Prototipe Self Propelled MLRS dari Bandung, Tampilkan Desain ‘Kawin Silang’ Anoa-HIMARS
Untuk urusan kreativitas, para kreator muda Indonesia punya segudang imajinasi dan mimpi, tak terkecuali dalam bidang rancang bangun alutsista. Puluhan jenis prototipe sudah dirilis, meski baru sebagian kecil yang berujung pada fase produksi, kondisi tersebut tak mengurangi animo kreator untuk menelurkan rancangannya dalam wujud prototipe, terlebih dengan mendapat dukungan dari Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan). Seperti wujud yang terbaru berupa penampakan prototipe kendaraan peluncur roket multi laras besutan PT Prafir Jaya Abadi di Bandung, Jawa Barat.
Baca juga: [Polling] M142 HIMARS AD Singapura – Lawan Tanding Terberat MLRS ASTROS II MK6 TNI AD
Wahana peluncur roket multi laras atau MLRS (Multiple Launch Rocket System) lansiran PT Prafir Jaya Abadi ini memang unik, lantaran desainnya merupakan ‘kawin silang’ antara panser Pindad Anoa dan M142 HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System). Belum jelas platform truk yang digunakan untuk prototipe ini, namun merujuk informasi dari @autohits, disebutkan platform truk punya kapasitas mesin 7.600 cc dan tenaga 285 HP dan torsi 900 Nm.
Selain desain ‘gado-gado’ yang unik, andalan lain dari MLRS dengan 18 tabung roket ini adalah 4 Buah Levelling Aktuator, menjadikan proses loading munisi pada peluncur roket lebih cepat. Mekanisme pengisian otomatis roket ke peluncur tentu bukan barang baru, tiga self propelled MLRS Korps Marinir, yakni RM70 Grad, RM70 Vampire dan Norinco Type-90B, dikenal telah mengadopsi mekanisme pengisian roket serupa.
Sesuai standar roket balistik yang digadang Kemhan, maka prototipe self propelled MLRS dari Bandung ini mengadopsi kaliber roket 122 mm, yakni untuk R-Han 122 mm, jenis roket yang memang sesuai standar yang digunakan pada tiga unit self propelled MLRS Marinir.
Baca juga: RM70 Grad Korps Marinir Kini Jadi Senjata Penggebuk dari Tengah Laut
Bila kompartemen depan identik dengan Anoa, maka elemen peluncur di prootipe ini langsung mengingatkan kita pada M142 HIMARS. Jenis MLRS canggih ini merupakan produksi Lockheed Martin Missiles & Fire Control, sementara sasisnya dari BAE Systems. M142 HIMARS sudah digunakan secara penuh dalam Perang di Afghanistam, Suriah, dan Irak.
Dalam sekali gelar tempur, M142 HIMARS bisa membawa 6 x 227mm M270 series rockets atau 1 rudal MGM-140 ATACMS (Army Tactical Missile System). Dari spesifikasi, roket HIMARS dapat menjangkau sasaran mulai dari 2 sampai 300 kilometer. Sebagai platform penggeraknya adalah truk FMTV 5-Ton. Truk dapat melaju dengan kecepatan 85 km per jam dengan jarak tempuh hingga 480 Km. Dengan dukungan 3 awak (gunner, driver, dan komandan peluncuran), bobot penuh satu unit HIMARS bisa mencapai 11 ton.

Di Asia Tenggara, Singapura adalah pengguna satu-satunya HIMARS. AD Singapura hingga kini punya sekitar 18 unit HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) yang ditempatkan di 23rd Battalion, Singapore Artillery.
Kembali ke prototipe self propelled MLRS, sebelum desain MLRS “Anoa HIMARS” ini mengemuka di jagad media, di sekitar 2014 PT Alam Indomesi Utama sudah lebih dulu merilis prototipe truk peluncur MLRS. Namun sayang tak ada kejelasan lebih lanjut pada prototipe-nya yang pernah ditampilkan dalam Indo Defence 2014. (Bayu Pamungkas)
BTW kenapa “kekeuh” harus tetap ada moncong khas Anoa? Kenapa ga seperti HIMARS aja, tanpa moncong? Apa karena mesinnya diletakkan di sana?
