Setelah 50 Tahun Pengabdian, AU Jerman Siap Pensiunkan Transall C-160
|Bila di Indonesia sosok pesawat angkut taktis/kargo Transall C-160 tinggal kenangan, namun lain halnya di tangan Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), di mana C-160 masih mengudara sampai saat ini. Sebagai negara terbesar pengguna C-160, dengan populasi awal mencapai 110 unit, maka wajar bila AU Jerman berusaha mempertahankan operasional pesawat twin engine ini.
Tapi kembali lagi, usia tua tak bisa dibohongi, meski telah mendapatkan sejumlah upgrade, faktanya operasional Transall C-160 di AU Jerman telah mencapai 50 tahun. Dan seiring modernisasi, AU Jerman telah memutuskan untuk memensiunkan sisa 14 unit C-160 yang masih beroperasi pada akhir tahun 2021 ini.
Sebagai gantinya, AU Jerman akan memaksimalkan armada pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas yang sampai akhir 2026 akan dioperasikan sebanyak 53 unit. Plus AU Jerman juga dalam proses pemesanan 3 unit C-130J Super Hercules dan 3 unit pesawat tanker KC-130J.
Dan sebagai wujud perpisahan kepada Transall C-160, AU Jerman pada Maret 2021 telah merilis satu unit C-160 dengan livery khusus yang menggambarkan 50 tahun perjalanan C-160 di AU Jerman. Livery dibuat dengan kombinasi warna cat perak yang menyiratkan tahapan prototipe pesawat, kemudian cat putih yang mewakili saat C-160 digunakan dalam misi PBB, ikon lebah yang melambangkan Air Transport Wing (ATW) 63 “Hohn” dan warna bendera Jerman dan Negara Bagian Schleswig Holstein. Dengan penghentian C-160, ATW 63 di Lanud Hohn akan dinonaktifkan.
Merujuk ke sejarahnya, C-160 lahir di era berkecamuknya Perang Dingin, maka hadirnya pesawat angkut taktis menjadi kebutuhan penting untuk mendukung mobiltas pasukan dan alat tempur. Produksi C-160 digarap patungan antara Jerman (d/h Jerman Barat) dan Perancis. Perjanjian kerjasama penggarapan pesawat diteken pada tahun 1957. Awalnya Italia juga ikut dalam proyek ini, tapi kemudian mengundurkan diri karena sudah punya pesawat andalan sendiri.
Sebagai wujud persiapan produksi, pada tahun 1959 dibentuk konsorsium berupa perusahaan Joint Venture antara Nord Aviation (Perancis), Weser Flugzeugbau (Jerman) dan Hamburger Flugzeugbau (Jerman), dengan label perusahaan Transall (Transporter Allianz). Kelanjutan produksinya kemudian di-handle Aérospatiale (Perancis) dan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), manufaktur dirgantara dari Jerman.
Baca juga: DHC-5 Buffalo – Pesawat Angkut Multipurpose Yang “Kontroversial”
Produksi C-160 resmi ditutup pada tahun 1985, dan total pesawat yang diproduksi mencapai 214 unit. Pengguna utamanya adalah AU Jerman (110 unit) dan AU Perancis (50 unit). (Gilang Perdana)
salah satu marterpiece dari peninggalan Alm. Prof. BJ Habibie… #alfatihah
cuma dimari semua dibuat ribet…semua dibuat rumit…kalou tempat lain ya entah juga ya…😅
beli barang harus mondar mandir keliling 🌏dunia…dan engak cukup sekali dua kali…😒
padahal menurut simbah “pembeli adalah raja”…itu dibuktikan dengan datangnya rafale disaat kita mengumumkan akan pengadaan pespur dan itu juga boleh tes dan diterbangkan oleh sejumlah pilot kita…tapi sekarang mungkin beda zamanya kali ya…😏 toh kita yang malah keliatan ngebet nya ketimbang penjualnya…😖😕
jiah dalah masih kinyis kinyis nih kapal layak masuk daftar buruan..kalou liatnya sih masih mulus tuh body kayak nya laler aja bisa kepleset tuh…😅