Masih Gunakan Mesin Produksi Tahun Enam Puluhan, Pindad Jual Munisi 5,56mm Rp4.200 Per Butir

Meski belakangan lebih kondang namanya sebagai manufaktur panser, medium tank dan rantis lapis baja. Namun tak bisa dipungkiri, nama PT Pindad lebih dulu dikenal sebagai manufaktur senjata perorangan dan munisi. Dan bila melihat beragam operasi keamanan yang digelar TNI dan Polri, bisa dibayangkan betapa banyak munisi yang dibutuhkan, belum lagi munisi dalam jumlah yang memadai juga diperlukan dalam menunjang latihan di setiap satuan.

Baca juga: Pindad Rilis Varian Baru PM-3, Tampil Lebih Ergonomis dan Garang

Bila mengacu pada munisi yang dimaksud pada paragraf di atas, maka artinya adalah kebutuhan munisi kaliber kecil (MKK). Di kelompok MKK ini mencakup munisi dengan kaliber 5,56 mm yang identik digunakan pada senapan serbu, kaliber 7,62 mm yang identik pada senapan mesin regu dan kaliber 9 mm yang identik pada submachine gun serta pistol/revolver.

Guna memenuhi pesanan tiga matra TNI dan Polri, dikutip dari CNBCIndonesia.com (23/1/2020), PT Pindad sebagai BUMN Strategis menyebut mampu memproduksi munisi sampai 400 juta butir pada tahun 2020, naik 225 juta butir dari tahun sebelumnya. “Akhir tahun ini sudah mendekati 400 juta butir munisi per tahun. Kapasitas ditingkatkan ke 600 juta butir per tahun untuk memenuhi kebutuhan Polri,” kata Abraham Mose, direktur utama PT Pindad, dikutip dari CNBCIndonesia.com.

Foto-foto: Kemhan.go.id

Melansir dari siaran pers Kementerian Pertahanan (6/3/2020), rupanya urusan produksi munisi PT Pindad, khususnya MKK mendapat perhatian besar dari pemerintah. Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono meminta PT Pindad untuk melakukan modernisasi mesin-mesin di fasilitas Divisi Munisi di Turen, Malang.

“Pindad harus melakukan modernisasi fasilitas di Divisi Munisi agar bisa meningkatkan kapasitas produksi dan menurunkan harga satu peluru,” kata Wamenhan dalam kunjungan ke Divisi Munisi PT Pindad di Turen, Malang, Jumat lalu.

Menurut Wamenhan, jika PT Pindad mampu melakukan modernisasi fasilitasnya dengan menerapkan otomatisasi dan integrasi akan bisa membuat biaya produksi menjadi turun secara signifikan dan harga jual menjadi lebih terjangkau. “Sekarang harga jual peluru sekitar Rp4.200 per butir, jika mesin produksi di modernisasi, maka akan terjadi penurunan biaya karena lebih efisien. Mesin produksi yang ada saat ini adalah mesin tahun 60-an, jadi sudah sangat tua. Kemhan memastikan seluruh kapasitas pindad akan di serap oleh TNI dan Polri,” katanya.

Berdasarkan penelurusan Indomiliter.com kepada sumber terkait, Rp4.200 yang disebut Wamenhan tak lain adalah harga per butir munisi kaliber 5,56 mm Mu4Tj alias peluru tajam. Boleh dikata, munisi inilah yang mungkin paling banyak diproduksi, mengingat munisi ini adalah ‘makanan’ bagi senapan serbu seperti SS-1, SS-2, M-16 dan senapan serbu lain yang berstandar NATO di kaliber 5,56 x 45 mm.

Baca juga: PT Pindad Persiapkan Produksi Massal Roket R-Han 122B untuk Korps Marinir

Masih dalam lingkup MKK, harga munisi kaliber 9 mm disebut per butirnya Rp3.600 dan harga munisi kaliber 7,62 mm per butirnya Rp7.500. Dengan modernisasi mesin produksi, diharapkan harga jual yang ditawarkan akan lebih kompetitif nantinya.

Divisi Munisi PT Pindad di Turen memiliki luas 166 hektare dan terdiri dari fasilitas produksi MKK, MKB (munisi kaliber besar) atau menengah dan fasilitas pengembangan serta laboratorium uji munisi. (Haryo Adjie)

11 Comments