Ini kendaraan amphibi ya ? mirip kendaraan laut
Igo…Iiii GOmbal…kumisnya blum dicukur tuh
Komen ah:
1. Menurut saya mah, jarak sumbu roda kepanjangan sedangkan sasisnya kecil keliatannya ya. Beban sasis saat operation load di medan rusak dan saat firing salvo rawan fatiq di titik tengah sasis
2. Tinggi kendaraan dibanding lebar as roda rasionya terlalu jauh, artinya CoG nya tinggi, mudah guling saat mobilisasi (bisa jalan tp pelan2 mengorbankan speed). Sama loading ditruk (rawan mentok digerbang/portal/kabel jalanan – mobilisasi jarak jauh pakai lowbed), kapal atau pesawat angkut besar (yg kita belum punya) agak sulit.
3. Sama roketnya enakan yg kyk TOR Russia tuh, kaliber kecil tapi buanyak. Soalnya doktrin MLRS kan bukan buat presisi, kalau lawan belum musnah dan sempet bales dengan info lapangan, atau radar balistik kita nya masih reload selesai dah.
Terima Kasih
Bisa nembus armor mbt modern ga kl roket mlrs ?
Umumnya sih MLRS bukan buat hajar MBT, hanya buat gebuk infantri dan kendaraan lapis baja ringan.
Bisa saja sih tapi tergantung warhead nya apa dulu. Klo High explosive (HE) cuma direct hit dari atas tank aja bisa tembus, terutama bagian mesin dan turet yg armornya tipis dibagian atas. Klo cuma kena ledakannya aja di perimeter sih MBT kuat. Tapi utk bisa direct hit ya kecil sekali kemungkinannya…
Klo warhead nya bom klaster tipe SADARM seperti MLRS punya amerika kemungkinan bisa lbh efektif krn memang utk memburu kendaraan lapis baja, krn bomblets2 nya punya sensor berupa radar dan infrared utk nyari target begitu mereka di eject dr badan rudal diudara dan begitu dapet target bomblets nya meledak sambil nembakin penetrator EFP. Satu roket dgn warhead SADARM efektif bs hancurin beberapa kendaraan lapis baja. Jd singkat bomblets nya kyk mini-RPG nembak dr atas.
Bung admin!! Bhas juga dong snapn mesin m1919!!! Yg msh digunkn brimob!!
Desainnya kacau…karena gak orisinil, alias cuma jiplak, plak-plak, kayak geplak !!!
Nomer satu itu aspek fungsionalitasnya yg diutamakan, mekanisme loading/unloading, aspek dongak dan putar, stabilitas platform, sistim kendali tembakan dan mobilitas kendarannya itu sendiri…setelah itu baru berpikir tentang aspek perlindungan dari serangan balistik atau ranjau untuk awaknya.
Dari pilihan materi proteksi balistik dan ranjau itulah, baru ditentukan tampilan fisiknya….bukan dibolak-balik, kayak sogok telik.
Mungkin, bagus juga ditambahkan lapisan RAM milik agato supaya tidak mudah dideteksi lawan, hahahahaha
Untuk negara dengan anggaran pas – pas an, riset berdasarkan design yang sudah battle proven akan lebih menguntungkan dari pada riset dari nol yang akan membutuhkan dana lebih besar.
Jika anda mempunyai ide design yang lebih bagus, silahkan saja diajukan ke pihak yang terkait. Dengan begitu kontribusi anda akan lebih nyata hasilnya.
Soal desain agak mixed feelings sih hehe. Tapi ya namanya alat perang yg penting fungsi dan kemampuan yg utama. Paling cuma mau komen sasis dan roda nya, itu harus bener2 heavy duty dan kualitas tinggi, proporsinya aga sedikit off. Sy pernah lihat video truk2 logistik full-load 19-45 ton keluaran renault sering break down bahkan sasisnya kebelah dua waktu lagi misi logistik melintas offroad gurun dan batu2 di perang Mali. Itu renault trucks yg baru loh. Klo kualitas truk memang menurut saya jawaranya itu Osh Kosh (AS) dan KAMAZ (Rusia). Semangat terus semoga bisa sukses diuji coba.
Kalau dibuat khusus untuk gotong rudal jelajah malah cocok tuh