Setelah Dua Tahun Negosiasi, Perancis Restui Serbia Beli 12 Unit Jet Tempur Rafale
|Setelah negosiasi selama dua tahun, akhirnya Perancis memberikan lampu hijau bagi Serbia untuk membeli 12 unit jet tempur Rafale. Lamanya negosiasi antara Perancis dan Serbia bukan dikarenakan soal harga, melainkan banyak disebut karena masalah politik yang terkait dengan Kosovo.
Baca juga: Tersandung Masalah Kosovo, Perancis Enggan Jual Dassault Rafale ke Serbia
Sebagaimana dilaporkan oleh LaTribune, perjanjian ini tidak hanya memperkuat kerja sama militer antara kedua negara, tetapi juga menyoroti kemitraan strategis mereka yang terus berkembang. Diselesaikan awal musim panas ini, kesepakatan tersebut dipandang memiliki implikasi geopolitik yang lebih luas, terutama mengingat ketegangan yang sedang berlangsung antara Serbia dan Kosovo.
Negosiasi yang berakhir pada awal musim panas dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik, Kini giliran Presiden Macron memberikan persetujuan akhir atas kontrak antara Beograd dan Dassault Aviation. Selama beberapa bulan, Macron telah aktif mengadvokasi penjualan 12 jet Rafale ini, yang diharapkan dapat memperkuat peran Perancis sebagai mitra pertahanan utama bagi Serbia.
Perjanjian tersebut diharapkan akan dikonfirmasi secara resmi selama kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Beograd pada tanggal 29 dan 30 Agustus 2024. Macron, yang memainkan peran utama dalam mengatur operasi diplomatik dan komersial ini, akan meresmikan kontrak selama kunjungannya. Keterlibatannya menggarisbawahi pentingnya penjualan ini, baik dalam hal keahlian teknologi Perancis maupun dalam memperkuat kemitraannya dengan Serbia.
Waktu kesepakatan tersebut juga penting dalam konteks diplomasi Eropa. Pada pertengahan Juli, Macron memuji komitmen Presiden Serbia Aleksandar Vučić untuk menormalisasi hubungan dengan Kosovo, sejalan dengan upaya mediasi Eropa. Macron menyerukan penerapan penuh perjanjian Brussels-Ohrid, yang bertujuan meredakan ketegangan antara Serbia dan Kosovo. Konteks diplomatik yang lebih luas ini menambah bobot kesepakatan Rafale, yang mencerminkan kepentingan strategis Perancis di kawasan Balkan.
Saat ini Angkatan Udara Serbia sebagian besar menggunakan varian MiG-29, khususnya MiG-29B 9-12A dan MiG-29UB 9-51A. Pesawat-pesawat ini telah mengalami peningkatan ke versi MiG-29SM, yang memiliki fitur avionik canggih, kapasitas bahan bakar yang diperluas, dan kemampuan beradaptasi untuk senjata berpemandu presisi.
Namun, Serbia berada dalam situasi sulit. Negara di Balkan ini sangat membutuhkan pesawat operasional untuk menggantikan MiG-29 yang sudah tua. Setelah Februari 2022 (invasi Rusia ke Ukraina), pengadaan komponen untuk MiG-29 menjadi semakin sulit. Setahun kemudian, menjelang akhir Maret 2024, Presiden Serbia Vucic mengisyaratkan niatnya untuk membeli jet tempur Rafale saat melakukan inspeksi di pangkalan udara.
Latar belakang alotnya negosiasi antara Perancis dan Serbia terkait posisi yang diambil Serbia mengenai status Kosovo, yang menjadi sandungan dalam isu politik di Eropa. Serbia secara tegas menyangkal kemerdekaan Kosovo pada tahun 2008, dan hukum internasional ikut berperan dalam hal ini.
Argumen Serbia adalah bahwa pemisahan diri sepihak Kosovo melanggar prinsip integritas wilayah; landasan hukum internasional. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu negara harus menghindari tindakan yang dapat mengganggu persatuan nasional dan keutuhan wilayah negara lain. Sebagai catatan, deklarasi kemerdekaan Kosovo tidak diakui oleh empat anggota NATO: Rumania, Spanyol, Yunani, dan Slovakia.
Masalahnya adalah komunitas internasional mempunyai pendapat berbeda. Banyak negara Barat – Amerika Serikat dan sebagian besar negara Uni Eropa, misalnya – telah mengakui kemerdekaan Kosovo. (Gilang Perdana)
Rafale Tiba, Kroasia Ucapkan Perpisahan pada Jet Tempur Legendaris MiG-21