Update Drone KamikazeKlik di Atas

Cina Gerah, Typhon Weapon System dengan Rudal Tomahawk Tak Kunjung Ditarik dari Pulau Luzon (Filipina)

Amerika Serikat sempat dibuat cemas ketika Cina tak kunjung menarik kapal perangnya dari Lanal Ream di Kamboja, bahkan ada dugaan Cina akan menempatkan kehadiran kekuatan lautnya secara permanen di pangkalan yang langsung menghadap Laut Cina Selatan tersebut. Meski belum tentu terkait langsung, rupanya AS punya jurus ampuh untuk membalas, yakni dengan membuat Cina kesal plus ketar-ketir.

Baca juga: Kata CSIS: “Cina Mulai Tempatkan Kapal Perang Secara Permanen di Lanal Ream (Kamboja)”

Langkah AS tersebut yakni dengan tak kunjung menarik Typhon Weapon System dari Filipina, yang berdasarkan catatan telah tiba dan digelar oleh Angkatan Darat AS (US Army) sejak bulan April lalu. Seperti dikutip Reuters.com (19/9/2024), Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka sangat prihatin dengan rencana AS untuk mempertahankan Typhon Weapon System.

“Hal itu secara serius mengancam keamanan negara-negara regional dan mengintensifkan konfrontasi geopolitik,” kata juru bicara kementerian Lin Jian dalam jumpa pers. Pengerahan tersebut, yang beberapa rinciannya belum dilaporkan sebelumnya, terjadi saat Cina dan Filipina, berselisih mengenai beberapa bagian Laut Cina Selatan yang diperebutkan dengan sengit.

Foto udara Typhon Weapon System di Bandara Internasional Laoag, di Laoag, Filipina pada 18 September 2024

Pejabat Filipina mengatakan pasukan Filipina dan AS terus berlatih dengan Typhon Weapon System, yang mana sistem rudal tersebut ditempatkan di Pulau Utara Luzon, menghadap Laut Cina Selatan dan dekat dengan Selat Taiwan. Unit militer AS terkait, menyebut mereka tidak mengetahui rencana untuk penarikan sistem rudal itu, meskipun latihan gabungan antara AS dan Filipina telah berakhir.

Seorang pejabat urusan publik di United States Army Pacific (USARPAC) mengatakan bahwa Typhon dapat bertahan setelah bulan September dan para prajurit terus berlatih, termasuk integrasi dengan militer tuan rumah.

Pejabat senior pemerintah Filipina mengatakan bahwa AS dan Filipina sedang menguji kelayakan penggunaan Typhon Weapon System jika terjadi konflik dan seberapa baik sistem itu bekerja di lingkungan tersebut. Pejabat pemerintah Filipina mengatakan Typhon dimaksudkan untuk dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan, dan pengujian saat berada di Filipina sangat diperlukan sehingga ketika diperlukan, dapat dengan mudah ditempatkan di sini.

Kombinasi senjata yang ada di dalam Typhon Weapon System memang layak membuat Cina ketar-ketir, yakni rudal Tomahawk Land Attack Cruise Missile yang dipersiapkan untuk menyerang sasaran di permukaan, dan ada rudal Standard Missile-6 (SM-6) untuk pertahanan udara. SM-6 awalnya dirancang sebagai rudal permukaan-ke-udara yang diluncurkan di kapal perang (naval based) dan telah menunjukkan kemampuan melawan berbagai ancaman udara, termasuk rudal balistik dan rudal anti-pesawat lainnya.

Dari tengah Luzon Utara, Typhon Weapon System dengan rudal jelajah Tomahawk memiliki jangkauan yang lebih dari cukup (1.600 km) untuk mencapai sudut tenggara daratan Cina, termasuk Pulau Hainan yang menjadi basis pangkalan angkatan laut dan pangkalan utama militer Cina. Pos terdepan buatan Cina di Laut Cina Selatan juga berada dalam jangkauan. Poin terakhir ini mempunyai arti penting tambahan mengingat ketegangan yang terjadi saat ini antara Beijing dan Manila mengenai kendali atas Scarborough Shoal, yang terletak di sebelah barat Luzon.

AS telah mengumpulkan berbagai senjata anti kapal di Asia, lantaran Washington berupaya mengejar ketertinggalan dengan cepat dalam perlombaan rudal di Indo-Pasifik, di mana China memiliki keunggulan besar dalam pembangunan armada kapal perang.

Meskipun militer AS menolak untuk mengatakan berapa banyak yang akan dikerahkan di kawasan Indo-Pasifik, lebih dari 800 rudal SM-6 akan dibeli dalam lima tahun ke depan Beberapa ribu rudal jelajah Tomahawk sudah ada dalam inventaris AS. Cina telah mengecam pengerahan Typhon beberapa kali, termasuk pada bulan Mei ketika Wu Qian, juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, mengatakan Manila dan Washington telah membawa “risiko perang yang besar ke wilayah tersebut”. (Bayu Pamungkas)

Bikin Cina Gerah, Hari ini Rudal Jelajah Brahmos LACM Tiba di Filipina

4 Comments