Lockheed Martin AN/TPS-77 (AN/FPS-117) – Mengenal Radar Intai Jarak Jauh Kohanudnas
|Meski tak seriuh kompetisi pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II, modernisasi alutsista pada sistem radar militer cukup menarik dicermati, mengingat rencana program penambahan 12 unit radar baru untuk memperkuat Kohanudnas (Komando Pertahanan Udana Nasional) yang digadang untuk dipenuhi dalam tiga periode MEF (Minimum Essential Force).
Baca juga: Misteri MH-370 – Sempat Menghindari Pantauan Radar Kohanudnas!
Seperti diketahui, saat ini Kohanudnas memiliki radar militer organik dengan jumlah 20 unit yang tersebar di unit Satrad (Satuan Radar). Sementara dari hasil analisa kebutuhan minimum, seharusnya untuk meng-cover pengawasan ruang udara NKRI dibutuhkan 32 unit radar, di luar radar yang dikelola sipil. Berangkat dari kebutuhan Kohanudnas, dan mengingat harga radar yang sangat mahal, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI berupaya memenuhi kebutuhan radar dalam tiga tahap rencana strategis (renstra).
Baca juga: Radar Hanud AWS-2 – Jejak Operasi Kresna Yang Masih Eksis
Pada tahap pertama Kemhan akan membeli empat radar, tahap kedua membeli empat radar, dan tahap ketiga juga empat radar.Renstra MEF tahap pertama berlangsung pada 2010 hingga 2014, tahap dua 2015-2019, dan tahap tiga 2020-2024. Beberapa jenis radar surveillance baru di MEF I memang telah hadir di Tanah Air, sebut saja dua unit radar Weibel dari Denmark, radar MSSR 2000-I dari Perancis, dan radar MLAAD-SR dari Cina.
Baca juga: Kohanudnas Operasikan Weibel Portable Radar
Baca juga: MLAAD-SR – Radar Taktis Mobile Andalan Kohanudnas
Nah, kelanjutan delapan unit radar intai yang masuk MEF II dan MEF II kini tengah masuk dalam finalisasi, meski palu belum diketok oleh Kemhan, karena ada persyaratan ToT (Transfer of Technology) yang ketat. Namun salah satu pemasok radar yang santer akan memperkuat sistem radar Kohanudnas adalah Lockheed Martin dari Amerika Serikat.
Sejak tahun 2010 Radar Surveillance System Lockheed Martin Corporation telah melakukan beberapa pembicaraan dengan TNI AU, dan telah melalui pengkajian dari KKIP mengenai kemungkinan alih teknologi. Sehingga radar ini nantinya dapat dibangun sendiri di Industri Pertahanan dalam negeri dalam hal ini CMI. Saat ini Lockheed Martin Corporation telah bekerjasama dengan PT CMI Teknologi dalam pembuatan suku cadang untuk dipasarkan ke negara lain. Lockheed Martin Corporation juga telah mendapatkan izin dari Pemerintah AS untuk bekerjasama dalam ToT dengan Indonesia dalam hal membangun serta menjual produk suku cadang itu ke negara lain yang membutuhkan.
Baca juga: Nysa P-30 B/C – Generasi Awal Radar Pertahanan Udara di Indonesia
Tentang jenis radar yang ditawarkan untuk Kohanudnas adalah tipe AN/TPS-77 (AN/FPS-117), yaitu radar yang punya peran sebagai long range air surveillance. Dari segi desain, AN/TPS-77 dirancang bisa mobile dan portable, termasuk ditempatkan dalam platform truk, mobilitas radar ini juga dapat dipindahkan dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Sementara AN/FPS-117 adalah versi AN/TPS-77 yang dirancang sebagai sebagai fixed radar dan ditempatkan pada satu titik tertentu.
Baca juga: Thomson TRS-2215/TRS-2230 – Radar Andalan Pertahanan Udara RI Era 80-an
AN/TPS-77 mengadopsi teknologi AESA (Active Electronic Elevation Scanning Array) dengan frekuensi 1215 – 1400 Mhz. Transmsinya menggunakan jenis solid state dengan power frekuensi radio 19,9 Kw. Antena bekerja dengan dual scan rate, 5/10 atau 6/12 RPM. Bagaimana dengan jangkauan deteksi, radar AN/TPS-77 dengan search elevation -6 sampai 20 derajat dan track elevation -6 sampai 50 derajat, dapat mengendus sasaran pada jarak 300 – 470 Km, dan ketinggian deteksi maksimum 30,5 Km.
