Lembaga Think Tank dari Rusia Sebut Saat ini adalah Momen Kebangkitan Tank Ringan
|Perang di Ukraina secara langsung membawa pengaruh pada kebangkitan konsep tank ringan (light tank). Hal ini diungkapkan Centre for Analysis of World Arms Trade (CAWAT) – lembaga penelitian, informasi, dan penerbitan non-pemerintah (think tank) yang berdiri di Moskow, Rusia. Bukan hanya menjadi andalan di negara berkembang, negara adidaya seperti Amerika Serikat, Cina dan Rusia, telah mengembangkan varian terbaru di segmen tank ringan.
Baca juga: M10 Booker – Tank Ringan Terbaru untuk Dukungan Infanteri Angkatan Darat AS
Sebut saja Angkatan Darat AS (US Army) yang mulai diperkuat M10 Booker, kemudian dari Cina dengan tank Type 15LT buatan Norinco dan versi ekspornya VT5 yang ditujukan untuk operasi di dataran tinggi. Sementara dari Rusia, negara yang kini berkonflik terbuka dengan Ukraina, mengandalkan ranpur Sprut SDM1 yang telah disempurkan untuk mengisi segmen tank ringan modern.
Pelajaran yang ditarik dari operasi tempur di Ukraina adalah, menyoroti pentingnya penghalang air di garis pertahanan. Jika jembatan hancur, sungai menjadi sulit untuk diseberangi. Agar kendaraan tempur sekelas MBT (Main Battle Tank) dapat mengatasinya, awak harus menutup komponen penting dan turret. Awak juga harus menaikkan tiang untuk pemasukan udara (air intake) sehingga dapat memasok udara segar ke mesin saat tank bergerak di bawah air.
Hal di atas mengharuskan awak untuk menghabiskan waktu yang lumayan lama di dekat sungai. Sementara, tembakan artileri lawan ke lokasi penyeberangan dapat menyebabkan kerugian besar di antara awak tank. Berangkat dari kasus di atas, Rusia kini mulai mempercepat produksi Sprut-SDM1.
Seperti dikutip National Defense magazine, tank ringan yang mempunya fire power atau daya tembak besar merupakan aset berharga bagi tentara yang beroperasi di Asia Tenggara. Korps Marinir Indonesia telah membuktikan kemampuan tank ringan PT-76 dalam serbuan amfibi saat Operasi Seroja di Timor Timur pada dekade 70-an.
Norinco VT5: Bakal Menjadi Pesaing Berat Tank “Harimau” di Pasar Ekspor
Di Vietnam, PT-76 yang digunakan oleh Vietnam untuk melawan agresor Amerika. Meskipun musuh sangat kuat, PT-76 mengungguli tank buatan AS saat bertempur di daerah rawa. Resimen tank amfibi dan tank tempur utama bekerja sama satu sama lain, yang memungkinkan mereka mengalahkan pasukan lawan di Vietnam Selatan.
Bergeser ke Asia Selatan, selama Pertempuran Garibpur pada bulan November 1971, satu batalion infanteri India dengan 14 unit PT-76 berhasil menyeberangi sungai dan menghancurkan unit lapis baja Pakistan yang jauh lebih besar dan menimbulkan banyak korban.
Tak lama kemudian, perang pecah antara India dan Pakistan. Pasukan lawan yang memiliki MBT, tetapi tidak memberikan pengaruh yang berarti. Pada saat yang sama, unit tentara India di Benggala Barat memiliki 1.500 unit PT-76 yang dipasok oleh Uni Soviet.
PT-76 adalah tank amfibi ringan yang diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Tank-tank ini memungkinkan tentara India bergerak maju di tempat yang tidak dapat ditembus musuh. Dengan infanteri Gurkha, PT-76 India bergerak maju melalui daerah hutan menuju Chandpur, tempat Gurkha turun dan menyerbu posisi musuh.
Tank-tank tersebut kemudian bergerak menuju pelabuhan kota. Dari sana, mereka menembaki tongkang yang mengangkut pasukan Pakistan dan amunisi ke dermaga, yang menyebabkan kerugian besar bagi musuh. Kelompok lapis baja lainnya melaju sejauh lima puluh kilometer melalui hutan, menyeberangi beberapa sungai. Prajurit infanteri Gurkha melakukan perjalanan di atas tank-tank tersebut, dan kemudian melakukan serangan tak terduga di Bogra dan merebut kota tersebut.
