Update Drone KamikazeKlik di Atas

Tak Perlu ke Luar Negeri, Uji Human Centrifuge Pilot Tempur TNI AU Kini Bisa di Indonesia (Lagi)

Human centrifuge (HC) jelas bukan barang baru bagi TNI AU, namun nama perangkat uji di Lakespra Saryanto ini kembali menjadi pemberitaan setelah difungsikan kembali pasca 12 tahun mengalami kerusakan. Meski namanya terasa asing didengar, HC pada dasarnya pernah populer di mata netizen, seperti perangkat ini diperlihatkan dalam adegan film James Bond – Moonraker (1979), dimana saat itu agen rahasia 007 (Roger Moore) digambarkan nyaris kehilangan kesadaran akibat laju HC yang sengaja dibuat maksimum dan tak terkendali.

Baca juga: Martin Baker – Sang Penyambung Nyawa Pilot Pesawat Tempur

Begitu dahsyatnya efek HC tentu mengudang tanya bagi sebagian orang, persisnya karena perangkat ini memang dirancang untuk menguji daya tahan tubuh penerbang, khususnya penerbang tempur dalam menerima tekanan gaya gravitas bumi (G force). Dengan modul berupa kapsul, pilot diuji untuk menerima putaran dengan ritme yang dipercepat. Selama proses HC berjalan, kondisi kapsul dipantau secara realtime untuk melihat kesadaran pilot, begitu pun instrumen pengukur detak jantung juga dilekatkan ke tubuh sang pilot.

Human centrifuge atau disebut juga High-G training pada dasarnya bukan hanya untuk menguji ketahanan pilot tempur, setiap astronot yang akan mengorbit dipastikan harus melalui pengujian HC. Tahapan HC dilakukan untuk menguji reaksi dan toleransi pilot terhadap akselerasi kepada gravitasi bumi. Saat G force meningkat, makan akan ada dampak pada efek visual sang pilot, termasuk hilangnya penglihatan pada warna, diikuti oleh tunnel vision, dimana penglihatan tepi hilang, hanya mempertahankan penglihatan tengah.

James Bond (Roger Moore) menjajal Human centrifuge di Moonraker.

Jika G-force meningkat lebih lanjut, kehilangan penglihatan total akan terjadi, sementara kesadaran pilot tetap ada. Efek-efek ini disebabkan oleh pengurangan aliran darah ke mata sebelum aliran darah ke otak hilang, karena tekanan ekstra di dalam mata (tekanan intraokular) melawan tekanan darah. Efek sebaliknya dialami dalam manuver aerobatik di bawah kekuatan G negatif, dimana kelebihan darah bergerak menuju otak dan mata “memerah.”

Tubuh manusia memiliki toleransi yang berbeda untuk G-force, tergantung pada arah akselerasi. Manusia dapat menahan akselerasi positif ke depan pada G-force yang lebih tinggi daripada mereka dapat menahan akselerasi positif ke atas. Ini karena ketika tubuh melaju dengan kecepatan tinggi, darah mengalir dari otak yang menyebabkan hilangnya penglihatan. Peningkatan G-force lebih lanjut akan menyebabkan G-LOC, dimana kesadaran pilot akan hilang. Ini sangat berbahaya, bila beberapa detik terjadi disorientasi, maka akan berakibat fatal yang berujung pada potensi terjadinya kecelakaan.

Ambang efek G-force pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung pada pola pelatihan, usia dan kebugaran individu. Seseorang yang tidak terlatih dan tidak terbiasa dengan manuver G-strain dapat pingsan antara 4 dan 6 G. Bagi Anda yang mau merasakan sensasi G-force, maka bisa menjajal wahana roller coaster, efek G-force roller coaster umumnya tidak lebih dari 3 G.

“Selama alat Human Centrifuge rusak dalam menjaga dan mempertahankan kesiapan para penerbang tempur, TNI AU bekerja sama dengan negara-negara seperti Belanda, Korea, Amerika dan singapura, dan biaya serta anggaran yang harus disiapkan jelas tidak sedikit,” ujar KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dikutip dari situs tni-au.mil.id (21/2/2020).

KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna saat mencoba Human centrifuge.

Baca juga: Asah Kemampuan Serang Permukaan, Pilot Tempur TNI AU Andalkan TGM-65G dan TGM-65K2 Maverick

KSAU yang mantan penerbang F-5E Tiger menambahkan, sejak tahun 2007 Human Cenrifuge mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan. Selama 12 tahun beberapa upaya perbaikan telah dilaksanakan untuk mengembalikan kondisi Human Centrifuge kedalam keadaan siap pakai, namun beberapa negara menawarkan biaya perbaikan yang cukup fantastik dan sangat mahal, yaitu berkisar diangka Rp170 miliar. (Gilang Perdana)

3 Comments