Latihan Air Refueling, Jet Tempur F-16 TNI AU Bertemu “Kawan Lama”, Boeing KC-135 Stratotanker
|Meski sudah 32 tahun mengoperasikan jet tempur F-16 Fighting Falcon, namun, kesempatan bagi penerbang tempur TNI AU untuk berlatih melakukan pengisian bahan bakar di udara (air refueling) masih sangat terbatas. Lantaran TNI AU belum mempunyai pesawat tanker yang mendukung mode boom, maka air refueling pada F-16 belum bisa dilakukan secara mandiri oleh TNI AU.
Terkait dengan kemampuan untuk berlatih air refueling pada penerbang F-16, maka TNI AU bekerja sama dengan Angkatan Udara AS (USAF). Mencoba air refueling terbilang kesempatan langka, umumnya penerbang TNI AU berkesempatan melakukan air refueling pada proses pengiriman (delivery flight) F-16, yakni dari AS ke Lanud Iswahjudi, Madiun yang melintasi Samudera Pasifik.
Dari laman Instagram militer.udara, TNI AU belum lama ini menggelar Latihan Air to Air Refueling Pesawat F-16 yang diikuti oleh skadron-skadron yang mengoperasikan pesawat F-16 Fighting Falcon, yakni Skadron Udara 3, Skadron Udara 14 dan Skadron Udara 16.
View this post on Instagram
Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Irwan Pramuda, mengatakan bahwa tujuan dari latihan Air to Air Refueling untuk mencetak para penerbang pesawat tempur F-16 agar memiliki kemampuan melaksanakan Air to Air Refueling, sehingga pesawat F-16 dapat menambah radius action dan loiter time dalam melaksanakan operasi dan latihan.
Pada latihan air refueling ini menggunakan dua home base yang berbeda yaitu untuk pesawat tanker di Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, sedangkan F-16 di Lanud Iswahjudi, serta menghadirkan sejumlah instruktur dari Hawaii Air National Guard, AS.
Dan seolah bertemu dengan kawan lama yang menemani saat delivery flight F-16 ke Indonesia, pada latihan air refueling yang dikerahkan adalah pesawat tanker tua KC-135 Stratotanker. Latihan air refueling berlangsung pada hari Senin, 20 Februari lalu di Training Area Iswahjudi.
KC-135 Stratotanker adalah pesawat tanker multirole. Total bahan bakar yang dapat disalurkan oleh KC-135 Stratotanker adalah 90.719 kg. KC-135 Stratotanker dapat melayani dua mode air refueling, yakni dengan mode hose dan boom. Untuk kendali proses air refueling, dilakukan oleh operator boom di bagian belakang lewat sistem digital fly by wire.
Baca juga: 10 Pesawat Tanker KC-135 Diterbangkan dalam Satu Hari, Rekor dalam Sejarah Stratotanker
Dalam satu kali kesempatan, operator mengendalikan V-tail dalam mode air refueling dengan mekanisme boom. KC-135 juga dapat dilengkapi wing pod dengan drouge, menjadikan dalam satu kesempatan KC-135 dapat melayani air refueling kepada dua pesawat sekaligus lewat mode hose. (Bayu Pamungkas)
Koq nggak nyoba modif hybrid sih, mobil2 saja sekarang dah banyak yg berpaling ke hybrid, supaya tak tergantung dengan tanker udara cukup sambarkan ke petir auto charging karena dulu berfikirnya buat pangkalan yg banyak supaya bisa estafet saja buru musuhnya
Sayangnya Indonesia tidak memiliki pesawat tanker MRTT khusus pesawat tempur F-16 fighting Falcon TNI AU yg memliki metode berbeda dengan pesawat tempur lain nya padahal populasi f-16 TNI AU banyak 😢
Pada dasarnya Lebih baik Indonesia membeli tanker dg spek berbeda. KC-135 untuk F-16 dan A-330 MRTT untuk Rafale dan Flanker. Jangan beli Tanker yg bisa keduanya. Itu akan sangat ribet dan kemungkinan timbulnya kerusakan akan sangat tinggi mengingat beban kerja yg berat. Kalo enggak ya pilih pespur yg sejenis atau istilahnya memiliki Commonality yg besar. Pakailah alutsista buatan barat, punya keseragaman dalam operasional dan perawatan. Jangan terlalu suka gado-gado toh Embargo bukan suatu ancaman kalo bijak dalam memilih teman.