Pantsir-ME, Yang Ini Bukan Mustahil Kelak Digunakan di Kapal Perang TNI AL

Menyebut nama “Pantsir” serasa sakral, maklum bagi para pecinta alutsista, khususnya Russian Fans Boy, nama Pantsir menjadi salah satu senjata dari Rusia yang begitu didambakan kehadirannya di Indonesia, tentunya selain Sukhoi Su-35 Super Flanker, rudal hanud S-300 dan kapal selam Kilo Class.

Baca juga: Pantsir S-1 – Sistem Pertahanan Udara Hybrid Favorit Netizen Indonesia

Khususnya Pantsir varian S-1 (land version) dianggap ideal untuk postur hanud Indonesia, dimana Pantsir yang mengusung konsep hybrid yang mengedepankan unsur SHORAD (Short Range Air Defence) lewat adanya kanon 2A38M empat laras kaliber 30 mm, sementara kebutuhan hanud jarak menengah hadir lewat konfigurasi rudal 57E6. Dalam satu paket yang terintegrasi, Pantsir S-1 yang disematkan dalam platform truk 8×8 juga sudah memiliki radar mandiri, yakni 2RL80 dengan basis PESA (Passive Electronically Scanned Array).

Salah satu pemilik Pantsir S-1 pun tak jauh-jauh, di Asia Tenggara Vietnam justru telah resmi menjadi pengguna sistem hanud hybrid ini. Bagaimana dengan Indonesia? Meski mockup Pantsir sudah pernah ditampilkan dalam Indo Defence, tapi sejauh ini belum ada tanda-tanda Pantsir akan dilirik dalam MEF (Minimum Essential Force).

Peluang Pantsir S-1 memang kecil untuk diadopsi oleh Arhanud TNI, tapi belum tentu dengan Pantsir naval version. Persisnya saat pagelaran kekuatan angkatan laut di kota St. Petersburg pada 28 Juni 2017, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sistem hanud terbaru untuk kapal perang, sistem yang diambil dari basis Pantsir ini disebut sebagai “Pantsir-ME.” Konfigurasi Pantsir ME sedikit banyak mirip Pantsir S-1, dimana kanon reaksi cepat, rudal hanud, dan radar penjejak, kesemuanya diintegrasikan dalam satu kubah.

Baca juga: Norinco Sky Dragon 12 – Sistem Rudal SHORAD “Bergaya” Pantsir S-1

Walau sesama Pantsir, sistem senjata rancangan KBP Instrument Design Bureau ini punya beberapa perbedaan dengan varian Pantsir S-1 yang berlaga di darat. Bila di Pantsir S-1 terdapat radar peringatan dini 2RL80, maka di di kubah Pantsir-ME tidak ada lagi radar peringatan dini, menjadikan desain sistem hanud ini lebih simple. Sebagai gantinya, sistem peringatan dini akan menginduk pada radar sejenis yang sudah melekat di kapal perang.

Bicara tentang senjata utama, jika Pantsir S-1 menggunakan kanon laras tetap 2A38M, maka Pantsir-ME mencomot kanon model GSh-30K dengan enam laras putar. Daya rusak pun terdongkrak, bila 2A38M maksimal misa memuntahkan 2.500 proyektil per menit, maka GSh-30K sanggup memuntahkan 6.000 proyektil dalam satu menit.

Sementara untuk jenis rudal hanud, menggunakan varian 57E6-E. Rudal 57E6 punya jarak tembak efektif hingga 20 Km dengan ketinggian terbang 15 Km. Kecepatan luncur rudal ini adalah 1.300 meter per detik dalam waktu dua detik fase peluncuran. Bedanya dengan Pantsir S-1 yang menyiapkan 12 peluncur siap tembak, maka pada Pantsir-ME jumlah peluncur dalam satu kubah dibuat ringkas menjadi delapan unit, masing-masing empat peluncur pada sisi kiri dan kanan. Lain dari itu, bukan cuma rudal hanud yang bisa dilontarkan, Pantsir-ME secara teori dirancang untuk meluncurkan rudal permukaan ke permukaan Hermes-K.

Meski sudah diperkenalkan pada pertengahan tahun lalu, pihak Kemhan Rusia menyebut Pantsir-ME baru memasuki masa uji coba pada awal 2018 ini. AL Rusia menggadang Pantsir-ME sebagai CIWS (Close In Weapon System) terbaru yang kelak ditempatkan pada kapal perang jenis frigat, korvet dan penjelajah. Kabarnya korvet rudal Tarantul Class dan Karakurt Class dipersiapkan untuk dipasangi Pantsir-ME pada 2019.

Walau belum ada informasi soal harga, pihak Rusia pun sedari awal sudah menawarkan paket Pantsir-ME kepada negara peminat. Sumber Indomiliter.com di lingkungan TNI AL menyebut Pantsir-ME sedang di evaluasi kelayakannya untuk digunakan Indonesia. Jika suatu saat Pantsir-ME diakuisisi TNI AL, di platform kapal perang jenis apakah CIWS ini bakal disematkan?

Jawabannya jelas bukan di korvet Parchim yang telah uzur, dan juga bukan di korvet/frigat TNI AL dengan standar NATO, justru besar kemungkinan Pantsir-ME dipersiapkan untuk kapal perang produksi dalam negeri. Namun yang masih jadi tanda tanya, sampai saat ini kelas kapal perang (kombatan) produksi dalam negeri masih berada di segmen kapal patroli dan kapal cepat, yang secara dudukan tidak pas dipasangi sistem senjata sekelas Pantsir-ME. Dari platform, justru senjata sekelas Pantsir-ME lebih ideal disematkan pada kapal patroli terbaru Bakamla, KN Tanjung Datu 1101, yang punya dimensi lebih besar dari Perusak Kawal Rudal (PKR) Martadinata Class.

Baca juga: KN Tanjung Datu 1101 Uji Kelaikan dan Sewaco Bersama TNI AL

Di lini kapal perang produksi dalam negeri, penggunaan sistem dan alutsista produksi non NATO nampak dominan, seperti pemasangan kanon CIWS NG-18 (AK-630) dan rudal anti kapal C-705/C-802 produksi Cina, berikut combat management system-nya. Sementara dari Rusia, kanon Burevestnik A-220M disebut-sebut akan dipasang pada haluan KCR KRI Tombak 629 dan KRI Halasan 630. Jadi jika Pantsir-ME kelak menjadi etalase persenjataan di KRI tentu bukan sesuatu yang mustahil. “Untuk harga Pantsir-ME masih terbilang wajar, namun yang jadi mahal bila yang diakuisisi termasuk combat management system dan paket munisi lengkap,” ujar sumber Indomiliter.com. (Haryo Adjie)

35 Comments