KRI Pati Unus 256 – Korvet Pemburu Kapal Selam dalam Sejarah, Berpindah Tangan dari Australia ke Belanda
|Identitas nama kapal perang digunakan lebih dari satu kali, rasanya sudah lumrah di beberapa negara. Di Indonesia misalnya, TNI AL sudah beberapa kali memberikan identitas penamaan kapal perang yang sama dari generasi yang berbeda, sebut saja KRI RE Martadinata dan KRI I Gusti Ngurah Rai. Meski nama yang sama digunakan lebih dari sekali, tapi dipastikan nomer lambung kapal yang disematkan berbeda.
Baca juga: Setelah Insiden Belawan, Akhirnya Korvet KRI Pati Unus 384 Resmi Dipensiunkan
Lain dari KRI Martadinana dan KRI I Gusti Ngurah Rai, ada sosok yang menarik lainnya yang mungkin telah terlupakan dari ingatan publik, yang dimaksud adalah KRI Pati Unus. Pada konteks saat ini, KRI Pati Unus adalah korvet Parchim Class buatan Jerman Timur dengan nomer lambung 384. Sementara, pada dekade 50-an, ketika TNI AL bernama ALRI, nama Pati Unus rupanya juga sudah disematkan pada salah satu armada kapal perang.
Disarikan dari beberapa sumber, lantaran di dekade 50/60-an panamaan kapal perang masih menggunakan label “RI,” maka saat itu disebut RI Pati Unus dengan nomer lambung 256. Dan ibarat tak kenal maka tak sayang, beberapa potongan sejarah dari ‘KRI Pati Unus generasi pertama’ rasanya menarik untuk dikupas.
Merujuk sumber dari uboat.net, disebutkan KRI Pati Unus 256 sebelum dioperasikan oleh TNI AL (d/h ALRI) adalah kapal perang milik AL Kerajaan Belanda, yang bernama HRMS Tidore. Merujuk ke sejarahnya, sebagai bagian dari Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB), Pemerintah Belanda memberikan beberapa alutsistanya yang berada di kawasan kolonial kepada angkatan perang Indonesia, dan salah satunya adalah HRMS Tidore. Dari catatan sejarah, disebutkan Belanda menyerahkan HRMS Tidore kepada Indonesia pada Desember 1949 dan secara resmi memperkuat armada TNI AL pada awal 1950.
Di tangan Indonesia, KRI (RI) Pati Unus 256 telah menjalankan beberapa operasi militer di dalam negeri. Di antara rekam jejak RI Pati Unus 256 adalah pernah dilibatkan dalam operasi penumpasan gerakan separatis RMS pada tahun 1950. Dalam gerakan merebut sasaran pertama Pulau Buru, RI Pati Unus mengambil posisi di lepas Pantai Lala mengamankan pendaratan pasukan Batalyon 3 Mei APRIS dalam gerakan menguasai kota Namlea. Turut mendarat Panglima Pasukan Ekspedisi APRIS Kolonel Alex Kawilarang dan Kepala Seksi Intel Kapten Dolf Runturambi.
Kembali lagi ke profil dan sejarah RI Pati Unus 256, ada fakta sejarah lain yang menarik, disebutkan bahwa sejatinya Belanda membeli kapal perang tersebut dalam status bekas pakai. Jadi sebelum bernama HRMS Tidore, kapal perang tersebut bernama HMAS Tamworth (J181). Dari penamaan tentu mudah diketahui, bahwa yang dimaksud adalah kapal perang milik AL Australia.
HMAS Tamworth merupakan kapal perang jenis pemburu kapal selam dari Bathurst Class. Dan kapal perang ini memang asli buatan Australia, dimana dibangun oleh galangan Walkers Ltd. di Maryborough, Queensland, Australia. Kapal pemburu ranjau ini mulai dibangun pada awal Perang Dunia II, yaitu pada 25 Agustus 1940 dan diluncurkan dari galangan pada 14 Maret 1942. Kemudian baru resmi digunakan AL Australia pada 8 Agustus 1942.
