Norinco Red Arrow 12 – Rudal Anti Tank ‘Jiplakan’ FGM-148 Javelin

Sejak dioperasikan militer Amerika Serikat pada 1996, tercatat sudah beragam palagan pertempuran diikuti oleh rudal anti tank yang satu ini. Menyandang label FGM-148 Javelin, rudal besutan Raytheon dan Lockheed Martin ini pun laris manis di pasaran, setidaknya ada 25 negara, termasuk Indonesia, yang kini mengoperasikan rudal dengan mekanisme fire and forget berpemandu infra red ini. Dan ibarat ada gula ada semut, laris manis dan battle proven-nya Javelin rupanya menarik minat Cina pada rudal yang telah diproduksi lebih dari 45 ribu unit ini.

Baca juga: FGM-148 Javelin Block I – Fire and Forget Dengan Pemandu Infra Red

Sebagai rival AS, tentu Cina tak mendapat kesempatan memiliki FGM-148 Javelin lewat jalur resmi. Meski tak ada bukti kepemilikan Javelin oleh Cina, namun besar kemungkinan Beijing telah memperoleh Javelin lewat jalur tak resmi. Dan seperti sudah bisa ditebak arahnya, diduga ada reverse engineering pada rudal Javelin.

Dan konkritnya, pada ajang Eurosatory 2014 di Paris, Perancis, Cina untuk pertama kalinya memperkenalkan sosok rudal anti tank yang disebut sebagai Hong Jian 12 (HJ-12) atau dalam Bahasa Inggris disebut Red Arrow 12. Diproduksi oleh China North Industries Corporation (Norinco), kemunculan HJ-12 langsung membetot perhatian, lantaran dari aspek desain dan spesifikasi, HJ-12 sangat mirip dengan FGM-148 Javelin.

FGM-148 Javelin
Norinco Red Arrow 12

Persamaan yang paling kentara yaitu dari desain, HJ-12 di setting untuk diawaki oleh dua orang personel. Komposisi persenjataan terdiri dari perangkat Command Launch Unit (CLU) dan tabung peluncur rudal. Seperti halnya Javelin, CLU di HJ-12 bersifat reusable alias dapat digunakan lebih dari satu kali. Sementara tabung rudal hanya bersifat sekali pakai (disposable).

Dalam operasinya, operator senjata setelah tuntas meluncurkan rudal, maka harus melepas bekas tabung peluncur dan memasang kembali tabung peluncur rudal yang baru. CLU dilengkapi fitur yang mencakup thermal imager for surveillance, scouting dan target prioritization. Dengan dukungan fitur tersebut, CLU dapat dioperasikan dalam kondisi malam hari atau segala kondisi cuaca.

Penembak dapat memilih mode terbaik tergantung pada kondisi lingkungan saat penembakan. Ketika penembak menentukan sasaran, maka data sasaran ditransfer ke sistem pemandu rudal. Rudal sendiri akan mengunci sasaran sebelum diluncurkan. Selama rudal meluncur, sistem pemandu di rudal bekerja secara otomatis. Setelah rudal diluncurkan, operator dapat melepaskan tabung kosong dan dari CLU dan memasang tabung peluncur lain dengan rudal. Prosesi tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 15 detik.

Dengan tenaga dari solid fuel rocket, HJ-12 punya jarak tembak efektif hingga 4.000 meter (kondisi siang hari). Sementara pada kondisi malam hari, jarak tembak efektif melorot menjadi 2.000 meter. Red Arrrow 12 dilengkapi hulu ledak Tandem shaped charge HEAT dengan detonasi Impact force. HJ-12 dapat menembus pelindung baja 800 mm di belakang ERA (Explosive Reactive Armor). Penetrasi seperti itu mungkin tidak cukup untuk mengalahkan lapisan baja frontal pada MBT (Main Battle Tank), namun HJ-12 memiliki dua mode serangan – top attack dan direct attack.

Top attack flight mode digunakan untuk menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja lain. Setelah rudal meluncur, rudal naik ke atas dan kemudian turun menuju sasaran. Metode ini ideal untuk menghancurkan tank, karena kebanyakan dari mereka hanya memiliki tingkat perlindungan lapis baja minimum di bagian atas kubah. Sementara dalam direct attack mode – rudal terbang langsung ke sasaran. Mode ini digunakan untuk penghacuran bangunan, bunker, kru senjata dam konsentrasi pasukan lawan.

Baca juga: Rudal Javelin Sukses Diluncurkan dari Robot Tank

Secara keseluruhan, bobot rudal dalam tabung adalah 17 kg, sementara bobot CLU mencapai 6,5 kg dan targeting sight (optical sight) 5 kg. Sistem pemandu rudal ini menggunakan infrared homing dan charge-coupled device (CCD).

HJ-12 dirilis dalam beragam varian, seperti GAM-100 sebagai varian ekspor, lalu ada GAM-101 yang dirancang untuk diluncurkan dari drone. Sejauh ini, belum ada negara lain yang menggunakan HJ-12 selain militer Cina. (Gilang Perdana)

19 Comments