Update Drone KamikazeKlik di Atas

Setelah Mangkrak, Proyek Frigat Stealth Malaysia Maharaja Lela Class Dilanjutkan

Setelah lama mangkrak dan mempermalukan Malaysia dalam jagad alutsista regional, ada kabar bahwa frigat stealth Maharaja Lela Class, proyeknya akan dilanjutkan kembali. Dari enam unit yang dipesan, frigat yang dibangun dari basis Gowind Class ini telah diluncurkan satu unit (Maharaja Lela 2501). Sementara tiga lainnya – Syarif Masahor 2502, Raja Mahadi 2503 dan Mat Salleh 2504 sempat ke fase produksi, meski akhirnya ikut berstatus mangkrak.

Baca juga: Mengkrak Tak Jelas, Menhan Malaysia Buka Opsi Batalkan Kontrak Pengadaan Frigat Stealth Maharaja Lela Class

Dikutip dari thestar.com.my (8/5/2021), Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan, “Pemerintah telah menyetujui bahwa Boustead Group akan melanjutkan proyek Littoral Combat Ship (LCS) Maharaja Lela yang telah ditunda sejak 2019 dengan persyaratan yang harus dipatuhi oleh perusahaan,” ujar Sabri Yaakob. Keputusan untuk melajutkan program frigat Maharaja Lela Class diputuskan dalam rapat kabinet pada Rabu (5/5/2021).

Menhan Malaysia mengatakan kelanjutan proyek konstruksi frigat Maharaja Lela akan melindungi 1.600 pekerja lokal dari kehilangan pekerjaan mereka dan lebih dari 400 vendor di bawah naungan Bumiputera SME. “Jika pembangunan frigat ini tidak dilanjutkan akan berdampak negatif bagi pekerja dan vendor Bumiputera yang terlibat. Selain itu akan mempengaruhi Dewan Dana Angkatan Bersenjata yang merupakan pemegang saham di Boustead Holdings Bhd,” kata Sabri Yaakob.

Ia menambahkan, jika proyek ini tidak dilanjutkan, secara tidak langsung akan berdampak pada kontributor yang merupakan personel militer dan bank pemberi pinjaman untuk proyek ini juga akan merugi karena Boustead Naval Shipyard tidak mampu membayar pinjaman tersebut.

Dilaporkan bahwa Kementerian Pertahanan telah melakukan penyelidikan mendalam atas kegagalan Boustead Naval Shipyard Sdn Bhd, anak perusahaan Boustead Holdings, untuk memasok enam LCS (Littoral Combat Ship) Maharaja Lela Class untuk AL Malaysia.

Kilas balik ke 3 Agustus 2020, saat itu dalam sidang parlemen, Ismail Sabri Yaakob justru melontarkan opsi untuk membatalkan kontrak pengadaan enam frihat Maharaja Lela Class. Pernyataan Menhan Malaysia muncul setelah menanggapi pertanyaan dari dua anggota parlemen yang mempersoalkan status program kapal perang yang nilainya mencapai US$2,8 miliar tersebut.

“Sesuai rencana awal, seharusnya dua dari enam kapal sudah dikirim saat ini. Namun per 31 Juli belum ada yang berhasil diselesaikan, dan kemajuan keseluruhan proyek saat ini mencapai 56,67 persen, dibandingkan dengan rencana awal 85,7 persen, ini menyiratkan adanya keterlambatan proyek sampai 31 bulan,” kata Ismail dalam tanggapannya. Menhan Ismail mengungkapkan lebih lanjut bahwa program kapal pertama saat ini baru selesai 59,79 persen, sedangkan kapal kedua selesai 48,09 persen. Sedangkan kapal ketiga, keempat, dan kelima masing-masing 43,75 persen, 36,49 persen, dan 20 persen selesai. Sementara pengerjaan kapal keenam belum dimulai.

Tanda-tanda ada masalah pada proyek ini mulai tercium dari molornya jadwal peluncuran. Kapal pertama, Maharaja Lela 2501 sudah diluncurkan sejak 31 Oktober 2017, dan setelah melewati tahapan sea trial dan beragam instalasi perangkat elektronik serta persenjataan, seharusnya Maharaja Lela 2501 sudah diserahkan ke AL Malaysia (TLDM) pada akhir 2019 lalu. Namun, penyerahan Maharaja Lela 2501 molor cukup jauh, frigat ini kabarnya paling cepat baru dapat diserahkan ke user pada tahun 2021.

Baca juga: Mangkrak Sebelum Berlayar, Nasib Tak Jelas Frigat Stealth (Gowind) Maharaja Lela Class

Seperti halnya kebijakan di Indonesia, kebijakan pembangunan industri pertahanan di Malaysia juga mensyaratkan ToT (Transfer of Technology). Pada tahun 2015, disepakati kontrak senilai US$2,8 miliar untuk pembangunan enam frigat Maharaja Lela Class. Dimana harga kapal perang dengan kemampuan stealth ini per unit (kosongan) mencapai US$466 juta. Proyek pembangunan frigat stealth ini merupakan kolaborasi antara Naval Group dengan galangan lokal – Boustead Naval Shipyard Sdn Bhd, dimana kesemua kapal akan dibangun di Lumut, Malaysia. (Gilang Perdana)

13 Comments