Spektakuler! Sukhoi Su-35 Pesanan Mesir Telah Mengudara dan Dalam Proses Pengiriman
|Tanpa banyak perdebatan dan sensasi di dalam negeri, warga Mesir tak lama lagi akan bersuka cita, pasalnya gelombang pertama jet tempur Sukhoi Su-35SE yang dipesan dari Rusia sejak 2018, tak lama lagi bakal tiba. Setelah beberapa foto satelit yang mengungkap keberadaan Su-35 pesanan Mesir pada asilitas produksi Sukhoi (Gagarin Aircraft Plant) di Komsomolsk, Amur. Kini informasi dipertajam lagi dari hasil foto jarak dekat, dimana Su-35 perdana dalam proses pengiriman ke Afrika Utara.
Baca juga: Meski Dibayangi Sanksi dari AS, Produksi Sukhoi Su-35 Pesanan Mesir Telah Dimulai
Beberapa foto eksklusif berhasil diambil oleh Andrey Neyman pada 22 Juli lalu, ketika lima unit Su-35 pesanan Mesir mendarat di Novosibirsk keperluan isi bahan bakar. Dikutip dari TheDrive.com (24/7/2020), dikatakan bila dilihat dari rute awal pesawat, yakni dari Komsomolsk di Timur Jauh Rusia ke Novosibirsk, maka menunjukkan kelima jet tempur dalam proses pengiriman ke Mesir.
Sebagai catatan, jarak dari Komsomolsk ke Novosibirsk mencapai 2.000 mile (sekitar 3.218 km). Pada pertengahan Juni 2020, Defence-blog.com merilis informasi berupa foto satelit kelima Su-25 Mesir dengan nomer seri 9210, 9211, 9212, 9213 dan 9214.
Meskipun Su-35 secara prinsip dapat beroperasi dengan tangki bahan bakar eksternal (external fuel tank), namun keluarga Flankers jarang terbang dengan drop tanks, termasuk untuk penerbangan ferry yang cukup jauh, opsi menggunakan tangki bahan eksternal tidak dilakukan. Saat mendarat di Novosibirsk, rombongan Su-35 pesanan Mesir nampak tidak didampingi pesawat tanker. Para analis penerbangan menyebut, kemungkinan diperlukan satu kali pemberhentian untuk isi bahan bakar dalam penerbangan dari Komsomolsk ke Novosibirsk.
Seperti halnya Sukhoi Su-30, Su-35 juga dilengkapi internal fuel tank yang terbilang besar, terutama jauh lebih besar dibandingkan kapasitas bahan bakar internal yang ada di jet tempur buatan AS/NATO. Seperti Su-30 dibekali dua internal fuel tanks pada sayap dan empat internal fuel tanks pada fuselage (badan pesawat), yang jika di total, maka Su-30 dalam sekali terbang dapat membawa 12,1 ton bahan bakar.
Kalau pun masih kurang, secara teori sebenarnya bisa dipasangi tiga unit external fuel tanks, yang kapasitas tiap tangki bisa mencapai 3.000 liter.
Seperti telah dituangkan di artikel yang kami turunkan pada 12 April 2019, kontrak pengadaan Su-35 untuk Mesir mencapai US$2 miliar untuk 24 unit dengan jadwal pengiriman perdana diharapkan dimulai pada tahun 2020-2021.
Baca juga: Sukhoi Su-27/Su-30 Tidak Pernah Gunakan External Fuel Tank, Inilah Sebabnya!
Dengan tibanya Su-35, sekaligus membuktikan harga diri Mesir dari ancaman dan tekanan Amerika Serikat, terutama dari Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang akan dijatuhkan oleh Washington. (Bayu Pamungkas)
Kalimat terakhir om bayu sungguh dalem😢
Tanyakan diri sendiri apakah Indonesia siap menghadang CAATSA…PT. DI, PT. PAL, PINDAD, dan BUMN Strategis lainnya harus siap tidak memakai produk AS.
