 – Lightweight Multirole Fighter Penantang F/A-18 Hornet

297500_218355338228295_100001614907975_603005_524021265_n

Meski di dapuk sebagai jet tempur lapis kedua, tapi merupakan pilihan yang ‘berani’ bagi Indonesia untuk mengakuisisi Hawk 209 pada tahun 1992, dan akhirnya tiba secara bergelombang bersama Hawk 109 di tahun 1997. Dibanding jet tempur TNI AU lainnya, Hawk 209 terbilang hasil rancangan gress yang belum menyandang predikat battle proven. Meski akhirnya pada 16 September 1999, dua Hawk 209 terlibat dogfight dengan F/A-18 Hornet AU Australia di udara Kupang, NTT.

Baca juga: Awas! Black Flight di Atas Lanud El Tari

Bagi negara berkembang dengan budget alutsista ngepas, hadirnya Hawk 209 besutan British Aerospace ibarat angin segar. Label generiknya adalah Hawk 1200, oleh pihak pembuatnya, yakni British Aerospace (BAe), Hawk Indonesia diberi kode 9. Hingga penulisannya sah-sah saja menjadi Hawk 209 untuk menyebut varian Hawk yang dibeli Indonesia. Inggris sebagai negara asal Hawk 200, tidak menjadikan jet ini sebagai arsenal kekuatannya. Selain Indonesia, Hawk 200 digunakan oleh Oman dan Malaysia.

Pihak pabrikan, menobatkan Hawk 209 sebagai lightweight multirole fighter dengan single seat. Embel-embel lightweight dikarenakan rancang bangun Hawk 209 yang bermesin tungggal mengacu pada keluarga jet Hawk, bobot kosong pesawat ini pun hanya 4.450 kg. Dirunut dari sejarahnya, program Hawk 200 pertama kali diperkenalkan dalam ajang Farnborough, September 1984. Sementara prototipe demonstator diterbangkan pertama kali pada 19 Mei 1986. Hanya dalam tempo dua bulan setelah itu, prototipe pesawat ini jatuh dan menewaskan test pilot Jim Hawkins. Kemudian prototipe kedua diluncurkan pada 29 April 1987.

Baca juga: Hawk 109 – Lead In Fighter Trainer dengan Peran Tempur Taktis

Versi demo Hawk 200.
Versi demo Hawk 200.
Hawk 209 mendarat dengan drag chute.
Hawk 209 mendarat dengan drag chute.

Baca juga: Hawk MK.53 – Perjalanan dari Jet Latih, Penempur Taktis Hingga Andalan Tim Aerobatik TNI AU

Hawk 209 dan Hawk 109.
Hawk 209 dan Hawk 109.
Kamuflase Hawk 209.
Kamuflase baru Hawk 209.

Baca juga: ADEN 30mm – Senjata Utama Hawk 100/200 TNI AU

Meski menyandang gelar multirole fighter untuk misi air defence dan ground attack, Hawk 209 serupa dengan Hawk 109, yakni tidak dilengkapi dengan kanon internal, karena keterbatasan ruang. Untuk menjawab ketiadaan kanon internal, Hawk 209 dipasangi kanon eksternal ADEN 30 mm pada centerline hardpoints. Konfigurasi hardpoints Hawk 209 serupa dengan Hawk 109, total ada tujuh hardpoints, termasuk bekal rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder pada masing-masing ujung sayap.

Walau jumlah hardpoints setara dengan Hawk 109, tapi pilihan senjata yang dapat dibawa lebih lengkap. Hawk 209 bisa membawa rudal udara ke udara AIM-120 AMRAAM, dan Sky Flash. Rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick, dan rudal anti kapal Sea Eagle, hingga bisa menggotong torpedo Sting Ray buatan Marconi. Pilihan bom yang dibawa mencakup 9 x 240 kg bombs, 9 x 113 kg bombs, dan 5 x 540 kg bombs. Sementara untuk mendukung misi khusus, Hawk 209 dapat dipasang reconnaissance pod.

Beberapa varian senjata Hawk 200.
Beberapa varian senjata Hawk 200.
Hawk 200 milik AU Malaysia.
Hawk 200 milik AU Malaysia.
Hawk 209 TNI AU ketika berada di Inggris.
Hawk 209 TNI AU ketika berada di Inggris.