Kejutan, Tank Amfibi Legendaris PT-76 Ikut Diterjunkan dalam Perang di Ukraina
Tentara India hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk mengalahkan pasukan Pakistan di wilayah Pakistan Timur. Tak lama kemudian, Bangladesh mendeklarasikan kemerdekaan.
PT-76 memberikan kontribusi besar bagi kemenangan India berkat sejumlah keunggulan. Tank-tank itu memungkinkan tank India bergerak cepat di tempat yang tidak diduga musuh.
Keunggulan utama yang mereka miliki atas lawan adalah penggunaan tank amfibi rancangan dan buatan Soviet di cekungan sungai Gang (sekitar sepertiga wilayah Bangladesh).
Sprut-SDM1 – “Next Generation PT-76”
Meski PT-76 masih dioperasikan saat ini, namun karena usianya sudah tergolong tua, banyak negara tak lagi mengoperasikan, Vietnam dan Indonesia adalah dua negara di Asia Tenggara yang masih mengoperasikan PT-76, terkhusus PT-76 di Indonesia telah diretrofit dan upgrade menjadi PT-76M, dengan mengganti meriam kaliber 76 mm dengan Cockerill kaliber 90 mm, berikut penggantian mesin.
Sementara dari perspektif Rusia, nama besar PT-76 kini diteruskan oleh Sprut-SDM1. ranpur yang pernah ditawarkan serius ke Indonesia, kini menjadi aset yang diandalkan oleh pasukan lintas udara Angkatan Darat Rusia – Russian Airborne Force (VDV). Bila PT-76 tak dirancang untuk operasi lintas udara, maka Sprut-SDM1 sudah dirancang untuk kebutuhan lintas udara.
Sprut-SDM1, Inilah Ranpur Terbaru Pasukan Linud Rusia, Pernah Ditawarkan Serius ke Indonesia
Sput-SDM1 dalam terminologi militer Rusia, ranpur ini masuk kategori amphibious light tank, bahkan Rusia menugaskan Sprut-SDM1 juga sebagai airborne light tank, alias kendaraan tempur untuk mendukung operasi pasukan linud. Bagi Angkatan Darat Rusia, Sprut-SDM1 merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya, Sprut-SD. Beberapa elemen pengendali di ranpur ini mengadopsi yang ada di MBT (Main Battle Tank) T-90MS.
Sprut-SDM1 pertama kali dirilis pada tahun 2016. Enam unit pesanan pertama untuk Angkatan Darat Rusia telah dikirimkan pada tahun 2017. Dari sisi histori, pasca Rusia memensiunkan tank amfibi PT-76 pada tahun 2015, praktis saat ini belum ada yang definif menggantikan peran tank ringan amfibi di level PT-76.
Beberapa pihak menyebut Sprut-SDM1 dengan kemampuan amfibi, plus dibekali meriam 125 mm, adalah pilihan yang ideal sebagai penerus PT-76. Jenis meriamnya adalah smoothbore, alias laras halus dan tekanan penembakan rendah (low pressure), ideal guna menempati posisi sebagai senjata dukungan jarak dekat bagi pergerakan infanteri.
Punya Meriam Sekaliber MBT, Ranpur Amfibi Sprut-SDM1 Jalani Uji Mengarung di Laut Hitam
Seperti halnya BMP-3F, bobot Sprut-SDM1 ada dikisaran 18 ton. Selain meriam 125 mm, senjata pada laras ada SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm dan senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Beberapa literasi menyebut perlindungan ranpur ini terbilang pas-pasan, dimana lapisan bajanya hanya sanggup menahan terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dan pecahan peluru artileri.
Senjata pamungkasnya, adalah meriam 2A75M kaliber 125 mm dengan bekal 40 munisi dalam kubah. Segala jenis munisi standar di kaliber 125 mm dapat dilepaskan dari Sprut-SDM1. Jarak tembak efektifnya ada di rentang 2 sampai 5 km. Tentang kapabilitas amfibi, Sprut-SDM1 disokong dua waterjet, menjadikan ranpur ini sanggup melaju di air dengan kecepatan 7 km per jam. Ranpur ini dapat melaju dalam gelombang Sea State 3, seperti halnya BMP-3F, Sprut-SDM1 sanggup melakukan penembakkan saat melaju di air. (Gilang Perdana)