Malaysia Lanjutkan Proyek Frigat Stealth Maharaja Lela Class, Tapi Jumlah Pesanan Dikurangi
|Kilas balik ke Mei 2021, saat itu Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan, bahwa pemerintah telah menyetujui Boustead Group untuk melanjutkan proyek Littoral Combat Ship (LCS) Maharaja Lela class yang telah ditunda sejak 2019. Setelah lama mangkrak, maka pernyataan tersebut menjadi angin segar bagi modernisasi Angkatan Laut Kerajaan Malaysia.
Baca juga: Setelah Mangkrak, Proyek Frigat Stealth Malaysia Maharaja Lela Class Dilanjutkan
Namun, ada kabar lanjutan, dikutip dari New Straits Times, Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) telah mengkonfirmasi hanya akan menerima lima unit Maharaja Lela class, bukan enam unit seperti yang dipesan pada awalnya.
KSAL Malaysia, Vice Admiral Abdul Rahman Ayob, telah mengkonfirmasi kepada pers Malaysia bahwa pengurangan tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk melanjutkan proyek yang terhenti.
Pengurangan ini karena masalah korupsi proyek, yang mengakibatkan pembengkakan biaya dan penundaan konstruksi. Pengurangan ini akan memungkinkan proyek dapat diselesaikan sambil memenuhi anggaran yang telah direvisi. Pemesanan enam unit Maharaja Lela class dipesan dari galangan kapal Perancis Naval Group pada tahun 2011.
Kemudian sebagai alih teknologi, konstruksi kapal perang dilakukan di Malaysia oleh galangan kapal Malaysia Boustead Heavy Industries Corp (BHIC) sebagai bagian dari perjanjian transfer teknologi antara Malaysia dan Perancis.
Tanda-tanda ada masalah pada proyek ini mulai tercium dari molornya jadwal peluncuran. Kapal pertama, Maharaja Lela 2501 sudah diluncurkan sejak 31 Oktober 2017, dan setelah melewati tahapan sea trial dan beragam instalasi perangkat elektronik serta persenjataan, seharusnya Maharaja Lela 2501 sudah diserahkan ke AL Malaysia pada akhir 2019 lalu.
Namun, penyerahan Maharaja Lela 2501 molor cukup jauh, frigat ini kabarnya paling cepat baru dapat diserahkan ke user pada tahun 2021. Dan itu juga kembali molor, dimana tidak satu pun Maharaja Lela class yang telah diserahkan ke AL Malaysia.
Dari enam unit yang dipesan, frigat yang dibangun dari basis korvet Gowind Class ini telah diluncurkan satu unit (Maharaja Lela 2501). Sementara tiga lainnya – Syarif Masahor 2502, Raja Mahadi 2503 dan Mat Salleh 2504 sempat ke fase produksi, meski akhirnya ikut berstatus mangkrak.
Dengan basis korvet Gowind 2500 Class, AL Malaysia dan Naval Group mengembangkan jenis kapal baru yang konsep awalnya disebut Second Generation Patrol Vessel (SGPV) atau Littoral combat ships (LCS). Dibandingkan korvet Gowind 2500 Class, Maharaja Lela class punya bobot lebih besar, yaitu 3.100 ton dengan panjang 111 meter. (Gilang Perdana)
Ntar kalau fregat Maharajalela dah siap peresmian biasanya pemerintah kita baru ngeh dan sadar buru2 pesan Fremm Bergamini Class, sama seperti KFX Boramae, asyik santai cuek bebek begitu logo merah putih hilang dan khabar mau dipinang Polandia baru gah geh…begitulah kita disini
Sekarang yg gantian mangkrak itu lanjutan projek fregat Sigma
Perbanyak korvet sigma untuk ganti parchim class sama iver class buat ganti van speijk class fokus itu dlu aja
Kalok fremm pendanaannya belum disetujui, kalo Ah140 baru kemarin first cut steel (kalok gak salah)
6 unit fremm dan ah140 gimana kelanjutannya??
Jangan bilang cuma PHP
Semoga frigat Maharajalela setelah di reengineering berhasil dibuat dan selesai bisa beroperasi, kasihan juga Malay dibuli Cina terus di LCS
min, proyek fregat tni ada berita tidak?