Update Drone KamikazeKlik di Atas

Lawan Suhu dan Cuaca Ekstrem, Pasukan Cina di Perbatasan India Dilengkapi Fasilitas Thermal Shelters

Ladakh, dikenal sebagai salah satu dataran tertinggi di Bumi, dan karena lokasi yang begitu tinggi, menjadikan iklim dan suhu di wilayah India yang berbatasan dengan Tibet (Cina) ini begitu ekstrem, terutama pada musim dingin. Lain dari itu, Ladakh di garis batas utara India hingga kini menjadi area konflik antara pasukan Cina dan India yang berebut klaim atas koordinat di perbatasan.

Baca juga: Type-928D – Tiru Desain Saab CB90, Inilah Kapal Patroli/Serbu Cina di Perbatasan India

Bagi pasukan kedua negara, musuh terbesar saat ditempatkan di Ladakh bukan dari tembakan lawan, justru yang menjadi tantangan terberat adalah kondisi cuaca dan suhu yang begitu ekstrem. Dataran tinggi Ladakh yang rata-rata berada 3 ribu meter di atas permukaan laut, plus geografi dominan padang pasir, menyulitkan bagi prajurit yang ditempatkan dalam waktu panjang. Di lokasi yang terpencil, juga butuh usaha ekstra untuk menyalurkan logistik pada beberapa pos perbatasan.

Berangkat dari kesulitan yang dihadapi, personel AD Cina yang ditempatkan di perbatasan Ladakh kini mendapatkan teknologi baru. Teknologi yang tak ada kaitan dengan alutsista ini, dipercaya justru dapat ‘memenangkan’ pertempuran secara tak langsung. Dikutip dari GlobalTimes.com (10/10/2020), pasukan perbatasan Cina kini telah dibekali thermal shelters.

Thermal shelters alias penampungan termal untuk pasukan Cina didatangkan dalam kondisi siap dipasang (ready to assemble). Fasilitas ini dihadirkan sebagai jaminan pasukan dapat melewati musim dingin dan mendukung tingkat kesiapan tempur dalam cuaca ekstrem. Dengan kenyamanan yang dapat ditingkatkan, diharapkan moral prajurit dapat terjaga di medan operasi.

Thermal shetlers dikembangkan oleh Engineering University of the Chinese People’s Liberation Army. Thermal shetlers terdiri dari beberapa struktur modular yang terdiri dari asrama, kantin, ruang cuci, toilet, gudang, mikrogrid, dan peralatan pemanas. Thermal shetlters dirancang dapat berfungsi dengan baik pada suhu terendah -55 celcius di ketinggian 5.500 meter.

Dengan teknologi self powered thermal insulation, pos atau pengkalan di perbatasan mempunyai sumber tenaga sendiri yang berasal dari microgrid fotovoltaik terintegrasi (berbasis panel surya). Microgrid fotovoltaik yang terintegrasi dapat mencapai swasembada energi. Bahkan dengan suhu luar ruangan pada -40 derajat celcius, maka suhu dalam ruangan dapat dipertahankan di atas 15 derajat celcius. Sebagai backup, pemanas diesel dapat memastikan pemanasan darurat jika terjadi hujan dan salju dalam jangka panjang.

Dengan sistem modular, thermal shelters dirancang fleksibel dan dapat dirakit sesuai dengan skala kelompok pasukan. Deployment shelters memungkinkan bagi pasukan untuk melakukan misi apa pun karena dapat digunakan kapan saja, sebagian besar mengurangi ketergantungan pada distribusi bahan bakar jarak jauh. Bahkan tanpa air dan listrik, hunian dapat dipasang secara normal dan struktur serta ruang interiornya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Lebih dari 90 persen komponen dapat digunakan kembali.

Guna beradaptasi dengan kondisi cuaca ekstrim, pasukan Cina yang berpatroli di perbatasan juga telah mengeluarkan pakaian berteknologi tinggi baru, seperti tudung tahan dingin, pakaian latihan hangat, dan mantel latihan tahan dingin ringan, yang dapat membantu mereka melaksanakan tugas dengan lebih baik.

Baca juga: EL/W-2090 Phalcon – Sistem Radar AEW&C Andalan India, Ternyata Pernah Nyaris Dimiliki Cina

Cuaca dan medan ekstrem di Ladakh merupakan tantangan utama dalam operasi militer skala besar yang membutuhkan dukungan logistik dan persediaan medis yang lancar dan cepat. Di tengah pembicaraan bilateral antara Cina dan India yang kerap diwarna kebuntuan, maka kehadiran thermal shelters merupakan angin segar bagi prajurit Cina yang ditempatkan di perbatasan. (Haryo Adjie)

11 Comments