Dari sisi performa, radar ini dapat beroperasi secara maksimal dengan akurasi 99,5%, sementara masa penggunaan radar ini hingga 2.000 jam. Untuk proses penggantian dan perbaikan komponen yang aus, pihak Lockheed Martin dalam rilis menyebut hanya dibutuhkan waktu kurang dari 45 menit.
Baca juga: Master –T – Radar Hanud Tercanggih Perisai Ruang Udara Indonesia
Selain digunakan di Indonesia, sistem radar ini juga sudah diadopsi oleh Australia, Belgia, Brazil, Kroasia, Denmark, Estonia, Jerman, Hungaria, Islandia, Irak, Italia, Yordania, Kuwait, Latvia, Pakistan, Romania, Saudi Arabia, Singapore, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Yunani dan Inggris. Radar ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1980, dikutip dari Wikipedia.com, Australia sudah mengoperasikan AN/TPS-77 sejak tahun 2007. (Gilang Perdana)
Jenis nya radar yang di miliki TNI banyak banget, apa gak ruwet ngatur spare part…
Biasa aja itu, malah kalo banyak macam = anti embargo.
Kalo duit maintenance kurang, itu baru ruwet..!!
numpang belajar,…semua
Silahkan mas @Ceuricangkas
Pertanyaannya cukup menantang mas @Lesus, daripada salah jawab, mungkin ada rekan2 dari Kohanudnas yang mau menimpali? 🙂
@admin
Oom radar ini kan setaranya dg GM-400, selex (gak hafal tipenya) dan saab 4A, green pine,,,?
Seandainya radar ini yang terpilih, bgmn komonalitasnya (dlm hal after service) dg radar2 master-T?
Kalo gak salah radar ini juga ditawarkan ke india dg keunggulan jika diletakkan di perbukitan sisi barat india, bisa memantau obyek/”penyusup dr barat” yang terbang rendah menyusuri daratan,,,tapi entah bgmn kelanjutannya, bahkan india malah berbalik dekat dg perancis (TOT GM-400 dan GS-1000)
Waduh jam kerja cuman 2000 jam –> 84 hari?
Padahal ops radar harusnya 24 jam.
Kalo indonesia meniru Australia dengan radar over horizon, kita pasang di medan dan papua buat cover seluruh Indonesia gmn y? Jangkauan OTHR lumayan jauh sampai 37.000 km.
Mohon pencerahannya.
BTK
Ya jam operasi tetep 24 jam itu, 2000 jam itu umur sampai penggantian mesin atau reparasi gitu bro
Yoi gan maksudnya maintenance repot juga kalo tiap 3 bln harus ganti part. Blm lagi kalo kendala sucad. Bisa2 radarnya cuman berdoa. Harus mandiri bidang radar ni.
@john titor
Komponen yang harus diganti/consumable scr periodik (sistem plug&play) dari radar ini semacam “tube radiator pd mesin rontgen/x-ray”,,,dan radar2 spt ini tdk selalu beroperasi 24 jam ttp tergantung situasi kerawanannya. Tebakan saya, pihak LM hanya memberi TOT terbatas,,,mungkin pd aspek perawatan, pembuatan bodi radar dan konsole displainya. Kalo tube radiatornya pasti tetap disuplai oleh LM,,,karena pendaringan LM ada disitu.
Ttg radar OTH aussy, setau saya jangkauannya tdk sejauh itu,,,versi pertama jangkauan max sejauh 3000 km, itu juga tergantung densitas cuaca pd lapisan troposfer.
Dan ternyata radar OTH aussy-pun tdk beroperasi 24 jam/hari krn membutuhkan daya yang sgt besar dan hanya dioperasikan 24 jam pada saat ttt, spt ketika krisis lepasnya timtim atau pd saat ttt ketika ada kepentingan di area coveragenya spt di LCS.
Setuju semuanya, minimal sucad yang sering ganti wajib diproduksi di Indonesia.