Long March 3B/E – Inilah Profil Roket yang Gagal Meluncurkan Satelit Palapa N-1
|9 April 2020 sejatinya bakal menjadi momen yang menggembirakan bagi operator satelit di Indonesia, namun harapan tersebut buyar setelah Satelit Nusantara Dua (Palapa N-1) yang diluncurkan pada Kamis (9/4) malam, dari China, gagal mencapai orbit karena kegagalan roket yang membawanya ke angkasa. Satelit ini dimiliki oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS), yang merupakan perusahaan patungan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Indosat Ooredoo dan PT Pintar Nusantara Sejahtera.
Satelit Nusantara Dua dibawa oleh Roket Long March 3B/E dengan diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang (Xichang Satellite Launch Center/XSLC) di Provinsi Xichang, China, pada Kamis (9/4) pukul 19.45 WIB. Roket Long March 3B/E mengalami kegagalan peluncuran tingkat ketiga di angkasa. Dengan demikian, satelitnya hancur dan puing-puingnya telah jatuh.
Long March 3B atau dalam Bahasa Cina disebut Chang Zheng 3B, juga dikenal sebagai CZ-3B dan LM-3B, adalah tipe roket pembawa satelit ke lintasan orbit. Dibuat oleh China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT), roket dengan desain tiga stage ini mulai dikembangkan sejak tahun 1986 dan baru pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dalam momen peluncuran satelit Intelsat. Ciri khas roket Long March 3B yaitu dilengkapi empat unit strap-on liquid rocket boosters.
Diantara keluarga roket Long March, Long March 3 adalah varian roket paling kuat kedua setelah Long March 5 dan yang terberat dari keluarga roket Long March 3. Umumnya Long March 3 digunakan untuk menempatkan satelit komunikasi ke orbit geosynchronous.
CALT terus mengembangkan kemampuan roket Long March 3B, seperti pada tahun 2007 diluncurkan roket Long March 3B/E atau G2 dengan misi untuk meningkatkan kapasitas kargo roket GTO (Geostationary Transfer Orbit) dan mengangkat satelit komunikasi GEO (Geosynchronous Orbit) yang lebih berat. Long March 3B juga berfungsi sebagai dasar untuk Long March 3C yang berkapasitas sedang, yang telah diluncurkan pada tahun 2008.
Dikutip dari Wikipedia.org, higga April 2020, roket Long March 3B dan 3B/E telah sukses melaksanakan 63 peluncuran, ditambah dua kegagalan dan dua kegagalan parsial, pihak otoritas antariksa Cina menyebut tingkat keberhasilan yang diraih dari roket Long March 3B mencapai 94 persen. Dan sesuai perkembangan, saat ini Long March 3B sudah tak digunakan lagi, dengan penggunaan terakhir pada 18 September 2012 dalam momen peluncuran satelit Compass. Sebagai penggantinya yang digunakan saat ini adalah Long March 3B/E.

Dari spesifikasi, roket Long March 3B/E punya tinggi 56,3 meter dengan diameter 3,35 meter. Bobot roket tanpa muatan (payload) mencapai 458 ton. Bicara tentang payload, tentu ada beberapa pilihan, seperti pada 9 April lalu saat gagal mengorbitkan satelit Palapa-N1 (Nusantara Dua), maka termasuk dalam payload GTO yaitu muatan dengan berat satelit maksimal 5,5 ton.
Satelit Nusantara Dua seharusnya mengorbit di 113 Bujur Timur (BT), didesain untuk menggantikan Satelit Palapa D yang dioperasikan Indosat sejak 2009. Ia dijadwalkan beroperasi pada Juni 2020 untuk melayani kebutuhan internet broadband dan layanan broadcasting di Indonesia
Dalam termilogi roket peluncur satelit, setiap stage dari struktur roket memiliki mesin dan bahan bakar tersendiri yang digunakan pada level ketinggian tertentu. Lepas dari itu, fase peluncuran juga masih ditopang oleh empat roket booster yang akan aktif selama 140 detik di awal peluncuran.
Baca juga: Pertama di Dunia, Cina Luncurkan Roket Pembawa Satelit dari Tengah Laut
Ongkos sekali meluncuran roket Long March 3B/E (belum termasuk harga satelit) disebut-sebut lebih dari US$70 juta. Jadi bisa dibayangkan, kegagalan peluncuran roket dan satelit adalah kerugian besar bagi operator, yang umumnya setiap kegiatan di industri ini telah dilindungi oleh asuransi. Meski dilindungi satelit, pembuatan satelit dan roket membutuhkan waktu yang tak singkat, untuk sesi peluncuran selanjutnya paling tidak dibutuhkan waktu beberapa tahun mendatang. (Bayu Pamungkas)
Pantesan sinyal oredo gwa ada keterangan sinyal di sesuai kan.
Hehe…
Don’t worry
Ada asuransi
Betul ada asuransi : satelit tinggal bikin lg, roket tinggal d bikin lg.
Tp yg plg dirugikan ya tetep yg punya satelit nya (indosat, psn). Krn commercial lost nya gedhe, waktu kebuang (bikin satelit gak bisa cepet, butuh 2 tahun lg), prospek bisnis/dagangan yg sdh di tangan pun buyar krn customer pasti gak mau nunggu & cari operator lain.
memang benar, pasti diganti oleh asuransi.
tp yg msu saya ulas tentang persenjataan buatan china lebih spesifik lg tentang rudslnya.
Rudal produk china memang akurasinya kurang baik, namun disitulah letak mengerikannya. ibaratkan hanya ingin menyasar kaki tp hasilnya mslah kena kepala. Kalo meleset tidak kena sasaran atau bergeser agak jauh, itu biasa terjadi pd rudal2 baik produksi Rusia maupun apalagi produksi barst yg kancrut. tp ini melesetnya menjadi acak, disitu letak seremnya…hehe
gan, rudal itu roket pintar dibuat dengan sensor. klo sampai meleset mending balik ulang untuk riset. klo roket meleset itu masih dimaklumi nah rudal meleset………
Buatan cina resiko keamanannya besar.. Pihak swastanya dibisikin iblis buat milih buatan cina kali ye?
Imingi iming potongan harga buat upgrade jaringan. Ada Huawei, ZTE & Haier dibelakang lobi tingkat dewa tersebut
Sabotase?
Rugi besar deh
Aneh gua para pemegang keputusan masih percaya dengan produk China , hp gua aja China ngehang Mulu , pengeny sich hp buatan Korea Samsung atau iPhone cuma duity cekakak cekekek
Pakai buatan Indonesia saja, Advan HPnya bagus bagus
Ini satelit punya perusahaan komunikasi swasta ind*sat
Msh aja percaya sm cina. Mulai dari kanon giant bow yg makan korban prajurit arhanud. Telat meluncur nya rudal C-705.. Bingung.. Kejeblos lubang kok berkali-kali. Keledai aja ngga mau berulang-ulang masuk lubang yg sama.
Kenapa gak mau pake Airbus atau space x?????
Barang Cina itu selalu jauh lebih murah, kalau masalah mutu tau sendiri lah, pertanyaannya kenapa dipilih ??
sebenernya kalau murah mungkin lebih murah menggunakan punya SPACEX karena roketnya, karena cuman roketnya SPACEX yang bisa reusability
Butuh waktu beberapa tahun lagi untuk membuat satelitnya yg sangat sangat mahal .. peluncuran pake roket rusia atau amerika malah aman .. sudahlah biar ditanggung swasta
Biaya peluncurannya lebih murah+servisnya menguntungkan
yang ketar ketir ya perusahaan asuransinya.. wkwkwk..