Pasang Surut Poros Cina dan Rusia di Antara Keunggulan Sistem Rudal Pertahanan Udara Iran

Bagi Israel dan Amerika Serikat, Iran adalah musuh bebuyutan nomer satu, pasalnya segala proxy yang melawan zionisme dan Barat umumnya bersumber dari sokongan Iran. Dan Iran bukan lawan yang dapat dianggap ringan, sebagai bukti serangan rudal balisitik ke Israel beberapaa waktu lalu, adalah bukti bahwa militer Negeri Para Mullah tak bisa dianggap sebelah mata. Pun termasuk untuk menghadapi serangan balasan, maka sistem pertahanan udara (hanud) Iran telah dibuat berlapis dengan teknologi terkini.

Baca juga: Rudal Hanud Jarak Dekat ‘Jenis Baru’ Iran Digelar di ‘Ring Satu’ Teheran

Terkait dengan pencapaian pada sistem hanud, maka apa yang diraih Iran saat ini tak bisa dilepaskan dari dukungan, termasuk alih teknologi dari Cina dan Rusia, yang uniknya mengalami masa pasang surut, seiring dinamika geopolitik atas kepentingan mereka di kawasan Timur Tengah.

Dalam catatan sejarah, Angkatan Bersenjata Iran mulai melakukan investasi signifikan dalam sistem pertahanan udara berbasis darat pada tahun 1980-an, dimulai pada Perang Iran-Irak dengan akuisisi sistem rudal hanud dari Cina HQ-2, yang tak lain merupakan turunan dari S-75 Soviet yang menyediakan kemampuan penargetan ketinggian tinggi yang canggih.

Rudal HQ-2

Setelah pemulihan hubungan dengan Uni Soviet pada tahun 1989, Iran pada tahun 1990-an memperoleh sistem hanud rudal jarak jauh S-200D buatan Soviet dengan jangkauan penargetan 300 kilometer yang tak tertandingi, yang untuk pertama kalinya menyediakan cakupan signifikan di seluruh wilayah udaranya. Cakupan radar yang kuat dari sistem tersebut juga lebih dari sekadar mengimbangi kerugian serius pada instalasi radar dari serangan Irak selama Perang Iran-Irak.

Namun demikian, pertahanan udara Iran tetap jauh tertinggal dari yang terdepan. Rusia sejak awal hingga pertengahan tahun 1990-an mulai mengekspor keluarga sistem S-300PM barunya yang menggabungkan beragam susunan kelas rudal komplementer dengan kemampuan penargetan jarak jauh dan mobilitas tinggi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dengan sebagian besar sistem seri S-300PM baru yang diproduksi di Rusia diekspor pada 1990-an, permintaan Cina terhadap sistem tersebut menurun secara signifikan pada 2000-an, pasalnya Cina mulai mengoperasikan varian rudal hanud HQ-9 yang semakin canggih, yang dengan cepat membanggakan keunggulan dibandingkan prouduk Rusia khususnya dalam hal elektronik.

Ketika Amerika Serikat dan sekutu Baratnya terus mempertimbangkan opsi untuk menyerang Iran setelah invasi Irak pada 2000-an, Iran pada 2007 akan memesan pertama sistem pertahanan udara jarak jauh Rusia dengan mobilitas tinggi – yaitu sistem S-300PMU-1. Pesanan ini disambut baik untuk membantu mengimbangi penurunan tajam pada permintaan alutsista dari Cina. Namun demikian, S-300PMu-1 secara signifikan kurang mampu dibandingkan S-300PMU-2 yang dijual ke Cina pada dekade sebelumnya, atau S-400 baru yang dioperasionalkan di Rusia sendiri, tetapi masih merupakan peningkatan revolusioner bagi jaringan Iran.

Sistem rudal hanud HQ-9

Namun, pada tahun 2010, pemerintahan baru Presiden Rusia Dmitry Medvedev menghentikan penjualan S-300 sebelum pengiriman apa pun dilakukan, yang mengakibatkan perselisihan diplomatik yang signifikan antara kedua negara. Meskipun Iran telah memperoleh sistem hanud jarak pendek Tor-M1 Rusia dengan sistem rudal canggih pada awal tahun 2000-an, Iran tidak dapat melakukan akuisisi yang signifikan.

