Scorpene Class Malaysia: Antara Kecanggihan Kapal Selam dan Skandal Korupsi

scorpenesub

Belakangan pemerintahan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kerap didera berbagai demonstrasi oleh kelompok oposisi. Dari beragam tuntutan melengserkan sang Perdana Menteri, kembali diungkap skandal pengadaan kapal selam Scorpene Class yang telah memperkuat TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia) sejak tahun 2009. Dibalik isu korupsi yang sedang ramai, keberadaan Scorpene Malaysia secara teknologi rupanya menarik untuk dikupas lebih dalam.

Baca juga: Ingin Punya Kapal Selam, Filipina Terobsesi Pada Scorpène Class

Sejak awal Scorpene memang dirancang untuk kebutuhan ekspor, dan tidak untuk digunakan AL Perancis. Scorpene masuk kelas kapal selam konvensional (SSK), di desain oleh DCNS yang merupakan brand terbaru hasil evolusi Thales Naval Business dan DCN (Direction des Constructions Navales).

CS-Scorpene-Class-Carrera_01-d2c4502762

Sesuai target pangsa ekspor, maka biaya produksi harus ditekan untuk mengurangi harga yang ditawarkan. Untuk itu DCNS Perancis menggandeng Izar dari Spanyol. Tahun 2005 Izar sendiri berevolusi menjadi Navantia yang dikenal sekarang. Program kerja bareng produksi Scorpene Class submarine mulai dijajaki pertengahan dekade 1990-an. Tak berapa lama sesudah promosi pemasaran yang cukup gencar, tahun 1999 Chili memesan dua unit untuk menggantikan Oberan Class yang sudah uzur.

Scorpene Class meluncur perdana pada tahun 2003 pada customer perdananya, kemudian datang order tambahan dari Spanyol, lokasi dimana Navantia berada. Namun sayang, Spanyol akhirnya membatalkan pesanan 4 unit Scorpene dan berbalik memesan S-80.

Baca juga: Cassidian Optronics – Periskop Canggih Untuk Kapal Selam Changbogo Class TNI AL

Selain Malaysia yang memesan dua unit, India juga mengutarakan minatnya pada Scorpene. Tahun 2005 India meneken pembelian empat unit Scorpene berikut ToT (Transfer of Technology)-nya. Dengan asistensi Perancis, kapal selam untuk India itu akan diproduksi di galangan kapal Mazagon, Mumbai. Serupa dengan Indiia, Brazil juga membeli empat Scorpene yang diperbesar dan ditingkatkan kinerja sistemnya berikut ToT membuat kapal selam bertenaga nuklir dengan dimensi mirip Scorpene.

4ea332c60104er60cm2lt0kapal-selam-scorpene1

Baca juga: Aries-LPI – Radar Intai Kapal Selam Changbogo Class TNI AL

Scorpene menganut desain lambung modular, satu hal yang dirintis HDW Jerman tatkala melansir kapal selam Type 209 yang juga dipakai TNI AL. Selain dapat dilansir dengan varian berbeda, desain model modular membuat rombakan dan peningkatan teknologi dapat mudah dilakukan tanpa harus mengubah desain secara total. Struktur rangka Scorpene dirancang untuk mudah ditambah atau dikurangi fitur serta kelengkapannya. Ini pula yang memudahkan DCNS memasarkan Scorpene dengan label “customer oriented.”

Singkat cerita, ada tiga varian utama Scorpene yang ditawarkan. Pertama varian “Scorpene – Basic.” Varian beridentitas CM2000 ini merupakan versi dasar yang dipasarkan dengan mengedepankan aspek teknologi tinggi yang keseluruhan sub sistemnya kompak dan terintegrasi penuh. Scorpene Bacis digerakkan oleh sepasang mesin diesel yang masing-masing mampu menyemburkan daya lebih dari 1.250 kW.

Baca juga: Air Independent Propulsion Fuel Cell – Teknologi Dibalik Kemampuan Endurance Kapal Selam TNI AL

Varian kedua “Scorpene – Basic AIP,”dengan identitas AM2000 adalah hasil perkawinan antara kapal selam diesel listrik konvensional dan kapal selam nuklir. Basic AIP (Air Independent Propulsion) alias mesin tidak tergantung pada pasokan udara bebas layaknya mesin konvensional.

Sebenarnya ada banyak sistem AIP. Namun yang dipilih DCNS untuk dipasang pada Scorpene adalah yang disebut MESMA (Module d’Energie Sous-Marine Autonome) yang sejatinya adalah reaktor sistem non nuklir. Cara kerjanya memang mirip reactor nuklir, namun pemanasannya tidak menggunakan bahan radioaktif melainkan campuran ethanol dan oksigen cair bertekanan tinggi. Sistem sirkuit tertutup ini memanfaatkan uap bahan bakar untuk menggerakan turbin, yang dalam perputarannya menyemburkan daya listrik. Varian ketiga Scorpene adalah CA2000, punya ukuran lebih kecil karena dirancang untuk coastal patrol.

