Asah Kemampuan Serang Permukaan, Pilot Tempur TNI AU Andalkan TGM-65G dan TGM-65K2 Maverick
|Bicara tentang rudal udara ke permukaan, nama AGM-65 Maverick buatan Raytheon adalah ujung tombak pada armada pesawat tempur TNI AU. Selain predikatnya yang battle proven, Maverick yang kini dimiliki TNI AU dalam dua versi sudah beberapa kali dilakukan uji tembak dengan hasil memuaskan, baik dilakukan dari jet tempur F-16 Fighting Falcon atau Hawk 209.
Baca juga: Dibalik Misi Terbang Malam, Inilah Serba-Serbinya dari Penerbang Jet Tempur TNI AU
Karena harga per unit rudal yang sangat mahal, jumlah AGM-65 secara kuantitas terbilang ngepas. Untuk itu, guna menjaga aspek kemampuan serang udara ke permukaan, setiap pilot F-16 di Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16, serta pilot Hawk 109/209 di Skadron Udara 1 dan Skadron Uara 12, akrab dengan apa yang disebut sebagai TGM (Training Guided Missile)-65 Maverick.
Desain TGM-65 Maverick serupa dengan rudal ‘asli’ AGM-65, termasuk sistem pemandu (seeker) pada moncong sama persis. “Meski tampak luar mirip, namun TGM-65 bobotnya lebih ringan dari AGM-65, persisnya karena tidak ada roket dan hulu ledak (warhead) di TGM-65,” ujar Letnan Kolonel Pnb. Bambang “Bramble” Apriyanto, Komandan Skadron Udara 16 kepada Indomiliter.com.
Mengikuti versi rudal Maverick yang kini dimiliki TNI AU, yaitu AGM-65G dan yang terbaru AGM-65K2, maka untuk keperluan latihan pilot di TNI AU juga digunakan TGM-65G dan TGM-65K2. Mengikuti karakter keunggulan dari dua versi Maverick, maka TGM-65G dan TGM-65K2 meski menyasar pada sasaran di permukaan, namun punya konfigurasi yang berbeda, terutama bicara tentang aspek proses targeting.
Mengikuti AGM-65G yang sudah digunakan TNI AU sejak dekade 90-an, TGM-65G menyiratkan menggunakan sistem pemandu infra red. Sementara TGM-65K2 mengikuti sistem AGM-65K2, yaitu mengadopsi sistem pemandu berupa sensor Charge Couple Device (CCD) TV 480×480 pixels, yang tak lain merupakan sensor cahaya dalam kamera. Sebagai catatan, kamera CCD di AGM/TGM-65K2 hanya untuk lock on pada target. Tracking ke target setelah rudal diluncurkan tidak dapat dilakukan.
Selama proses penggunan TGM-65 hanya ditampilkan simulasi targeting hingga weapon launch, khusus TGM-65G, bisa dilakukan simulasi sampai hit target. Disini prosesnya berbeda dengan latihan perang udara ke udara yang menggunakan ACMI KITS, pada TGM-65 tidak ada data link yang digunakan.
Meski AGM/TGM-65G usianya lebih tua, namun berkat pemandu infra red, lebih diandalkan untuk operasi serang permukaan di malam hari. Sebaliknya AGM/TGM-65K2, punya peningkatan pada akurasi dan handal dilepaskan dalam kondisi lower light levels.
Bambang Apriyanto menyebut bahwa kesemua versi AGM-65 Maverick merujuk ke sistem fire and forget. “Bila sudah lock on target dan parameter penembakan sudah sesuai, maka rudal tinggal dilepaskan. Setelah rudal meluncur mengenai sasaran atau tidak, tinggal berpulang pada kemampuan itu sendiri,” kata Bambang.
Baca juga: Raytheon AGM-65K2 Maverick – Rudal Udara ke Permukaan Tercanggih Untuk F-16 TNI AU
Dari catatan kami, F-16 TNI AU sudah dua kali kesempatan menemkan rudal Maverick, yaitu di tahun 2000 dan tahun 2013. Sementara Hawk 209 baru sekali melaksanakan uji tembak rudal ini pada bulan Juni 2011 di Air Weapon Range (AWR) Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Ketiga rudal Maverick yang ditembakan adalah dari versi AGM-65G. Semoga kedepan, AGM-65K2 juga akan menyusul diuji tembakan secara live.