Dengan hidung yang terlihat lebih bongsor, Hawk 209 mengusung radar multi gelombang pada bagian hidung yang telah mengalami modifikasi bentuk. Tipe radar yang dipasang adalah AN/APG-66H buatan Westinghouse. Radar jenis ini juga terpasang pada jet tempur F-4EJ Phantom milik AU Jepang dan modifikasi A-4K Kahu AU Selandia Baru. Radar AN/APG-66H merupakan derivatif dari radar yang biasa dipakai F-16 A/B. Radar ini terbilang ampuh, pasalnya dapat mendeteksi 10 target di permukaan serta sembilan target di udara secara bersamaan. Jarak sapuan radar bisa mencapai 35 mil. Pada pilihan menu (mode) tertentu, target udara yang bermanuver dapat diakuisisi secara otomatis.

Bedanya dengan Hawk 109, pada Hawk 209 dilengkapi dengan perangkat pengisian bahan bakar di udara (air refuelling), alatnya dinamakan air refuelling probe. TNI AU hingga saat ini masih mengandalkan pesawat tanker KC-130B Hercules dari Skadron Udara 32, Lanud Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur. TNI AU punya dua unit KC-130B Hercules yang di datangkan sejak tahun 1960, satu unit diantaranya, yakni A-1310 jatuh di Medan pada 30 Juni 2015 lalu. Sehingga kini untuk misi air refuelling, TNI AU hanya mengandalkan satu unit KC-130B Hercules dengan nomer A-1309.

Baca juga: KC-130B Hercules – Tingkatkan Endurance Jet Tempur TNI AU

Hawk 209 dengan AIM-9 Sidewinder.
Hawk 209 dengan AIM-9 Sidewinder.

Baca juga: Sidewinder – Si Pemburu Panas Andalan TNI-AU

hawk200-120110608_Hawk_200_Tergelincir_di_Skadron_Udara_Pekanbaru

Hawk 209 dan Hawk 109 mengusung jenis mesin yang sama, yakni Turboméca Adour Mk.871 yang punya daya dorong 6.000 pon. Dari mesin ini, dapat dicapai kecepatan maksimum hingga Mach 1.2 pada ketinggian diatas 17.000 kaki, jarak tempuh feri 3.610 km dengan tiga drop tanks, serta daya angkut senjata maksimal 3.500 kg. Kapasitas bahan bakar internal 1.361 kg dan kapasitas bahan bakar eksternal dengan drop tanks 2 x 864 liter.

Untuk memudahkan navigasi, seluruh data ditampilkan pada sebuah layar multifungsi. Atau lebih sering disebut MPD (Multi Purpose Display). Tugas pilot masih dipermudah dengan perangkat HUD (Head up Display). Punya peran sebagai layar proyeksi sebagai info vital saat berlangsungnya dog fight, dengan HUD maka pilot Hawk 109 TNI AU tak perlu lagi melongok ke panel pada dashboard kokpit. Perangkat HUD ini juga disematkan pada kursi kedua.

Standar fitur canggih khas jet tempur papan atas juga hadir dengan kelengkapan HOTAS (Hands on Throttle and Stick). HOTAS beda dengan tongkat kemudi biasa, tiap tombol pada HOTAS punya tekstur permukan berbeda-beda . Alhasil cukup dengan menghafalkan tipikal permukaan tombol, maka tangan sang pilot sudah bisa bekerja secara otomatis. Untuk bekal keselamatan pilot, Hawk 109 dilengkapi kursi lontar (ejection seat) jenis Martin Baker MK.10. Kursi lontar ini dapat beraksi dalam kondisi zero-zero. (Prap)

Baca juga: Martin Baker – Sang Penyambung Nyawa Pilot Pesawat Tempur

Spesifikasi Hawk 209
– Crew : 1
– Panjang dengan probe : 12,07 meter
– Rentang sayap dengan rudal : 9,94 meter
– Tinggi : 4,16 meter
– Berat kosong : 4.450 kg
– Berat max take off : 9.100 kg
– Kecepatan max : Mach 1.2
– Ketinggian max : 13.715 meter
– Mesin : Turboméca Adour Mk.871
– Jarak tempuh : 2.428 km
– Jarak tempuh dengan drop tanks : 3.610 km

27 Comments