[Polling] Iver Huitfeldt Class: Heavy Frigate Paling Ideal Untuk TNI AL
Ada yang menarik dari polling ke-17 yang digelar Indomiliter.com, sejak hari pertama polling dibuka pada 12 Maret 2018, suara responden dominan tertuju kepada satu kandidat. Ya, dalam polling bertema “Heavy Frigate yang Paling Ideal untuk TNI AL,” mayoritas responden sampai pentupan polling pada 12 April 2018, tertuju pada frigat asal Denmark, Iver Huitfeldt Class. Proyek ini dianggap penting, mengingat pengadaan heavy frigate akan digadang sebagai komposisi pengganti frigat Van Speijk Class yang telah lawas.
Baca juga: Denmark Tawarkan Pembangunan Frigat ‘Plug and Play’ Iver Huitfeldt Class di Indonesia
Dalam polling yang digelar selama sebulan dengan pola one vote one IP, Iver Huitfeldt Class buatan galangan Odense Steel Shipyard, dipilih oleh 1.776 responden (44,32 persen), sementara jumlah total vote pada polling ke-17 ini mencapai 4.007 responden. Meski unggul dalam polling, ibarat pemilu, Iver Huitfeldt Class tak bisa menang dalam satu putaran karena persentase yang tak mencapai 51 persen.
Keunggulan Iver Huitfeldt Class sedari awal memang dapat dipresdiksi, mengingat Iver Huitfeldt Class lumayan masif ditawarkan ke Indonesia. Walau kapal perang dengan bobot 6.645 ton ini belum pernah bertandang ke Indonesia, namun sosok Iver Huitfeldt Class berhasil mendapat gambaran positif di kalangan netizen penggemar teknologi alutsista. Teknologi yang ditawarkan Iver Huitfeldt Class diantaranya konsep ‘plug and play,’ kemudian opsi skema (Transfer of Technology) untuk industri di dalam negeri, ditambah kunjungan langsung Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu ke Denmark pada 7 Maret 2016, menjadi sinyal kuat yang ditangkap netizen bahwa inilah sosok heavy frigate yang ideal untuk TNI AL kelak.
Sampai saat ini, Iver Huitfeldt Class sudah dibangun tiga unit, yaitu Iver Huitfeldt (F 361), Peter Willemoes (F362), dan Niels Juel (F363). Dari segi rancangan, Iver Huitfeldt Class dibangun berdasar desain kapal kelas Absalon, yang dibangun pada 2004.
Admidal Gorshkov Class
Di luar prediksi, frigat asal Rusia, Admidal Gorshkov Class yang tak terlalu diperhitungkan dalam jagad kompetisi frigat untuk TNI AL, ternyata justru mendapat suara yang cukup besar. Setidaknya 1.219 responden (30.42 persen) russian fans boy ikut mendukung kampanye Admidal Gorshkov Class.
Tentu bukan sebatas ‘cinta buta’ pada Rusia, Admiral Gorshkov Class memang dirancang sebagai heavy frigate yang mumpuni, mampu meladeni peperangan aspek permukaan, udara, bawah permukaan, sampai peperangan elektronika pun telah disiapkan oleh biro perancangnya, Severnoye Design Bureau di Saint Petersburg. Namun frigat dengan bobot 5.400 ton ini statusnya sampai saat ini belum ada yang resmi diserahkan ke pihak AL Rusia.
Baca juga: Frigat Admiral Gorshkov Class, ‘Kesaktiannya’ Terganjal Persoalan Mesin
Akibat persoalan dengan Ukraina yang awalnya menjadi pemasok mesin frigat ini, maka kelanjutan Admidal Gorshkov Class sempat mengalami beberapa kendala. Sudah barang pasti Rusia tak tinggal diam, Russian NPO Saturn kini telah merancang desain mesin CODAG baru untuk Admiral Gorshkov Class, dan diharapkan dapat tuntas prototipe-nya sebelum 2020. Namun kendala permesinan ini telah menggeser jadwal pembangunan kapal ketiga dan keempat.
De Zeven Provincien Class
Dari aspek bisnis dan dukungan ToT, sejatinya peluang De Zeven Provincien Class dari Belanda adalah yang terbesar untuk memenuhi kebutuhan TNI AL. Namun faktanya frigat produksi galangan Royal Schelde ini hanya dipilih oleh 622 responden (15,52 persen).
Baca juga: De Zeven Provincien Class, Frigat Rasa Destroyer Untuk Satuan Kapal Eskorta TNI AL
Kapal kombatan dengan bobot 6.050 ton ini mendapat label sebagai highly advanced air defence and command frigates. Sejak meluncur dalam kedinasan AL Kerajaan Belanda (Koninklijke Marine) pada April 2000, total ada empat unit DZP Class yang telah dibuat. Keempatnya adalah HNLMS De Zeven Provincien (F802), HNLMS Tromp (F803), HNLMS De Ruyter (F804) dan HNLMS Evertsen (F805). Yang terakhir HNLMS Evertsen mulai dioperasikan pada 2005.
FREMM Multipurpose Frigate
Diantara keempat kontestan yang disebutkan dalam polling ini, faktanya hanya satu yang pernah bertandang ke Indonesia. Inilah FREMM (Frégate européenne multi-mission) alias European multi-purpose frigate, yang salah satunya, yakni ITS Carabiniere dari AL Italia pernah singgah di Jakarta pada Maret 2017. Namun nyatanya tak banyak netizen yang memilih FREMM dalam polling ini, tercatat hanya meraih dukungan dari 390 responden (9,73 persen).
