PT PAL Indonesia Resmi Jadi Mitra MRO Meriam dari BAE Systems Bofors
|
Setelah pada 27 Mei 2021 dilangsungkan seremoni jabat tangan virtual antara Presiden Direktur PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dan CEO BAE Systems Bofors AB Lena Gillström. Maka pada 29 November 2021, PT PAL Indonesia telah resmi menyandang status sebagai mitra global BAE Systems Bofors AB (Bofors) dalam pemeliharaan dan perbaikan (MRO) senjata kapal.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Indomiliter.com (29/11/2021), penandatanganan perjanjian kerjasama terkait senjata Naval Gun System 57mm dan 40mm dengan Bofors dilakukan di Gedung Pusat Informasi Perusahaan (PIP) PT PAL Indonesia (Persero) oleh Willgo Zainar selaku Chief of Marketing (CMO) dengan Nils-Ove Gustafsson selaku Head of Regional Sales Bofors. Bofors saat ini menjadi salah satu perusahaan persenjataan terbesar di dunia, dan secara aktif telah menjadi mitra Global Supply Chain dalam produk-produk PAL.
Dengan penandatanganan perjanjian kerjasama ini, merupakan implementasi dari kapabilitas SDM PAL yang cakap pada setiap bidang, serta didukung dengan fasilitas peralatan yang mumpuni. Dengan status sebagai mitra global MRO BAE System Bofors, PT PAL akan melakukan investasi dalam penambahan fasilitas pada workshop senjata, antara lain power source, Lifting tools, serta peralatan khusus. Pada momen kerjasama ini juga akan dilakukan Transfer of Knowledge pada SDM, hal ini merupakan implementasi dalam peningkatan mutu dengan standar global.
Perjanjian kerjasama sebagai bentuk dari peran strategis PAL di dunia perkapalan Nasional. Pasalnya, dengan PAL menjadi mitra strategis dalam perawatan dan perbaikan sistem senjata Bofors, dapat memberi efisiensi waktu yang sebelumnya MRO sistem senjata yang kerap digunakan kapal kombatan TNI AL harus dilakukan di luar negeri, sehingga harus memakan waktu yang cukup lama dalam hal pengiriman dan birokrasi internasional.
Saat ini ada 37 pucuk meriam Bofors yang terpasang di kapal perang TNI AL, dan itu bakal bertambah lagi unitnya, mengingat KCR 60M Sampari Class batch 3, yakni unit kapal ke-5 dan ke-6, akan menggunakan meriam Bofors 57mm MK.3. Nah, dari sekian banyak meriam tersebut, untuk beberapa perbaikan tertentu selama ini masih harus dilakukan di Swedia. (Bayu Pamungkas)
Kelemahan industri pertahanan Indonesia tidak adanya industri turunan yang mampu mendukung produk militer, contoh pabrik baja Indonesia belum ada yang membuat baja standar militer entah krn kurang profitable atau memang teknologi metalurgi yang blm dikuasai, selain itu Indonesia jg belum memiliki pabrik chip buatan Indonesia, entah krn kurangnya akses terhadap mineral langka atau memang kurang menguntungkan dari sisi bisnis, padahal secara sumber daya manusia, Indonesia tidak kekurangan
Kalau sudah ada agreement antara PAL×Bofors apakah dalam waktu dekat Lundin ada rencana untuk mengakuisisi 57mm 70 SAK Mk III buat Golok Class biar makin stealth aka. futuristik
…… AKHIRNYA 3P MUNITION….
Minta ke BAE tuk UPGRADE si MK1 Mandau di upgrade ke MK2 jadi masi bisa dipake kalo Mandau pensiun.
Semua MK2 di upgrade ke MK3.
Semoga buat 40MMnya juga bisa kerja sama.
Seharusnya ke depan dengan adanya perbaikan dan pemeliharaan oleh para teknisi PT.pal sendiri, PT.pal bisa membangun meriam berbagai kaliber bofors mk buatan bae system’ ini, jadi gak ngandelin impor Mulu ,kapan majunya militer Indonesia kalo bisa y cuma impor doang , bentar2 impor, bentar2 impor , impor kok cuma bentar doang