Taliban Raih Peralatan Militer ‘Gratis’ Senilai US$85 Miliar, Kasus Helikopter Mi-17 Jadi yang Paling Menarik
Kejatuhan militer Afganistan (ANA) didikan Amerika Serikat, memang menjadi berkah bagi milisi Taliban. Puluhan helikopter serang, helikopter angkut dan ribuan rantis lapis baja telah diterima secara ‘gratis’ oleh Taliban tanpa perlawanan, alias semua peralatan tempur yang sebagian besar adalah hibah dari Washington itu diserahkan secara utuh kepada Taliban dengan begitu mudahnya.
Lantas bagaimana dengan perasaan AS? Publik dan politisi di dalam negeri sudah barang tentu jengkel atas ‘sumbangan’ alutsista gratis ke Taliban. Tapi toh itu konsekuensi yang harus diterima, pasalnya memperpanjang operasi militer di Afghanistan juga telah menguras anggaran yang tidak kecil. Sementara berharap ANA untuk melanjutkaan perlawan kepada Taliban juga tipis, lantaran moral tempur pasukan binaan AS itu yang rendah.
Dari serangkaian laporan terkait dengan alutsista milik ANA yang kini berada di tangan Taliban, satu yang menarik adalah pernyataan dari anggota Kongres AS Jim Banks. Dalam situs Telegraph, disebutkan total peralatan militer yang didapatkan Taliban pasca penarikan mundur pasukan AS dari Afganistan, ternyata mencapai nilai US$85 miliar. Rincian kasarnya, Taliban kini menerima 600.000 senjata ringan, 200 helikopter dan pesawat dari berbagai jenis, 162.000 unit peralatan komunikasi, serta 75.000 rantis lapis baja. Taliban juga telah mendapatkan drone intai, 16.000 perangkat night vision, pelindung tubuh, dan masih banyak lagi.
Banks meyakini angka tersebut, lantaran ia sendiri sebelumnya terlibat dalam program penyediaan persenjataan dan peralatan militer untuk pasukan pemerintahan Afghanistan. Media Inggris mengatakan yang paling berbahaya adalah bocornya data-data (biometrik) dan daftar penduduk lokal yang selama ini bekerja sama dengan AS.
Antara 2002 hingga 2017, AS memberi militer Afghanistan persenjataan sekitar US$28 miliar, termasuk roket, kacamata penglihatan malam, dan drone ScanEagle untuk pengumpulan data intelijen. Tetapi lepas dari semua itu, helikopter Black Hawk telah menjadi tanda bantuan militer AS yang paling terlihat, dan semestinya menjadi keuntungan terbesar Taliban.
Meski begitu, tak semuanya adalah buatan AS, ada juga alutsista produksi Rusia yang jatuh ke Taliban, dalam hal ini adalah helikopter angkut multiguna Mil Mi-17. Merujuk kantor berita Interfax, Alexander Mikheev, kepala eksportir dari Rosoboronexport menyebutkan, jumlah helikopter buatan Rusia di Afghanistan secara signifikan lebih tinggi daripada inventaris yang dilaporkan.
Sebuah laporan dari inspektur jenderal khusus AS untuk rekonstruksi Afghanistan mengatakan bahwa militer Afghanistan memiliki 56 unit helikopter Mi-17, yang hanya 32 unit yang dapat digunakan, Mi-17 adalah versi ekspor helikopter Mi-8 Rusia, yang diproduksi di dua pabrik di Kazan dan Ulan-Ude di Rusia.
Mengutip dari airforcemag.com (19/8/2021), Ketika Taliban menyerbu dan mengambil alih gudang besar senjata dan kendaraan, mereka juga mendapatkan 100 unit helikopter Mi-17 Hip, pesawat angkut buatan Rusia yang dibeli oleh AS untuk angkatan bersenjata Afghanistan karena harganya relatif lebih murah, dan lebih mudah diterbangkan daripada UH-60 Black Hawk buatan AS.
Ada fakta yang menarik dari Mi-17, khususnya pada varian Mi-17-V5, pasalnya helikopter yang disokong dua mesin TV3-117VM ini mendapat ‘tempat’ tersendiri di mata militer Amerika Serikat. Mengutip dari fsvts.gov.ru, disebutkan Pentagon secara tak resmi telah mengakui keunggulan Mi-17, khususnya bila dibandingkan UH-60 Black Hawk. Inspektor jenderal di Pentagon tak puas dengan performa Black Hawk di Afghanistan. Pentagon membandingkan kinerja UH-60 Black Hawk dengan Mi-17V-5 yang didatangkan untuk kebutuhan transisi di tubuh Angkatan Darat Afghanistan.
Skor minus Black Hawk dibandingkan Mi-17 terutama pada urusan kapasitas angkut kargo. Sudah dipastikan soal payload dan volume kargo, Mi-17 jauh lebih unggul dari Black Hawk. Pentagon menyebut, kapasitas angkut dua UH-60 dapat dituntaskan oleh satu Mi-17 dalam sekali terbang.
Ternyata bukan soal kapasitas payload yang membuat Mi-17 dipandang lebih unggul dari UH-60, Pentagon mengatakan Black Hawk tidak dapat terbang di ketinggian tinggi, dimana ketinggian terbang maksimum UH-60 adalah 5.800 meter. Sementara Mi-17 sanggup terbang sampai ketinggian maksimum 6.000 meter. Aspek ketinggian terbang menjadi penting untuk operasi di Afghanistan, lantaran medan yang dihadapi dominan berupa wilayah pegunungan.
Baca juga: 10 Tahun Terakhir, Rusia Telah Ekspor 850 Unit Helikopter, Mi-17V5 Jadi yang Terlaris
Berapa banyak dari helikopter itu sekarang dalam kondisi laik terbang tidak jelas, karena penarikan pasukan AS dan serangan Taliban telah berdampak pada kesiapan angkatan udara Afghanistan. Video telah muncul dari pejuang Taliban yang terbang dengan Mi-17 awal bulan ini. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa Taliban mengerahkan helikopter dalam operasi tempur. (Gilang Perdana)
lumayan
TNI ngiler liat Taliban punya 16.000 perangkat night vision wkwkwkw
“600.000 senjata ringan, 200 helikopter dan pesawat dari berbagai jenis, 162.000 unit peralatan komunikasi, serta 75.000 rantis lapis baja. Taliban juga telah mendapatkan drone intai, 16.000 perangkat night vision, pelindung tubuh, dan masih banyak lagi.”
Mas Jim abis dugem nih, datanya suangat berlebihan, PLA bisa sungkem liat taliban punya rantis lapis baja 75.000 bijik😁
Mental tempur orang timur tengah memang terkenal tempe gembus … tidak tahan banting , seperti di irak , diserbu isis tentara kocar kacir .. diserbu amerika penduduk malah mendukung penjajah .. beda dengan mental tempur orang asia hehehe tahan pukul mau sengsara lawan terus .. terbukti di vietnam , indonesia (perang penjajahan ) ..
kalo soal tentara militer Afghan (asuhan Amrik) yg menghilang, kita boleh curiga … mungkin jumlah sebenarnya jauh lebih kecil dari yg dilaporkan, adanya 100 ditulis 1000 tentara, maklum urusan duit di korup bisa jadi angka anggaran di mark up semua.
kenyataan di lapangan operator alat perang kebanyakan di sopiri pasukan sekutu.