FREMM dirintis bersama antara Italia dan Perancis. Dari Italia FREMM disokong Fincantieri dan dari Perancis ditangani DCNS/Armaris. Karena dibangun untuk kebutuhan AL Italia dan AL Perancis. Maka kedua negara membabtips FREMM dalam dua nama yang berbeda, Italia menyebutnya sebagai Bergamini class, dan Perancis menyebut sebagai Aquitaine Class. Dan pesanan pertama meluncur untuk AL Perancis pada November 2012.
Baca juga: Untuk Heavy Frigate TNI AL, Pilih FREMM Italia atau Perancis?
Walau tak secara langsung ditawarkan ke Indonesia, tapi harus diakui dalam kunjungan muhibah ke beberapa negara di Asia Pasifik, Italia berusaha memperkenalkan keunggulan teknologinya kepada negara sahabat, terutama dalam industrial relations tasks.
FREMM Italia sendiri telah masuk sebagai kandidat dalam proyek SEA 5000 Future Frigate yang dicanangkan Australia untuk menggantikan frigat Anzac Class.
Yang milih iver itu orang sehat dan masuk akal. Selain murah dan berkualitas juga bisa mengikuti teknologi di zaman nya. sekali naik dan nyoba pasti nyaman dan bikin ketagihan.
Saya kira heavy frigate tidak akan menjadi prioritas pemerintahan sekarang karena lebih memprioritaskan proyek2 infrastruktur. So, tdk usah brharap trlalu besar.sejujurnya sy malah angkat topi dgn pembangunan navy di negeri jiran malaysia yang lebih terarah dan jelas dbandingkan disini.
Mas Kristian,
Tahun ini APBN kita menyatakan anggaran untuk pembangunan 10 unit Kapal.
Jika dari 10 itu :
4 unit KCR 60.
2 unit mines weeper
2 unit opv
4+2+2 = 8
10 – 8 = 2
Sisa yang 2 lagi untuk bangun kapal apa mas ?
Beli De Zeven Provincien sama Iver Huitfeldt aja, masing masing 2
Semua kapal perang dlm pooling adalah kapal jelek, ga cocok buat laut nusantara, mahal, proses bakal lamaaa.
Saya pilih PKR jenis baru tonase kosong 3500ton, engine harus mampu 30 knot, isi nya pilih yg cocok dg misi tugas kaprang, kasih duit dan di produksi secepat nya.
Sekarang hitungannya kalo dihajar “100” rudal,…nah…yg bisa bertahan hanya yg dg sistem “AEGIS”…mau AEGIS ala mana??…Amrik,Russia,Eropa,(cari yg pas dikantong)…soalnya yg dibutuhkan kita yg benar2 “mumpuni AAWnya”…bisa melindungi satuan formasi,yah bisa juga lindungi markas didarati(dermaga koarma+ibukota Jakarta)…mau kapalnya dr mana terserah,yg penting isiannya+kemampuan,…kapal hanya alat angkut,..tinggal yg diangkut apa…xixiixix
Kyanya zeven provicien yg paling ok,
Kalau angkatan laut mau berkesinambungan,
Mulai dari sigma, pkr lalu fregat
Tapi kalau menghitung skala ekonomis dan ancaman kedepan,
Iver memang yg paling pas,
Selain plug and play sesuai kocek,
Dari segi operasional jadi lebih efektif.
Jadi tinggal pilih
Mau pake super lethal weapon atau multipurposed lethal weapon.
Istilahnya apa aja yg penting punya.
Indonesia lebih akrab dengan kapal permukaan milik belanda sesudah kemerdekaan,dan tak bisa dipungkiri,belanda salah satu negara kuat dalam sejarah maritim,juga ketika konfrontasi belanda-british dengan laksamana de ruyter yang terkenal di masa nya
Buat seluruh fanatisme brahmos/yakhont, silahkan baca situs : brahmos.com…
Dalam mode penerbangan jarak jauh (290 km), profil terbangnya adalah setinggi “15 km” dalam kecepatan supersonic dan baru merendah hingga “10 m” ketika jaraknya sudah tinggal 20 km-an dari targetnya.
Artinya rudal ini sudah bisa dideteksi oleh radar milik kapal yg ditarget sejak masih sangat awal…ketika masih terbang supersonic dg ketinggian 15 km !!!!
Dan ketika rudal sudah terbang merendah (20 km dari kapal target), maka kecepatannya pun melorot menjadi subsonic supaya bisa melakukan terbang zig-zag
Beda dengan rudal subsonic yg terbang “full sea skiming”…radar/esm kapal yg ditarget baru bisa mendeteksinya ketika rudal sudah memasuki horizon (+/- 20 km) dari kapal yg ditarget.
Yang ngedukung gorskhov wong gemblung.
Mosok bikin kapal 5 tahun lebih.
Udah gitu sampai sekarang belum beroperasi.
Keahlian RI dalam bikin kapal jauh lebih cepat daripada Rusia.
Udah gitu gorshkov mahalnya nggak kira2.
1 gorskhov bisa dapat 2 Iver full spek.
1 gorskhov bisa dapat 4 PKR full spek.
Atau jika KCR 60 kita dipanjangin jadi korvet 75 meter, 1 gorskhov bisa dapat 12 – 13 korvet 75 meter full spek (ASuW, ASW, AAW)
Gorskhov kena 1 torpedo 533 mm langsung tenggelam.
13 korvet 75 meter, jika 1 kena torpedo masih ada 12 korvet lagi yang bisa memburu dan menghancurkan kapal selam yang menembak itu.
Say no to Russian ships.
Kabarnya Gorshkov masih pake manufaktur Shipway, . . belum modular kayak PKR 10514.
Kalo begitu teknik manufaktur PKR lebih maju. Yang penting gimana persenjataan dan sistem control nya.
Dipoling aja lahi tuh iver sama groshok min