CN-235, NC212 dan yang terbaru N219 harus mandek
LPD, Iver, KCR, PKR, Kasel Nagapasa bisa jadi harus mandek juga
PINDAD, LEN, INKA juga harus isap menanggung akibatnya
Hargadiri boleh…tapi kalau terlalu mahal harganya…itu sama saja bunuh diri
Padahal ada cara lain yang lebih cerdas dan elegan..dewasalah dalam berfikir
Tidak segampang itu ferguso, itukan gertak sales doang, inilah sebabnya revolusi mental harus terus digalakkan, kau kira mereka gak rugi embargo ke kita, devisa mereka sebagian besar dari dagang senjata, mereka butuh pembeli, modal mereka juga banyak ditanam disini, kalou semua negara di ancam catsa terus belok ke negara lain, mereka juga bangkrut, buktinya turki, mesir, vietnam,pinoy dll gak masalah tuh, & semua petinggi selalu bilang gak ada masalah beli kemana saja,
HARGA DIRI bangsa itu penting, buktinya freeport bisa kita rebut,
Lihat natuna, begitu ada ancaman perbatasan negara raksasa, pesiden langsung ke natuna, dan mereka mundur, itu satu contoh dahsyat yg harus ditiru, jangan jadi penakut, kita bangsa besar, NKRI HARGA MATI..!!!
(Nb : salam dari su35, dateng ntar pas pawai)
Hhhh
Baru bangunkan kamu Gonzo….ngawurisasi….jangan ngimpi terus…ditunggu miss piggy…hahaha
Kalau hanya gertakan…pasti sukroi dikirim tahun 2019 yang lalu…tak kan ada wacana Typhoon.
Turki ? Mesir ? benarkan tidak masalah ? baca lagi beritanya jangan suka mimpi.
Filipina ? kapan filipina beli dari Rusina ?
Bangun ya Gonzo…lalu mandi…lalu tidurlah lagi..haha
Yg gak dipunyai Mesir cuman satu yaitu
((Amraam))
Percuma punya bejibun f16 tapi ompong
Cuman dikasih sindemindaer sama as
Itu f16 pesawat tempur apa pesawat parade
Kah……kah…….Mesir kena Frank sama as
Salah mesir sendiri…sudah tahu kedekatan Israel dangan AS..kok malah beli…itu namanya bunuh diri.
Su-35 Vs Su-35…sangat lucu dan nggak seru
Su-35 Vs Tyhoon..baru seru
mending kita main aman ambil product uni eropa
…g ribet urusannya….yg pemting siapin duit…
money is everything….it’s all about money…
Negara super power butuh aliansi dengan negara-negara dibawahnya, itu sudah mjd hukum wajib dalam strategi global. Merespon hukum wajib ini harus dibutuhkan keberanian negara-negara kelas bawah memilih dan memutuskan, pada akhirnya terbentuk lah jaringan mutualisme yg solid, misalnya: Pakistan-China, Djibouti-China, Suriah-Rusia, Korsel-AS dsb.
Entah ini keberuntungan atau kesialan, posisi Indonesia berada di tengah-tengah soal politik luar negeri. Satu sisi kita jd ringkih berdiplomasi dlm kondisi uang pas-pasan, sisi lain mereka mikir-mikir kasih hati saat kita butuh.
Okelah, kita harus terima kenyataan. Sudah jd amanah UUD’45 sbg negara pembawa perdamaian dunia atas berbagai dimensi dinamika global. Solusinya apa dalam konteks kebutuhan pertahanan? Saya pikir hanya satu solusi: kemandirian! Sudah tertuang dalam roh program MEF dmn disokong dan dipayungi oleh UU Pertahanan. Indonesia menjadi warna tersendiri di panggung global: mandiri pertahanannya tetapi misinya membawa perdamaian dunia. Contoh riil dalam konteks lain, D100 sudah sukses kan? Kita bisa lho! Jadi menurut saya terjemahan MEF itu sederhananya begini: Udah, penuhi dulu lapisan pertahanan minimal, mana tahu tiba-tiba darurat perang. Nah, setelah itu genjot alutsista inhan dalam negeri. Lebih sederhana lagi, bangun dulu benteng solid, kemudian workshop panah, tombak, tameng, catapult dsb di dalam benteng siap berproduksi. MEF ini program jenius!
