Rusia Sukses Uji Rudal Hipersonik Avangard, Sistem Hanud AS Dibuat ‘Cenat-Cenut’

Industri pertahanan Rusia kini tengah mendapat tekanan serius, pangkal musababnya siapa lagi jika bukan Presiden AS Donalt Trump yang memberikan sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), menjadikan Rusia sulit memasarkan produk alutsistanya ke luar negeri. Meski begitu, Negeri Beruang Merah tak menunjukan bakal keok atas sengatan sanksi tersebut, justru dengan bangga Presiden Rusia Vladimir Putin merilis keberhasilan uji coba rudal balistik yang punya kecepatan hipersonik.

Baca juga: Haiyang Shan 936 -Kapal Perang Pertama dengan Electromagnetic Railgun

Uji coba rudal balistik tentu sudah jamak didengar, namun kata hipersonik yang terasa masih asing, dan jika Rusia berhasil melakukan uji coba rudal balistik antar benua hipersonik, maka kubu AS dan NATO patut cenat-cenut, lantaran dengan kecepatan hipersonik, sangat sulit rudal ini dapat ditangkal oleh sistem hanud (pertahanan udara). Dalam terminologi, yang dimaksud kecepatan hipersonik bila suatu benda dapat melaju dengan kecepatan di atas Mach 5, sementara rudal balistik kebanggaan Putin yang diberi label “Avangard” inter continental missile dapat melesat hingga Mach 20.

Pernyataan Vladimir Putin di Kantor Berita Tass yang dikutip cnn.com (27/12), menyebut bahwa Avangard di klaim dapat kebal terhadap sistem pertahanan udara AS, dan dijawadlkan rudal maut ini akan siap digunakan pada tahun 2019. Putin menyebut Rusia akan menjadi negara pertama di dunia yang menggunakan rudal balistik berkemampuan hipersonik, lantaran kini AS dan Cina disebut-sebut juga tengah mengembangkan rudal dengan kemampuan serupa.

Pada Rabu, 27 Desember 2018, Avangard telah diuji coba peluncurannya dari basis Pangkalan Udara Dombarovsky, yang berlokasi di sisi barat daya Rusia. Sebagai wilayah sasaran dipilih Kura shooting range di kawasan Kamchatka.
Secara teknis, saat mendekati sasaran, rudal hipersonik ini dapat terbang manuver layaknya rudal jelajah, serta mampu menyesuaikan ketinggian dan arah terbang, bahkan dapat terbang sangat rendah, ini dilakukan untuk menghindari terjangan sistem penangkis serangan udara lawan.

Dikutip dari Wikipedia.org, Avangard missile dirancang oleh Moscow Institute of Thermal Technology dan produksinya dilakukan oleh Votkinsk Machine Building Plant. Rudal ini ditenagai mesin Scramjet dengan jarak jangkau ditaksir mencapai 10.000 km. Punya jarak jangkau lintas benua dan kecepatan hipersonik, sudah barang tentu rudal dengan panjang 5,4 meter ini punya bobot besar, yang ditaksir ada di rentang 40 – 50 ton.

Sementara ini belum ada tanggapan langsung dari Pentagon atas uji coba rudal Avangard, namun beberapa pejabat di Kemnterian Pertahanan AS masih meragukan kesiapan operasional rudal tersebut dalam waktu singkat. Analis militer juga mengungkapkan, bahwa kadang ‘kebanggaan’ Rusia tidak didukung oleh ‘kenyataan,’ seperti basis sumber daya industri dan ketersediaan pendanaan.

Namun fakta berbicara lain, uji coba Avangard pada hari Rabu lalu layak membuat AS cemas, Jenderal John Hyten, Head of US Strategic Command menyebut bahwa kemampuan rudal hipersonik akan sangat sulit dideteksi oleh sistem satelit radar pertahanan udara AS. “Kami membutuhkan sensor yang memadai untuk merespon keberadaan rudal hipersonik,” ujar John Hyten.

Baca juga: Deteksi Sasaran Berkecepatan Hipersonik, Saab Luncurkan Hypersonic Detection Mode Pada Radar Sea Giraffe 4A

Disisi lain, pengembangan radar intai untuk menangkal pergerakan rudal hipersonik sudah mulai ditawarkan, seperti Saab yang meluncurkan hypersonic detection mode pada radar Sea Giraffe 4A. Dengan deteksi radar sejak dini pada obyek hipersonik, maka sistem hanud bisa lebih cepat merespon tindakan yang diperlukan. (Gilang Perdana)

8 Comments