Menelisik Jejak KRI Nusa Utara 584, Landing Craft Utility TNI AL yang Baru Purna Tugas

Seperti telah diwartakan pada artikel sebelumnya, pada 16 Agustus lalu, TNI AL resmi memensiunkan lima kapal perangnya dalam Upacara Penurunan Ular-ular Perang di Dermaga Ujung, Surabaya. Diantara yang resmi pensiun, yaitu KRI Slamet Riyadi 352, KRI Ki Hajar Dewantara 364, KRI Teluk Penyu 513, KRI Sambu 902 dan KRI Nusa Utara 584, khusus yang disebutkan terakhir boleh dibilang jarang terdengar namanya.

Baca juga: TNI AL Resmi Pensiunkan Frigat KRI Slamet Riyadi 352 dan Korvet Latih KRI Ki Hajar Dewantara 364

KRI Nusa Utara 584 adalah sebuah kapal jenis Landing Craft Unit (LCU) yang digunakan untuk mendukung transportasi dan dukungan operasi amfibi. Minimnya literasi seputar KRI Nusa Utara 584 menjadikan bahasan tentang kapal yang masuk pembinaan Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmada II ini menarik dicermati.

Situs wikipedia.org menyebut kapal ini adalah buatan PT PAL, yang masih satu kelas dengan KRI Kupang 582 dan KRI Dili 583. Masih dari sumber yang sama, disebut rancangan KRI Nusa Utara 584 mengadopsi desain LCU 1610. Merujuk ke sejarahnya, KRI Kupang 582 selesai dirampungkan PT PAL pada tahun 1978, dan resmi masuk jajaran TNI AL pada 7 Desember 1984.

KRI Nusa Utara 584 – Foto: mongabay.co.id

Dengan asumsi bahwa KRI Nusa Utara 584 sejenis dengan KRI Kupang 582, maka dari spesifikasi kapal LCU ini punya panjang panjang 36,7 meter, lebar 9,7 meter serta bobot 370 ton. Dalam kelas LCU, secara umum KRI Nusa Utara 584 dapat digolongkan sebagai LCU berukuran sedang. Jika dibandingkan, KRI Nusa Utara 584 mirip dengan LCU Balikpapan Class yang pernah dioperasikan AL Australia yang punya bobot kosong 364 ton dan bobot penuh 517 ton.

Dalam konteks penggelaran kekuatan TNI AL, LCU saat ini diadaptasi sebagai bagian dari elemen kapal jenis LPD (Landing Plarform Dock). Seperti empat unit LPD TNI AL, yakni KRI Makassar 590, KRI Surabaya 591, KRI Banjarmasin 592, dan KRI Banda Aceh 593, masing-masing dapat membawa dua unit LCU. Meski LCU pada LPD TNI AL punya ukuran dan bobot lebih kecil, yakni bobot maksimum 62 ton dan panjang 24 meter.

Meski kisah tentang KRI Nusa Utara 584 minim, dari penelurusan di situs mongabay.co.id (29/8/2012), disebutkan bahwa kapal angkut ini pernah digunakan perusahaan tambang PT Mikgro Metal Perdana (MMP). Kapal ini mengantar peralatan PT MMP ke pantai di Desa Kahuku Likupang Kabupaten Minahasa Utara.

Upcara pelepasan KRI Kupang 582.

Setelah resmi purna tugas, bagaimana dengan nasib eks KRI Nusa Utara 584? Bila menengok ke saudaranya, KRI Kupang 582 telah dikaramkan sebagai sasaran tembak rudal anti kapal Exocet MM40 Block II yang dilepaskan korvet KRI Bung Tomo 357 pada 28 Mei 2015.

Menurut siaran pers dari Dispenal, KRI Kupang 582 dengan 26 awak ini diberhentikan dari dinas aktif TNI AL berdasarkan pertimbangan strategis, teknis dan ekonomis, sudah tidak layak lagi untuk berperan lebih lama. Secara strategis kondisi KRI Kupang-582 tidak mampu lagi untuk menjawab tantangan yang berkembang saat ini, sedangkan secara teknis dan ekonomis, kondisi alutsista yang semakin tua maka biaya pemeliharaan dan perbaikan akan menjadi semakin berat dan sangat tidak sebanding dengan hasil operasi yang diharapkan, sehingga efisiensi pengoperasiannya dirasakan tidak memadai lagi.

Baca juga: KRI Kupang 582 – 31 Tahun Mengabdi, Berakhir Jadi Sasaran Tembak Exocet MM40 Block II

Sebagai informasi, nama KRI Nusa Utara 584 diambil dari nama kawasan pulau-pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Sulawesi Utara. (Haryo Adjie)

6 Comments