Bila Hawk 109/Hawk 209 hanya bisa menggotong dua unit Maverick, maka F-16 Fighting Falcon bisa membawa empat unit Maverick. Meski mirip rudal asli, TGM-65 secara mudah dapat dilihat perberdaannya, yaitu pada bagian depan dilengkapi cincin (ring) berwarna putih. Kemudian di bagian belakang fuselage terdapat kata ‘Inert.’ (Haryo Adjie)
Combat tests other than war are actual training in a professional manner while still considering efficiency according to the capacity of the air force budget…
without the requirements as above do not expect to be strong and tested…⭐🌟⭐🐯
aneh…kok rudal udara-permukaan yg jd ujung tombak TNI AU yg disebut cuman maverick…yg bawaannya sukhoi gak disebut2…hihihii…katanya dah punya KH-29, KH-31…katanya sih…poto2nya jg ada kok,..tapi knapa blom jd andalan?..moga2 sih cuman kelupaan aja adminnya. BTW, sukhoi TNI blom prnh uji nmbakin rudal2 yg dibeli dr ruski,..prnh dnger berita,..dulu sukhoi tes nmbak kh-29 tapi miss target. Sayang gak ada berita resminya. Beda ama maverick,..beritanya gembar gembor…
Tidak lupa kok mas 🙂 Benar kata Anda, “punya tapi belum tentu jadi andalan”
Lbh hebat mana agm 65 sama javelin atau senjata anti tank portabel lainnya??
agm 65 kok dibandingin ama javelin….beda jauh kemana2…
AGM-65G Maverick hulu ledake 57kg bung.tank merk apapun akan hancur lebur
Buset maverick kalo digotong 2 orang kaga bakal kuat bahkan jhon rambo gak sanggup. Yg dimaksud ente javelin vs spike nlos kali.
Ya agm maverick sama javelin apa tow gt lbh berat mana? Jangkauan sama penetrasinya lbh bagus mana
Kita beli sukhoi biar Setroooong,tapi kalian tidak memikirkan latihannya.Jadi pilot enggak akan terlatih karena jarang terbang jadi jangan harap menang lawan F-35 RSAF sama F/A-18F RAAF ya?
Ngapain nerbangin sukhoi. SU27/30 khusus buru sergap ancaman target berisiko tinggi. Kalo yg diterjunin F16 blom ketemu targetnya udah kelock duluan sama F18 amerika kaya di laut bawean, buat apa bung percuma F16 ga ada efek gentarnya palingan F16 buat forcedown pesawat kargo. Komentar ente jadi blunder lho.
Sukhoi TNI juga pernah kena lock..
Sebenarnya itu tidak penting karena bukan pertempuran sebenarnya..
Tujuan TNI-AU cuma mengawal dan mengusir pesawat asing yg melintasi wilayah indonesia, jika niatnya untuk bertempur maka strateginya sudah disiapkan dari awal, bagaimanapun juga yg lebih terlatih adalah yg terbaik…
wow pilotx sering latihan pake rudal nggak kyk sukhoi krn kata rostec tuh barang pusaka hrs d simpan biar tdk cepat rusak alias smakin d simpan semakin setrong
Inert bung inert. Inget inert masih 1 tingkat diatas dummy. Sukhoi kita juga punya yg sekelas AGM65 – KH29 bahkan lengkap ada KH31, FAB250/500, P250/500, R73, R77 gress lho, beda sama F16 AGM65, AIM9P, MK82/83 bekas punya F5 tiger. Masalah utamanya bom presisi sukhoi dibeli tidak termasuk inert hanya dummy nya saja jadi akan ter amat sayang jika KH29 asli dipakai latihan rutin.
bkn bekas bung.pembelian agm65 aim9p dan bom mk pewmbelian gress bersamaan f-16ab datang.versinya aja sudah beda f-5 pakai aim9p2 sedang f16 pakai aim9p4 dan jumlah pembeliannya lebih banyak dari senjata sukhoi sekarang
apalagi sukhoi senjatanya baru bisa beli setelah 7 tahun.karena harganya sangat mahal,dikit pula