SHIP_SSK_Scorpene_OHiggins_Cutaway_lg

Scorpene dilengkapi sistem manajemen tempur mutakhir SUBTICS (Submarine Tactical Integrated Combat System) yang dilengkapi enam tabung peluncur torpedo 21 inchi. Peluncuran baik tunggal maupun salvo dilakukan secara otomatis. Dalam misi-misinya, Scorpene dapat membopong beragam persenjataan, seperti 18 unit torpedo Black Shark. Selain itu bisa pula membawa rudal anti kapal SM-39 Exocet. Kalaupun mau menebar ranjau tak masalah, Scorpene sanggup membawa 30 unit ranjau laut. Keberadaan SUBTICS serupa dengan adopsi KongsbergMSI-90U Mk 2 pada kapal selam anyar TNI AL Changbogo Class.

Baca juga: Kongsberg MSI-90U Mk 2 – Canggihnya Combat Management System di Changbogo Class TNI AL

Dalam mengendus sasarannya, Scorpene dipadati berbagai perlengkapan sonar. Tipenya beragam, mulai dari long range passive cylindrical array, intercept and acrive sonar, distributed array passive sonar, flank array, high resolution sonar (khusus untuk menteksi ranjau laut dan karang) serta sonar tarik (towed array). Kesemua sonar terintegrasi penuh dan hasil endusannya dapat terjasi langsung di enam layar multifungsi ukuran besar di ruang kendali.

DCNS_Scorpene_SSK_blueprintspek-1

Seluruh indra, manuver dan persenjataan Scorpene diatur langsung oleh SUBTICS combat management system yang bahkan mampu mengukur tingkat kebisingan Scorpene itu sendiri. Selain mematikan dalam hal persenjataannya, desain lambung Scorpene dirancang dengan memperhatikan betul faktor kualitas. Bahan baja mutu tinggi 100HLES yang dipakai sejenis dengan yang dipakai pada kapal selam nuklir Perancis. Selain kokoh, menahan tekanan tinggi di kedalama 300 meter, ketahanan lambung Scorpene membuatnya bebas diajak berlayar di kedalaman tersebut selama persediaan udara memungkinkan.

Baca juga: Submarine Escape Immersion Equipment MK-10 Suite – Perlengkapan Evakuasi Darurat Untuk Awak Kapal Selam TNI AL

Scorpene Malaysia Tanpa AIP
Merujuk informasi dari nti.org (29/7/2013) dan thediplomat.com (16/7/2013), disebutkan dengan jelas bahwa dua unit Scorpene Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Razak tidak dilengkapi dengan teknologi AIP (Air Independent Propulsion). Ini artinya varian Scorpene yang digunakan adalah jenis CM-2000 alias basic. Seandainya Scorpene Malaysia dibekali AIP, maka endurance waktu penyelaman bisa meningkat 4 sampai 5 kali.

Tersandung Skandal Korupsi
Lepas dari soal kecanggihan sang kapal selam, kehadiran Scorpene juga sempat menimbulkan polemik atas skandal korupsi di Malaysia. Skandal ini melibatkan mantan penasihat Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Kasus ini terkait dengan pembelian kapal selam jenis Scorpene oleh Malaysia dari pihak Prancis. Diduga, pembuat kapal selam tersebut, DCNS, membayar komisi sebesara 114 juta euro atau sekira Rp1,35 triliun (Rp11.849 per euro) kepada perusahaan yang diduga memiliki kaitan dengan Abdul Razak Baginda.

Baca juga: [Polling] Collins Class RAN – Lawan Tanding Terberat Armada Kapal Selam TNI AL

Pihak oposisi Malaysia mengklaim uang tersebut digunakan sebagai uang pelicin agar pembelian dua kapal selam kelas Scorpene milik Prancis berhasil. Pembelian dua kapal tersebut diperkirakan mencapai USD1,1 miliar. Abdul Razak Baginda yang saat kesepakatan tersebut menjabat sebagai penasihat militer PM Najib Razak, terlibat dalam kasus lain yang masih terkait dengan pembelian kapal selam itu. Dirinya dituduh membunuh seorang model yang juga dikenal sebagai perempuan simpanannya.

Altantuya Shaariibuu yang saat negosiasi perjanjian bertindak sebagai penerjemah, menuntut uang tutup mulut dalam kesepakatan tersebut. Tetapi model tersebut ditemukan tewas tertembak dan jasad diledakan dengan bahan peledak pada 2006 silam.

12 Comments