Jadi tolonglah para pemangku jabatan di negeri ini, teruskan ToT REM class, teruskan ToT Changbogo class, teruskan joint venture KFX/IFX (bayar yg nunggak atuh!), teruskan ToT rudal C705-C802, teruskan ToT tank Harimau, teruskan proyek MALE Elang Hitam, teruskan ToT Radar, teruskan ToT Iver class, teruskan ToT Rudal panggul, ToT bahan bakar padat, seeker dsb. Kejar, cari dan jalin kerjasama saling menguntungkan meraih teknologi inti pertahanan dari seluruh permukaan bumi ini. Satu usul, sesuai dinamika jaman yg serba smart, industri otak elektronik (chip/processor) itu wajib harus ada dan mandiri dong!
Kemudian, mengakomodir SDM cerdas supaya disokong terus dan bangun fasilitas penelitian dan pengembangan pertahanan basis konsorsium (Jangan personal atau tugas kelompok dong ah).
Hari gini jangan buat berita Typoon seken dong ah! Maluuuuu
Klo presiden naiikan anggaran kemhan ya semua cepet proses nya bung..kita juga galakkan program imbal dagang atau barter.
Seken berkualitas masih OK
Kanada aja masih beli hornet bekas Aussie
Eropa timur juga sering beli bekas tinggal upgrade aja.
Ini kan kebutuhan mendesak klo kita kontrak baru gress efektif 3-4 tahun bru terwujud .
Sambil tunggu su35 msih jalan dan program IFx juga msih lama prosesnya blm produksi mass 2026..
kalau koment itu pendek saja, singkat tapi padat.
KFX kemungkinan diterima TNI-AU 10 tahun lagi
Beli baru F-16, Rafale, Typhoon, Gripen-E sekitar 5 tahun lagi
Beli Su-35 super dupper ruwet
Pilot Skadron Udara 14 keburu sudah tidak muda lagi (tua).
demikian juga Skadron Udara 1 juga butuh pesawat baru, Hawk tinggal beberapa gelintir saja.
LCS Ramai, perang kemungkinan didepan mata
Butuh cepat, pesawat siap pakai, bekas-bagus-operasional solusinya.
Pesawat baru tetap beli, tapi jangka panjang
Ente admin kah? Kok ngelarang komen panjang orang. Admin yg asli aja gak ngelarang kok.?
Biarkan kawan2 mengekspresikan pendapatnya donk. Admin kan gak membatasi panjang pendeknya komen, diserahkan kpd kebijakan yg mau komen utk mengaturnya, yg penting komen bijak.
Tok komen singkat dan padat jg gak berbobot. Komen panjangnpun klo ngelantur gak akan dibaca oleh yg lain. Ya toh.?
Mungkin bapak nya masih berdinas di kopkamtib tuh……..😂😂😂
oh itu kamu ta ? Ruskie, Boliev, Vladimir, Sergey..dst. panjang sekali tapi isinya ya gitu gitu aja
Gak penting siapa pun dia. Yg jelas dia komen sesuai pendapat dia dan gak ganggu ente, walaupun begitu2 aja kata ente. Ente admin bukan, pake ngelarang segala. Kan lucu jadinya. Kalo mau ngelarang mending ente buat blog militer sendiri. Ente jd adminnya, cuma yg jadi masalah berbobot nda blog militer ente dan ada peminatnya gak?…xicixicixicixi
“pake ngelarang segala”
Bisa tunjukan kata ngelarang dari komen saya ? atau itu hanya halu halu mu saja alias hoax, seperti komen komen mu yang gitu tu tu tu saja Ruskiev alias Boliev.
Admin,
Request article nih
Rombongan RAAF menuju Rimpac, prowler d support mrtt & wedge tail….kmngkn bsr mrk melintas wilayah udara kta.
Selama melintas wilayah negara lain apakah mrk d ijinkan air refueling & mengaktifkan radar Mesa? Bgmn dgn aktifias prowler
Thanks 😊
Negara kepulauan yg ngakunya negara besar tp beli Alut model gerilayawan …… Ngetemg.
Gak usah beli Alut buat apa??? Perang enggak….musuh jg gak ada.
