Update Drone KamikazeKlik di Atas

Stimson Center: “Pangkalan Udara AS di Indo Pasifik Sangat Mudah Dilumpuhan oleh Serangan dari Cina”

(Foto: Deakim74)

Dengan pengaruh dan aliansinya di Indo Pasifik, Amerika Serikat memiliki banyak basis (pangkalan) militer di kawasan Indo Pasifik. Meski begitu, sebuah laporan menyebut bila pangkalan udara (lanud) AS di Indo Pasifik terlalu mudah untuk dilumpuhkan dalam serangan awal dari Cina.

Baca juga: Cina Gerah, Typhon Weapon System dengan Rudal Tomahawk Tak Kunjung Ditarik dari Pulau Luzon (Filipina)

Sebuah laporan yang dirilis pada 12 Desember 2024 oleh Stimson Center, lembaga pemikir pertahanan yang berbasis di Washington, dengan tajuk “Cratering Effects: Chinese Missile Threats to US Air Bases in the Indo-Pacific”, menyebut serangan Cina terhadap lapangan udara akan menghalangi pesawat militer AS di kawasan Indo-Pasifik jika terjadi konflik, dan merekomendasikan agar AS berinvestasi dalam drone berharga murah dan mempersiapkan kemampuan perbaikan landasan pacu.

Masalah utamanya, kata para peneliti, adalah pangkalan-pangkalan di dalam gugus pulau pertama – kumpulan kepulauan yang membentang dari Indonesia dalam lengkungan timur laut ke Jepang, meliputi Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur – berada dalam jangkauan ribuan rudal jelajah dan balistik Cina.

USS Coronado (LCS-4) di Lanal Changi (Foto: news.usni.org)

Jika senjata-senjata itu didedikasikan untuk menghancurkan atau melumpuhkan landasan pacu, mereka dapat menutup lapangan udara di Jepang selama minimal 11,7 hari. Yang lebih jauh, di Guam dan Kepulauan Pasifik, dapat ditutup akibat serangan selama minimal 1,7 hari.

“Namun, dalam praktiknya, Cina dapat mengganggu operasi tempur AS lebih lama dengan mempersulit operasi pengisian bakan bakar di udara (air refueling), yaitu dengan memanfaatkan pengaruh Cina di negara-negara yang ekonominya bergantung pada Beijing, seperti dengan ‘permintaan’ untuk melarang penggunaan landas pacu sampai ruang udara untuk air refueling.

Laporan tersebut merekomendasikan investasi dalam sejumlah besar pesawat nirawak (drone) murah dan kemampuan peperangan elektronik (electronic warfare) untuk mempersulit perencanaan serangan Cina; mengembangkan lebih banyak drone yang dapat beroperasi di landasan pacu pendek; mengembangkan lebih banyak kemampuan perbaikan landasan pacu dan ketahanan pangkalan; serta membina aliansi sehingga negara-negara sahabat lebih bersedia membuka lapangan udara untuk digunakan oleh AS.

Seperti dikutip channelnewsasia, Komando Indo-Pasifik AS, yang mengawasi pasukan Amerika di wilayah tersebut, tidak menanggapi permintaan komentar. Pun dengan Kementerian pertahanan Cina tidak menanggapi permintaan komentar.

Perencana militer AS dalam beberapa tahun terakhir telah membangun konsep operasi terdistribusi – menyebarkan pasukan ke seluruh wilayah. Sebagai bagian dari Pacific Deterrence Initiative, ratusan juta dolar telah dihabiskan untuk meningkatkan lapangan udara di beberapa lokasi, seperti Australia dan Pulau Tinian.

Tekan Pengaruh Cina di Oseania, AS Perluas Fasilitas Pangkalan Angkatan Laut di Papua Nugini

Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Udara AS juga mengembangkan program yang disebut Rapid Airfield Damage Recovery (RADR), yang menurut laporan tersebut dimaksudkan untuk membuka kembali landasan pacu dengan cepat setelah terjadi serangan dan membuatnya tetap aktif.

AS juga mengandalkan pertahanan rudal, seperti membangun jaringan rudal pencegat “berlapis” senilai miliaran dolar untuk melindungi Guam.

Seorang mantan perwira logistik Angkatan Udara AS yang memiliki pengetahuan langsung tentang simulasi konflik Indo-Pasifik mengatakan laporan tersebut memberikan penilaian yang baik terhadap masalah tersebut.

Respon Uji Peluncuran Rudal Balistik Antarbenua oleh Cina, AS Gelar Sistem Hanud Aegis Ashore di Guam

Perwira tersebut mengatakan RADR dan pertahanan rudal akan lebih efektif daripada yang diperkirakan laporan tersebut, dan mencatat bahwa perencana serangan Cina kemungkinan besar akan menggunakan campuran amunisi daripada 100 persen submunisi anti-landasan pacu, seperti yang diasumsikan laporan tersebut.

“Meskipun saya rasa saya tidak begitu setuju dengan angka pastinya, namub saya setuju bahwa analisis tersebut secara umum benar,” kata perwira tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah.

Basis Militer AS di Asia Tenggara
Amerika Serikat memiliki pangkalan militer di beberapa lokasi di Asia Tenggara, meskipun cakupannya lebih kecil dibandingkan dengan pangkalan besar di Asia Timur (seperti Jepang dan Korea Selatan). Berikut adalah beberapa pangkalan atau lokasi militer yang diketahui memiliki hubungan erat dengan operasi AS di kawasan Asia Tenggara.

1. Changi Naval Base (Singapura)
Amerika Serikat menggunakan fasilitas ini untuk mendukung kapal perang dan operasi maritim di kawasan. Fasilitas ini sering menjadi pelabuhan pangkalan bagi kapal induk AS dan kapal perang lainnya di Asia Tenggara. Hubungan dengan Singapura mencakup perjanjian logistik dan akses tanpa kehadiran permanen pasukan AS.

2. Subic Bay Naval Base dan Clark Air Base (Filipina)
Dulunya merupakan pangkalan besar AS hingga 1992, sebelum Filipina mengakhiri perjanjian tersebut. Kini, berdasarkan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA), AS memiliki akses rotasional ke beberapa lokasi militer di Filipina, termasuk: Antonio Bautista Air Base (Palawan), Basa Air Base (Pampanga), Mactan-Benito Ebuen Air Base (Cebu) dan Fort Magsaysay (Nueva Ecija).

3. U-Tapao Royal Thai Navy Airfield (Thailand)
Digunakan untuk operasi logistik, pengisian bahan bakar, dan dukungan misi. Thailand adalah sekutu perjanjian AS di Asia Tenggara, meskipun tidak ada pangkalan besar permanen.

4. Diego Garcia (Wilayah Samudra Hindia, Dekat Asia Tenggara)
Meskipun secara geografis berada lebih ke Samudra Hindia, pangkalan AS di Diego Garcia sering digunakan untuk operasi di wilayah Asia Selatan dan Tenggara.

AS cenderung menggunakan strategi akses rotasional dan perjanjian bilateral, daripada mempertahankan pangkalan besar di Asia Tenggara. Ini bertujuan untuk menjaga fleksibilitas operasi tanpa membebani hubungan diplomatik di kawasan. (Gilang Perdana)

Indonesia Tolak Tawaran AS Menjadi Basis Pesawat Intai P-8 Poseidon

3 Comments