Sefine Shipyard (TAIS) Turki Lakukan Pemotongan Baja Pertama Kapal Cepat Rudal (FACM)-70 Pesanan TNI AL
|Berlokasi di Sefine shipyard, bagian dari TAIS (Turkish Associated International Shipyards) di kota Yalova, pada 30 Oktober 2024 telah dilangsungkan upacara pemotongan baja pertama (first steel cutting) pembangunan Fast Attack Craft Missiled (FACM)-70 pesanan Kementerian Pertahanan RI untuk Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL.
Upacara tersebut selaih dihadiri perwakilan dari TNI AL, juga dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Turki, Achmad Rizal Purnama. Dalam akun Instagram pribadi, ia menyebut Fast Attack Craft Missiled (KCR-70M) yang diproduksi oleh perusahaan Turki TAIS di Sefine shipyard mencerminkan kerja sama pertahanan yang terus berkembang antara Indonesia dan Turki dan merupakan salah satu tonggak utama kemitraan strategis antara kedua negara.
Menyandang label Fast Attack Craft Missiled atau Kapal Cepat Rudal (KCR), maka FACM-70 memang mampu diajak ngebut sampai kecepatan 40 knot (setara 74 km per jam). Level kecepatan yang terbilang fantastis, pasalnya KCR di arsenal TNI AL saat ini paling banter bisa ngebut di kecepatan 29 knot (setara 53 km per jam).
View this post on Instagram
Untuk mampu menghadirkan kecepatan hingga 40 knot, maka FACM-70 tidak bisa bertumpu pada kekuatan mesin diesel seperti halnya KCR TNI AL saat ini. Dari lembar spesifikasi, FACM disebut dibekali mesin gas turbin, sementara propulsinya disokong 3x water jet dan 2x marine diesel. Penggunaan mesin gas turbin sudah pernah diadopsi TNI AL pada KCR Mandau class buatan Korea Selatan, tapi karena dianggap rakus bahan bakar, maka sumber tenaga kini difokuskan pada penggunaan mesin diesel yang lebih irit.
Sebagai bakal KCR tercepat di arsenal TNI AL, FACM produksi Turki ini dibekali paket persenjataan berupa meriam kaliber 76 mm pada haluan, 2×4 rudal anti kapal, 2x close in weapon system dari basis senapan mesin berat 12m,7 mm dan decoy launching system.
Sementara bekal sensor dan radar mencakup air and surface surveillance 3D radar, IFF, R-ESM, electro optical reconnaissance and surveillance system, fire control radar, dan meteorological sensors. Kemudian perankat navigasi terdiri dari navigation radars DGPS, echosounder, gyro/INS, EM-LOG, W-ECDIS dan W-AIS.
Dari spesifikasi, FACM-70 punya panjang 70 meter, lebar 11,8 meter dan berat 850 ton. Diawaki 43 personel, FACM-70 dapat berlayar terus-menerus selama 7 hari dengan jarak jelajah 1.600 nautical mile (2.963 kilometer).
Seperti halnya proyek Large Patrol Craft (LPC)-65 dari TAIS yang bekerja sama dengan PT PAL Indonesia, maka FACM-70 juga baru sebatas desain, alias belum pernah dibuat, sehingga Indonesia dalam hal ini didapuk sebagai launch customer. (Bayu Pamungkas)
Kecepatan ‘Mentok’ di 29 Knot, Apa yang Bikin Large Patrol Craft (LPC)-65 Terasa Spesial?
Namanya juga BUEMEN……yg maunya PEEMEN doang, soal inovasi mah CEMEN
Keinget jamannya Großvater HABIBIE yang membangun HYDROFOIL teknologi yg mau di buat FPB spt Pegasus Class di thn 80an ning BOROS BBMne kanggo tnial.
Pengadaan OPV hingga 30 unit itu mengada-ada. Jika orientasinya adalah untuk penindakan sipil, mengusir perompak, penjahat transnasional, menjaga nelayan dan menjaga hak berdaulat Indonesia pada ZEE justru yg perlu diperbanyak adalah kapal Bakamla dengan bobot 6000 ton keatas. Itu yg penting. Jadi OPV hanya 12-14 unit saja termasuk dengan Thaon di Revel class.
Selebihnya Indonesia butuh Heavy Frigate atau Destroyer hingga 30-45 unit. Itu baru cocok untuk Global Maritim Fulcrum ala Indonesia.
Speknya edan juga ya KCR 70M ada meriam CIWS 35mm Aselsan GOKDENIZ buatan turki sebagai senjata terakhir di belakang buritan, boleh juga tuh di pasang di kapal perang Corvette sigma class KRI Diponegoro series di belakang buritan, peluncur rudal tetral di copot di sumbangkan ke kapal perang TNI AL lain di LPD, kapal Corvette sigma class butuh upgrade peremajaan senjata 👍🏻💥💥💥
Boleh juga tuh mesin water jet di aplikasi kan pada kapal KCR 60M KRI sampai, KRI kapak KRI Panah, KRI Halasan, KRI tombak, KRI Kerambit class series perlu di upgrade kemampuan daya kecepatan tinggi berlayar
Mantaaap pak Prabowo, pak Menhan langsung gass pol peremajaan Alutsista.
Semoga bagian dari transfer knowledge utk tambahan KCR/LPC kedepan. Produksi dalam negeri kerjasama dg galangan lokal
kenapa KCR buatan PT.PAL nggak pake Gas Turbine juga? karena biaya kah? tapi kedepannya PT.PAL mungkin bisa mencomot design dari TAIS ini
Saya berharap TNI AL mulai untuk mengubah taktik,penggunaan secara efisien terutama kapal yg benar sangat dibutuhkan TNI AL untuk berpatroli. OPV Blue Water TNI AL sangat diperlukan di daerah perbatasan sampai laut ZEE. Sebagai acuan OPV yang ideal minimal spesifikasi nya seperti OPV River Class Batch 2 buatan BAE System. Mengapa demikian? Karena TNI AL membutuhkan kapal yang benar2 untuk berpatroli,terutama letaknya pada radar,kecepatan,daya jelajah,dan endurance nya yg mencapai 1bulan full berlayar di laut. Sehingga benar mampu melihat,menengok halaman depan rumah( ZEE) dari pelanggaran wilayah laut yng selama ini tidak tercover sama sekali. Sedikitnya TNI AL memiliki kapal OPV sekelas River Class Batch 2 tersebut 30unit . Benar benar akan menjaga lautan kita secara 1bulan penuh ketika berpatroli,dengan daya jelajah sejauh 10.000Kilometer,dan kecepatan kapal juga terbilang cepat di kelas OPV. Semoga saran saya ini dapat dibaca maupun diteruskan ke pihak terkait untuk menjadi acuan, supaya TNI AL mulai harus mengevaluasi dan menengok mengenai aspek dasar spesifikasi kapal OPV River Class Batch 2 sebagai minimum OPV di TNI AL. Terimakasih.