Wah bung, gerilyawan itu ga beli pesawat tempur bung… misal bandingkan saja dengan seperti Filiphina, kita masih jauh lebih baik dari segi pembelian alutista… bahkan Malaysia yang biasanya dulu congkak, sekarang mulai keteteran…
Sabar saja, ikuti saja apa yang dilakukan Pemerintah, disana ada banyak sekali pertimbangan dan juga pemikiran… apapun itu selama niatnya untuk kemajuan mari kita dukung…
Yihaa
Saga Su35 yang tanpa kepastian
Mesir prosesnya cepat karena beli cash tak pakai USD yang otomatis lolos sanksi CAATSA plus tanpa ToT. Wong anggaran militer Mesir sebagian besar hasil malak Saudi Arabia
Kita prosesnya ribet karena ngeteng pakai imbal beli pula buat menghindari CAATSA ngotot minta ToT pula. Sudah gitu Rusia nolak CPO dan segala produk kehutanan kita karena bersama Uni Eropa menjadi inisiator POF Pact.
Sekarang bola panas negosiasi Su35 ada di tangan Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan di support Menko Kemaritiman
Sosok yang terakhir ini nih bisa saja menggagalkan Su35 mendarat di Indonesia
Wajar saja kok, kalau Indonesia belibet dalam pembelian Su-35 terutama dalam hubungan imbal beli dengan Russia, sama saja kan seperti USA dimana Trump menuntut surplus perdagangan dengan USA untuk membeli peralatan militer dari USA…
Pada dasarnya ini akan menjadi awal, jika sukses dan kerjasama imbal dagang bisa diaplikasikan dengan baik, itu akan menjadi awal dari banyak kerjasama di masa depan yang pada akirnya akan sama, surplus perdagangan digunakan untuk membeli alutista baik itu dari USA maupun Russia…
Jika memang pada akirnya gagal dan tidak jadi beli ya tidak masalah karena ini tidak hanya masalah kita membeli apa dan dari mana tetapi lebih tinggi levelnya adalah kita membeli dari siapa dengan apa dan bagaimana, tetapi nanti juga pada akirnya akan kembali kepada pengalaman yang terjadi di Indonesia mengapa sampai Indonesia membeli Sukhoi…
Gak ada hubungannya ama surplus dan minus peradangan Bung Yuli. Pake Yuan atau Yen atau Euro aja udah kelar tuh masalah. Surplus/minus perdagangan itu tahunan Bung Yuli, jadi buat apa imbal dagang kalo termnya itu untuk 5-10 tahun yg artinya total nilai kontrak imbal dagang yg sekitar USD 500 jtan harus dibagi selama rentang waktu tertentu. Jelas Indonesia masih akan minus terus sama Rusia. Gitu juga dg USA. Emangnya mau surplus dagang tiap tahun hampir USD 7-8 Billions terus kalo nurutin Mr. Trump tiap tahun kita juga belanja Alutsista sebesar itu biar imbang gitu??? Kalo ane sih oke-oke aja, nah Kemenkeu Ama kemenhan yg stres kalo kayak gitu.
Dari awal pengadaan Su-35 itu sudah aneh. Pengadaan Su-35 itu tujuannya buat apa?? Biar menang di Udara lawan FPDA??? Lucu. Ogah bener FPDA bikin kisruh kalo yg sekarang aja udah enjoy. Buat ngadepin China di LCS?? Lah kan China juga sama-sama punya Su-35. Sekalipun variannya atau jeroannya beda, karakteristik dasarnya masih mirip, masih bisa dipelajari. So, keuntungan deterren buat lawan China di LCS pake Su-35 sudah hilang. Sudah bagus itu kalo Indonesia beli F-16 V atau bahkan F-35 sembari menunggu KFX, itu aja kalo gak ngeles iuran lagi loh ya.
“Spektakuler! Sukhoi Su-35 Pesanan Indonesia Telah Mengudara di Angan-Angan”
Begitu sih judul versi lokal
“Spektakuler! Sukhoi Su-35 Pesanan Indonesia Telah Mengudara di Angan-angan”
Begitu sih kira2 judul versi lokal