Pertama Kali, Kapal Ferry Ro-Ro Sipil Lakukan Embarkasi dan Debarkasi Basah
Tank atau kendaraan tempur, dinaikkan ke dalam kapal ferry, tentu itu sudah lazim kita lihat dan dengar. Namun yang tak lazim adalah bila kapal ferry dari tengah laut meluncurkan ranpur amfibi, alias kapal ferry beroperasi layaknya kapal pendarat jenis LST (Landing Ship Tank). Secara teori memang semua mungkin saja dilakukan, tapi secara fakta dan prosedur keselamatan, hal itu belum pernah dilakukan dari kapal ferry sipil.
Baca juga: KMP Port Link III, Kapal Ferry Terbesar ASDP Dicarter Angkut Material Tempur TNI AD
Yang jadi alasan adalah pintu rampa (ramp door) atau stern ramp di kapal ferry, umumnya tidak dirancang untuk merilis kendaraan dari tengah laut, singkat kata dari kekuatan dan kapasitas, ramp door pada kapal ferry tidak memadai.
Namun ada yang berbeda dilakukan oleh militer Cina, pada sekitaran Juli 2020 dilakukan latihan pendaratan amfibi oleh Brigade Marinir 1 Korps Marinir Angkatan Laut PLA (PLANMC) yang mengerahkan semua personel untuk latihan pendaratan siang dan malam di area pelatihan amfibi lepas pantai Provinsi Guangdong.
Dikutip dari jamestown.org (16/7/2021), disebutkan dari babak latihan pendaratan tersebut, nampak kapal ferry sipil jenis Ro-Ro (roll on – roll off) Bang Chui Dao yang dioperasikan COSCO Shipping Ferry Company. Yang menarik dari kapal ferry berbobot 15.560 ton itu adalah ‘tertangkapnya’ kegiatan embarkasi dan debarkasi ranpur amfibi dari jenis Norinco ZBD05, yakni kegiatan tersebut dilakukan bukan di dermaga, melainkan jenis embarkasi dan debarkasi basah.
Menurut beberapa analis pertahanan, aksi pendaratan langsung dari kapal ferry sipil terasa tidak lazim. Pelibatan kapal ferry sipil oleh militer Cina sudah dilakukan beberapa tahun belakangan, tapi belum pernah pendaratan ranpur dilakukan dari kapal ferry, layaknya sebuah LST. Kabarnya untuk misi khusus tersebut, bagian pintu rampa di kapal ferry telah dimodifikasi dengan penambahan kemampuan hidrolik berkapasitas besar. Bila dalam foto yang beraksi adalah ranpur ZBD05, maka kekuatan pintu rampa setidaknya harus di atas 26 ton.
Walau terbilang berani, aksi pendaratan ranpur di tengah laut dari kapal ferry sangat beresiko, pasalnya pintu rampa bisa saja terputus oleh tekanan dinamis dari gelombang laut. Seperti di Bang Chui Dao, nampak penggunaan hydraulic systems dan support arms, yang diduga hanya dapat melayani peluncuran ranpur amfibi dalam kondisi laut ringan, kemungkinan maksimum di sea state 3 (ketinggian gelombang 1,25 meter).
Lantas buat apa Cina mengubah desain pintu rampa di kapal ferry sipil? Apakah ada kaitan dengan rencana invasi ke Taiwan? Jawaban pastinya tentu hanya otoritas Cina yang tahu, namun dari kondisi alam, Selat Taiwan yang harus dilalui bila ingin menginvasi Taiwan, punya ketinggian gelombang rata-rata antara 1 – 2,5 meter.
Baca juga: KRI Tanjung Kambani 971 – Ini Dia! Kapal Feri Yang Dipersenjatai
Sekilas tentang Bang Chui Dao, kapal ferry ini dibangun di Belanda pada tahun 1995. Kapal ferry ini dapat menampung 1.200 penumpang dan kapasitas jalur kendaraan 835 meter pada dek utama. Diperkirakan ada sekitar 63 unt kapal ferry Ro-Ro yang bisa dipersiapkan untuk mendukung mobilisasi militer Cina. (Gilang Perdana)
Untuk kamuflase bila terjadi peperangan,ada indikasi mengorbankan apapun untuk memenangkan peperangan termasuk mengorbankan rakyatnya sendiri……
Masa Cina promosikan kapal buatan Belanda?
Admin ga angkat latihan Garuda Shield di Palembang, tumben latihan Indonesia-Amerika pesertanya hampir 5000 peserta..biasanya hanya ratusan..ada apa gerangan..?
Daripada untuk invasi mungkin hanya untuk promosi produk perkapalan Cina siapa tahu ada yang tertarik membelinya,apa PT PAL bisa membuat kapal seperti itu juga karena cukup berguna jika infrastruktur pelabuhan belum tersedia.
Kita juga punya kapal roro meski dg tonase lbh kecil.. Yakni KRI Tanjung Kambani. Yg dihibahkan oleh PT. pelni tahun 2000.di modifikasi dg penambahan meriam ex kcr komar class.
Itu kapal Roro buatan Belanda bang