Pendanaan dari Negara Sekutu Seret, Perancis Justru Canangkan Pengiriman 72 Unit CAESAR 6×6 ke Ukraina Tahun Ini
|Berkat dukungan dari Perancis dan Denmark, Ukraina dalam waktu singkat telah menjadi salah satu operator utama self propelled howitzer CAESAR (Camion Equipe’ d’un Syste’me d’ ARtillerie)155/52 mm. Sejak awal invasi Rusia pada Februari 2022, Perancis sampai saat ini telah mengirim 18 unit CAESAR 6×6, dan ada lagi donasi dari kocek Denmark sejumlah 19 unit CAESAR 8×8. Dan terkait dengan perang yang akan masuk ke tahun ketiga, ada kabar bahwa Perancis akan mengirim kembali CAESAR 6×6 dalam jumlah 72 unit selama tahun 2024.
Baca juga: Perancis Dirikan Klub Self Propelled Howitzer CAESAR, Indonesia Otomatis Jadi Member
Namun berbeda dengan donasi CAESAR 6×6 sebelumnya, pada pengiriman 72 unit CAESAR 6×6 tambahan, Perancis akan meminta dukungan finansial dari negara-negara sekutu.
Seperti dikutip Armyrecognition.com (19/1/2024), pengumuman rencana produksi 72 unit CAESAR 6×6 untuk Ukraina telah diuraikan oleh Menteri Pertahanan Perancis Sébastien Lecornu. Dalam keterangan disebutkan adanya persyaratan khusus sebelum alutsista artileri tersebut dapat dikirim ke Ukraina. Dari 72 unit CAESAR 6×6 untuk Ukraina, 12 unit di antaranya akan diproduksi berdasarkan anggaran yang didapatkan lewat French Support Fund for Ukraine, sementara pendanaan untuk 60 unit sisanya diharapkan berasal dari para negara sekutu Ukraina.
Lepas dari rencana besar Perancis, rupanya masih ada pertanyaan mengenai pendanaan dan produksi CAESAR. Meski Menhan Perancis mengungkapkan pengurangan waktu produksi sistem CAESAR dari 30 menjadi 15 bulan, Paris bertekad untuk mengirimkan 72 unit CEAESAR tambahan kepada tentara Ukraina pada tahun ini. Percepatan produksi ini dimungkinkan melalui investasi awal yang signifikan dengan Nexter menginvestasikan 300 juta euro pada material pembuat senjaya serta mempercepat produksi berbagai sistem CAESAR. Akibatnya, tingkat produksi meningkat dari dua menjadi enam enam per bulan, dengan potensi peningkatan lebih lanjut.
Dalam hal pembiayaan, biaya 12 sistem CAESAR berjumlah 50 juta euro untuk Perancis, diambil dari French Support Fund for Ukraine yang menerima alokasi anggaran tambahan sebesar 200 juta euro pada akhir tahun 2023. Untuk 60 sistem sisanya, Sébastien Lecornu telah meminta sekutu untuk berpartisipasi melalui pembentukan koalisi artileri untuk Ukraina.

Koalisi ini, yang dipimpin bersama oleh Perancis dan Amerika Serikat, merupakan bagian dari inisiatif yang digariskan oleh Contact Group for the Defense of Ukraine yang dikenal sebagai “Grup Ramstein”. Diprakarsai oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, format ini telah menyatukan lebih dari 50 negara untuk mendukung Ukraina selama hampir satu setengah tahun.
Koalisi dalam dukungan artileri untuk Ukraina mencakup 23 negara sekutu, seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Belgia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Yunani, Kroasia, Latvia, Lituania, Belanda, Norwegia, Polandia, Rumania , Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.

Meskipun Menteri Angkatan Bersenjata Perancis menyatakan optimisme mengenai kemampuan sekutu untuk berkontribusi pada pendanaan ini, yang berjumlah sekitar 280 juta euro, namun belum ada anggota koalisi yang menunjukkan kesediaan mereka untuk berpartisipasi, khususnya, Jerman, anggota utama KNDS melalui KMW (Krauss-Maffei Wegmann), belum memberikan sikap resmi.
Masih belum pasti apakah Uni Eropa, melalui European Peace Facility (EPF) yang memperoleh peningkatan finansial sebesar 255 juta euro, akan menyediakan dana untuk sistem CAESAR. Selain itu, kesediaan anggota koalisi lainnya untuk berinvestasi masih belum pasti, karena mereka sudah mempunyai program dukungan material dan finansial tersendiri untuk Ukraina.
CAESAR 6×6 adalah howitzer self-propelled yang diproduksi oleh Nexter Systems, sebuah perusahaan Perancis dan bagian dari KNDS (KMW+Nexter Defense Systems) group. Diperkenalkan kepada Angkatan Darat Perancis pada tahun 2008, CAESAR dilengkapi dengan meriam kaliber 155 mm/52, yang dirancang untuk mobilitas strategis dan taktis, sehingga cocok untuk berbagai skenario operasional.
Salah satu fitur menonjol CAESAR adalah meriam 155mmnya, yang terkenal dengan jarak tembaknya yang mengesankan, mampu meluncurkan proyektil dari jarak 4,5 hingga 40 km. Senjata ini memiliki kapasitas penyimpanan hingga 18 proyektil dan muatan, semuanya tersimpan rapi dalam kotak amunisi tertutup. Meriam ini dilengkapi dengan sistem elevasi hidrolik dan memiliki kontrol manual sebagai cadangan jika terjadi kegagalan hidrolik.
Mobilitas CAESAR didukung oleh mesin diesel Renault dCI 6 dan gearbox manual, memungkinkannya mencapai kecepatan jalan maksimum 90 km per jam dan off-road 50 km per jam. Dengan daya jelajah 600 km, ranpur ini dapat dengan percaya diri menavigasi lereng terjal lebih dari 40% dan lereng samping 30%. Selain itu, dapat mengarungi perairan hingga kedalaman 1,20 meter tanpa perlu persiapan terlebih dahulu.
Sistem artileri serbaguna ini dapat beroperasi secara mandiri atau diintegrasikan secara mulus ke dalam sistem komando dan kendali artileri. Kemampuan beradaptasinya terhadap sasis truk yang berbeda, sesuai kebutuhan pelanggan, meningkatkan fleksibilitas penerapannya. CAESAR telah ditempatkan di berbagai wilayah konflik, seperti Afghanistan, Mali, Lebanon, Irak, Suriah, wilayah Sahel, Timur Tengah, dan Asia Timur.
Dengan lebih dari 300 unit yang telah diproduksi, sistem alutsista artileri medan (armed) ini telah digunakan oleh beberapa negara, termasuk Perancis, Indonesia, Thailand, dan Ukraina. (Gilang Perdana)
@thor: Kemerdekaan jauh lebih mahal daripada hutang. Jadi mau hutang sebanyak apapun kalo itu berkaitan dg Teritorial suatu negara, kemerdekaan dan hak hidup suatu negara ya gak masalah.
mending ga usah cis.
Biar perang cepat usai
Mana ada donasi gratisan, itu semua adalah hutang yang harus dibayar pakai APBN Ukraina nantinya. Semua perang ujungnya adalah jualan senjata. Sama kayak era 60 an saat perang pembebasan Irian Barat. Bung Karno mendatangkan persenjataan jumlah besar daru Uni Sovyet, Italia, China utk melawan Belanda di Papua. dan semua adalah hutang yang baru lunas beberapa puluh tahun kemudian.