Bathurst Class punya bobot kosong 650 ton dan bobot mati 1.025 ton, sehingga bisa masuk pada kualfikasi korvet. Rupanya Bathurst Class tergolong laris, pasalnya total dibuat hingga 60 unit. Selain digunakan Australia, Belanda dan Indonesia, kapal perang ini Pasca Perang Dunia II juga digunakan oleh AL Selandia Baru, AL Turki, AL Pakistan dan AL Cina.
HMAS Tamworth sendiri tak lama dioperasikan AL Australia, selepas Perang Dunia II, tepatnya pada 30 April 1946, kapal perang ini dijual kepada AL Belanda, yang kemudian diberi label HRMS Tidore. Bagi Belanda, lebih murah untuk mengakuisisi kapal perang bekas pakai untuk memperkuat armadanya di kawasan jajahan, pasalnya jika mendatangkan kapal perang dari Belanda bakal makan waktu lama dan biaya yang sangat mahal.
Dari spesifikasi, RI Pati Unus 256 punya panjang 57 meter dan lebar 9,4 meter. Konfigurasi senjatanya terdiri dari satu pucuk meriam kaliber 76 mm atau kaliber 102 mm pada haluan. Kemudian pada buritan ada satu pucuk meriam Bofors 40 mm. Lain dari itu masih ada tiga pucuk kanon Oerlikon 20 mm. Untuk misi anti kapal selam, RI Pati Unus 256 dapat membawa 40 unit depth charges.
RI Pati Unus 256 ditenagai triple expansion dengan tenaga 2.000 hp. Diawaki 85 personel, kapal perang ini punya kecepatan maksimum 15 knots. RI Pati Unus dipensiunkan dari kedinasan TNI AL pada tahun 1969. Dan ironisnya, korvet Parchim KRI Pati Unus 384 saat ini juga telah dipensiunkan oleh TNI AL, menyusul adanya insiden di Perairan Belawan.
Meski generasi muda di Indonesia tak bisa melihat sisa atau jejak peninggalan RI Pati Unus, namun kapal sejenisnya saat ini masih bisa dilihat. Seperti HMAS Castlemaine kini dapat dilihat sebagai museum apung di Williamstown, Melbourne, Victoria. Ada lagi HMAS Whyalla, yang ini malah dijadikan landlocked museum di Whyalla, South Australia.
Baca juga: KRI Hang Tuah – Terkena Serangan Bom, Inilah Korvet Yang Karam di Lepas Pantai Balikpapan
Selain KRI Pati Unus 256, masih ada beberapa kapal perang TNI AL eks Belanda dari Bathurst Class, diantaranya KRI Hang Tuah, KRI Banteng 255 dan KRI Radjawali 254. Khusus KRI Hang Tuah, karam setelah terkena serangan bom di lepas Pantai Balikpapan pada 28 April 1958. (Haryo Adjie)
Bismillah sudah seharusnya TNI.AL menambah 4 unit destroyer 30ffm,dan kelas iver serta kasel yang ditambah kelasnya 214,218 SG PAL bisa kerja szma dengan turki.
KRI Irian akan bisa dipakai lagi tidak ya seandainya kita punya kapal ‘utama’ ? Apa namanya nanti jadi KRI Papua ?
Ada yg tahu nomor lambung kapal ini tahun ’65 ke atas apa? Setahu saya setelah tahun itu, nomor 2xx tinggal KRI Irian saja. Sisanya pakai sistem mirip sekarang. Contohnya (K)RI Sisingamangaraja, 202 jadi 302 dan (K)RI Imam Bondjol, 250 jadi 355.
Kemungkinan nomornya 373 keatas atau jika pindah ke bagian patroli, ada diantara 803-804 atau 825-843. Paling tidak nomor lambung yang belum saya temukan dan sesuai ada disekitar itu.
Yg jelas pemakaian kembali nama kapal setelah kapal yg sebelumnya sdh tidak beroperasi lg alias dipensiunkan.
Ditunggu Kapal buat dinamai KRI Gadjah Mada dan KRI Irian.
Fi rt
Sejarah yang menarik