Update Drone KamikazeKlik di Atas

Sembari Tawarkan Jet Tempur Ringan FA-50, Korea Selatan Ajak Peru Bergabung dalam Program KF-21 Boramae

FA-50 (atas) dan KF-21 (bawah)
FA-50 (atas) dan KF-21 (bawah)

Ketika Indonesia kesulitan dalam memenuhi kewajiban angsuran biaya pengembangan jet tempur KF-21 Boramae, yang diikuti dengan rencana penguranan komposisi alih teknologi, maka besar kemungkinan seretnya anggaran Indonesia akan berlanjut kepada rencana pemesanan unit KF-21 dan pada akhirnya dapat berujung pada membengkaknya biaya produksi per unit KF-21 itu sendiri (akibat berkurangnya jumlah total rencana produksi).

Baca juga: Korea Selatan Melunak, Terima Permintaan ‘Diskon’ Pembayaran Angsuran KF-21 Boramae yang Diusulkan Indonesia

Untuk menyiasati hal di atas, pemerintah Korea Selatan telah membuka kesempatan bagi negara lain untuk terlibat dalam program pengembangan KF-21.Menurut Pucara Defense (1/7/2024), pemerintah Korea Selatan telah menawarkan agar Peru bergabung dengan program pesawat tempur KF-21, yang salah satunya karena Indonesia mengurangi keterlibatannya, sehingga berdampak pada program tersebut secara finansial.

Angkatan Udara Peru saat ini memang sedang mencari pesawat tempur untuk menggantikan MiG-29 dan Mirage 2000P yang sudah uzur dan telah beroperasi selama hampir 40 tahun. Meskipun Peru sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi 24 unit F-16 dari AS, namun partisipasi dalam program KF-21, meskipun memerlukan investasi yang lebih besar, dalam jangka panjang menawarkan potensi kemajuan teknologi dan perluasan kemampuan dalam industri kedirgantaraan.

SementarabBagi Korea Selatan, hal ini dapat meningkatkan kelayakan finansial KF-21 dan daya saingnya di pasar global menyusul pengurangan batch produksi awal untuk Korea Selatan dari 40 menjadi 20 unit.

Tawaran untuk keterlibatan pada program KF-21, bersamaan dengan negosiasi yang dilakukan pemerintah Korea Selatan dan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk menawarkan penjualan antara 20 – 24 unit jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle ke Peru dengan harga sekitar US$780 juta.

Letter of Intent diperkirakan akan dikeluarkan Kementerian Pertahanan Peru dalam beberapa minggu mendatang, dengan kontrak yang kemungkinan akan diselesaikan sebelum akhir tahun ini. Sumber dari Peru dan Korea Selatan mengindikasikan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mereplikasi proyek pesawat latih KT-1 Wong Bee, di mana 20 unit dijual ke Angkatan Udara Peru (FAP), dan 16 unit dirakit secara lokal oleh FAP’s Maintenance Service (SEMAN) di Pangkalan Udara Las Palmas.

FA-50 yang dikembangkan oleh KAI merupakan pesawat tempur ringan turunan dari jet latih ringan T-50 Golden Eagle. Pesawat ini dirancang untuk berbagai peran termasuk misi ringan udara-ke-udara, udara-ke-darat, dan pengintaian taktis. FA-50 telah beroperasi dengan Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) sejak tahun 2013.

Korea Selatan Revisi Jumlah Kontrak Produksi Awal KF-21 Boramae, Jadi Hanya 20 Unit Tahun Ini

Disokong mesin turbofan General Electric F404-GE-102 dengan daya dorong 17.700 lbs, memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 1,5 dan berat lepas landas maksimum 12,3 ton. Pesawat ini berukuran panjang 13,14 meter, tinggi 4,82 meter, dan lebar sayap 9,45 meter. Ia dilengkapi dengan meriam putar tiga laras 20 mm, rudal udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder, rudal udara-ke-darat AGM-65 Maverick, dan berbagai bom, termasuk bom JDAM dan MK-82 500 lb GP.

FA-50 juga mencakup sistem seperti tautan data taktis, layar multifungsi, rangkaian peperangan elektronik, dan subsistem perlindungan diri.

Saat ini FA-50 telah menarik minat internasional, sehingga menghasilkan kontrak dengan beberapa negara. Polandia menandatangani kesepakatan untuk membeli 48 unit FA-50 untuk menggantikan MiG-29, dengan pesawat pertama dikirimkan segera setelah perjanjian tersebut. Malaysia memesan 18 unit FA-50, diharapkan pengirimannya dimulai pada tahun 2026. Keluarga pesawat ini juga dioperasikan oleh Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Bagi Peru, rencana akuisisi FA-50 juga akan membawa berkah pada indusrti di dalam negeri, yakni dengan melibatkan perakitan lokal sebagian besar komponen FA-50 dan produksi beberapa komponen di Peru. (Bayu Pamungkas)

Jadi Varian Single Seat, Jangkauan Operasi FA-50 Fighting Eagle Meningkat 30 Persen