Sementara Uni Soviet telah terbukti menjadi pemasok yang dapat diandalkan bagi Iran, namun Rusia pasca-Soviet terbukti jauh lebih rentan terhadap tekanan Barat, dan membatalkan beberapa kesepakatan senjata pada tahun 1990-an termasuk produksi lisensi tank T-72, sementara juga berhenti melengkapi Angkatan Udara Iran dengan pesawat tempur MiG-29 dan Su-24M seperti yang telah dilakukan Uni Soviet.

Iran Pamer ke Menhan Rusia, Rudal Hanud Misterius “358” yang Disebut Berbiaya Murah

Rusia secara khusus mencabut pembatasan penjualan sistem S-300 pada tahun 2015 setelah penandatanganan perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama, setahun setelah hubungan Moskow dengan Barat menurun akibat konflik Ukraina, dengan Rusia memasok Iran dengan sistem S-300PMU-2 yang lebih canggih dari April-Oktober 2016.

Sistem-sistem ini awalnya dibangun untuk memenuhi pesanan dari Suriah, sebelum Moskow di bawah tekanan Barat menarik diri dari kesepakatan dan menolak untuk memasok Damaskus dengan sistem pertahanan udara jarak jauh modern. Sedikit yang diketahui tentang kustomisasi sistem yang diterima Iran, tetapi mereka diketahui menggunakan 96L6E target-acquisition radars, 30N6E2 target-engagement radars and 64N6E2 battle management radar.

Antisipasi Serangan Rudal Jelajah dan Balistik Hipersonik, Iran Punya Radar OTH Ghadir

Di samping S-300, sumber-sumber Rusia pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa Iran telah memperoleh sistem radar jarak jauh Rezonans-NE yang memberikan kewaspadaan situasional di area yang jauh lebih luas daripada sistem radar lainnya di negara tersebut. Wakil CEO pusat penelitian Rezonans, Alexander Stuchilin, mengungkapkan pada bulan Agustus tahun itu: “Pada awal tahun 2020 radar ini mengidentifikasi pesawat F-35 AS dan melacaknya. Personel radar tersebut mengirimkan informasi, termasuk rute penerbangan F-35, dengan jelas, sehingga mengonfirmasi bahwa radar tersebut melacak pesawat dengan andal.

Lemah di Udara
Meski saat ini punya sistem rudal hanud berlapis dengan dukungan radar canggih buatan Rusia. Namun, sistem hanud Iran secara keseluruhan masih sangat rentan, pasalnya kekuatan jet tempur Iran sebagai sistem hanud aktif terbilang inferior untuk menandingi kemmapuan Israel.

Penarikan Rusia dari kesepakatan S-300 pada tahun 2010, dan penarikan Rusia dari beberapa perjanjian sebelumnya pada tahun 1990-an, menyebabkan Iran mengembangkan sistem pertahanan udaranya sendiri yang telah digunakan dalam pertempuran.

Sebuah insiden penting terjadi pada bulan Mei 2019, ketika sistem hanud rudal Khoradad ke-3 yang dikembangkan Iran menembak jatuh drone intai Northrop Grumman RQ-4A Global Hawk di atau dekat wilayah udara negara tersebut. Sebagian besar sistem jarak jauh yang diterjunkan mencakup varian Bavar-373 dan Khordad 15 yang semakin canggih, serta persediaan S-200 yang signifikan yang terus dimodernisasi.

Faktor Utama yang Mempererat Hubungan Iran-Rusia saat ini.
1. Kerjasama Energi dan Pertahanan
Rusia membantu Iran dalam pengembangan energi nuklir dan memberikan teknologi militer.

2. Kepentingan Bersama di Suriah
Dukungan bersama terhadap rezim Assad memperkuat hubungan strategis.

3. Kebutuhan Iran Akan Sekutu
Iran membutuhkan mitra yang kuat di panggung internasional untuk melawan tekanan dari AS dan sekutu-sekutunya.

4. Geopolitik Anti-Barat
Keduanya memiliki kepentingan bersama dalam melawan pengaruh AS dan Barat di Timur Tengah dan Eurasia.

Dengan latar belakang ini, hubungan antara Iran dan Rusia tetap solid hingga saat ini, dengan fokus pada kerjasama pertahanan, energi, dan penyeimbangan pengaruh Barat di wilayah yang menjadi kepentingan strategis mereka. (Gilang Perdana)

Hancurkan Jet Tempur Lawan dari Jarak 300 Km, Iran Punya Sistem Hanud Bavar-373 dengan Rudal Sayyad